MORFOLOGI
PENULISAN NAMA DIRI
DAN NAMA JENIS
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 10
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA
DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
atas kehadirat Allah SWT, Tuhan yang senangtiasa memberikan nikmat kepada
hamba-Nya dan atas Rahmat dan Hidayah-Nya dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini yang
berjudul “Penulisan Nama Diri dan Nama Jenis”. Penyajian makalah ini di
upayakan dapat mendorong para pembaca supaya lebih mempunyai wawasan yang lebih
luas dan dapat menerapkanya dalam kehidupan sehari hari
Betapa pun banyak
gagasan dan keinginan,akhirnya keterbatasan jugalah yang ada pada penyusunan
makalah ini. oleh karena itu, saran dan kritik dari semua pihak sangat kami
harapkan. Atas saran dan kritik tersebut kami mengucapkan terima kasih.dan kami
juga berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan penulis, semoga
makalah ini dapat memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam pengenalan
jati diri bagi setiap mahasiswa pada umumnya.
Demikian makalah ini
kami buat semoga dapat bermanfaat,amin.
Makassar, 9 Oktober
2013
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman Judul...........................................................................................................................
Kata Pengantar..........................................................................................................................
Daftar
Isi...................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masalah..........................................................................................
B.
Rumusan
Masalah....................................................................................................
C.
Tujuan
Pennulisan....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................
A.
NAMA
DIRI……………………………………………………………………..
B.
YANG
MEMILIKI NAMA DIRI……………………………………………….
a.
Nama
Diri Tuhan……………………………………………………………...
b.
Nama
Diri Persona……………………………………………………………
c.
Nama
Diri yang Berhubungan dengan Kalender……………………………..
d.
Benda
Khas Georafi………………………………………………………….
e.
Nama
Benda………………………………………………………………….
1.
Benda
Bernyawa…………………………………………………………
2.
Benda
Takbernyawa……………………………………………………..
C.
NAMA
JENIS…………………………………………………………………...
D.
NAMA
JENIS BENDA BUKAN ALAMI…………………………………….
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………
A.
Kesimpulan………………………………………………………………………
B.
Saran……………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Makalah dengan
Materi Penuisan Nama Diri dan Nama Jenis ini di dalamnya terdapat III bab. Utamanya dalam bab itu di bahas
tentang penulisan nama diri dan nama jenis.
Makalah ini
sebagai pembantu untuk memperdalam materi yang diberikan kepada mahasiswa tentang
penulisan nama diri Tuhan, nama diri persona, nama khs geografi, dan ejaan nama
benda, baik benda bernyawa maupun benda tak bernyawa.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang di atas kita dapat merumuskan beberapa rumusan masalah seperti :
1.
Apa
bedanya nama diri dan nama jenis ? Jelaskan dengan singkat, tetapi lengkap.
Kemudian, berikan beberapa contohnya masing-masing.
2.
Siapa/apa
saja yang memiliki nama diri dan berikan contoh-contohnya.
3.
Apa
saja yang tergolong nama diri yang berhubungan dengan kalender ? berikan
beberapa contohnya.
4.
Bagaimana
cara menuliskan nama jenis benda alami dan nama jenis benda olahan ? Berikan
contoh-contohnya.
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan
penulis didalam membuat suatu karya tulis dalam makalah ini agar remaja
khususnya mampu dan mempunyai wawasan yang lebih luas tentang pemahamannya
dengan nama diri. Penulis juga berharap agar dengan adanya makalah ini dapat di
jadikan peluang bagi kita untuk memberikan solusi bagi sekelompok orang yang
menyalahgunakan Penulisan Nama Diri bahwa harus nama diri dan nama jenis harus
dimanfaatkan bukan untuk di salah gunakan.
BAB
II
PEMBAHASAN
PENULISAN
NAMA DIRI DAN NAMA JENIS
A. NAMA
DIRI
Nama diri (propper name) dipakai untuk menamai orang,
tempat, atau sesuatu, termasuk konsep atau gagasan. Dengan nama diri itu, orang
di sapa atau dipanggil dan dengan nama diri itu tempat atau sesuatu disebut
atau dikenal.
Sebuah nama diri
tidak mencukupi atau tidak dicakupi oleh nama diri lain. Artinya, nama diri itu
tidak memiliki superordinat (tidak ada lagi nama diri yang ada di atas) dan
tidak memiliki subordinat (tidak ada lagi nama diri dibawahnya). Sebuah nama
diri selalu berdiri sendiri. Penulisan nama diri harus mengikuti kaidah yang
tercamtum di dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(selanjutnya disingkat: Pedoman Umum EYD). Pedoman itu selalu menuliskan semua
contoh yang berupa nama diri dengan huruf awal kapital.
B. YANG
MEMILIKI NAMA DIRI
Yang memiliki
nama diri adalah Tuhan, persona, yang berkaitan dengan kalender, benda khas
geografi, dan benda.
1. Nama
Diri Tuhan
Tuhan memiliki
nama diri. Menurut kaidah ejaan, nama diri Tuhan, termasuk unsurnya, dituliskan
dengan huruf awal kapital, seperti Allah, Yesus Kristus, dan Sang Hyang Widi
Wasa. Keterangan di belakang nama diri Tuhan dan kata ganti Tuhan dituliskan
dengan huruf awal kapital, seperti Allah Yang serta rahmat-Mu dan kepada-Ku.
2. Nama
Diri Persona
Tulisan
menggolongkan nama diri orang, nama diri nabi dan rasul, nama diri malaikat,
nama diri dewa, nama diri setan, nama diri iblis (jika iblis memiliki nama),
dan sebagainya ke dalam kelompok nama diri persona, seperti Fatimah, Nabi
Muhammad, Malaikat Israfil, Dewi Aphrodit, Rsi Sumanthu dan Rsi Jaimini.
Pedoman Umum EYD
hanya mencamtumkan kaidah penulisan yang berkaitan dengan nama diri Tuhan,
termasuk kata ganti Tuhan, dan kitab suci (lihat “pemakaian Huruf”). Tidak
terdapat kaidah penulisan nama diri nabi, rasul, malaikat, dewa, setan, iblis,
dan sebagainya, tetapi di dalam contoh nama-nama itu selalu dituliskan dengan
huruf awal kapital.
3. Nama
Diri yang Berhubungan dengan Kalender
Segala yang
berhubungan dengan kalender, seperti peristiwa penting, tahun, bulan, hari,
zaman, dan masa memiliki nama diri. Menurut Pedoman Umum EYD, nama itu,
termasuk unsurnya, dituliskan dengan huruf awal kapital, seperti Perang Candu
dan Revolusi Prancis; proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia; tahun Masehi,
tahun Hijriah, tahun Gajah; Muharram, Sapar, Januari, Februari; Ahad, Minggu,
Kliwon; serta zaman Jahilyah dan masa Orde Baru.
4. Benda
Khas Geografi
Benda khas
geografi, seperti planet, benua, pulau, gunung, selat, laut, lautan, teluk,
sungai, danau, bukit, dan lembah dapat memiliki nama diri. Nama diri itu,
termasuk unsurnya, dituliskan dengan huruf awal kapital, seperti Benua Asia dan
Benua Afrika, Pulau Sumatra dan Pulau Timor, Gunung Lompobatang d Gunung
Klabat, Selat Karimata dan Selat Bali, Sungai Batang Hari dan Wai Seputih,
Danau Kelimutu dan Danau Towuti, Lembah Tidar dan Lembah Baliem, serta Planet
Vens dan Saturnus.
Penulisan nama
khas geografi yang berupa nama kota, pada dasarnya, ditulis dalam satu kata
atau serangkai, kecuali (a) yang terdiri atas tiga unsur atau lebih dan (b)
yang berupa arah mata angin.
Misalnya:
Bandaaceh Acehbesar Kulonprogo
Jayawijaya Monokwari Kotabaru
Tanjungjabung Indramayu Maajalengka
Sukabumi Tasikmalaya Banjarnegara
Banyuwangi Bojonegoro Bondowoso
Bandarlampung Pekanbaru Bulukumba
Tanatoraja Ujungpandang Saangihetalaud
Payakumbuh Sawahlunto Tanahdatar
Nama khas
geografi yang terdiri atas tiga unsur atau lebih ditulis terpisah.
Misalnya:
Organ Komering Ulu Organ Komering Ilir
Arah mata angin
yang digunakan sebagai nama wila-yah geografi ditulis terpi-sah meski-pun nama
wilayah itu terdiri atas dua unsur.
Misalnya: Sumatra
Barat Sulawesi Utara
Jawa
Timur Kalimantan Barat
Nama khas
geografi yang menggunakan bahasa daerah ditulis sesuai dengan nama aslinya,
tidak diindonesiakan karena ada pertimbangan sejarah, asal-usul daerah, atau
budaya khas daerah setempat.
Misalnya: Banyuasin (bukan Airasin)
Kalianyar (bukan Sungaibaru)
Tanahabang (bukan Tanahmerah)
5. Nama
Benda
Benda terbagi
atas benda bernyawa(termasuk benda hidup)
dan benda takbernyawa.
6. Benda
Bernyawa
Yang termasuk
benda bernyawa(animate) adalah
manusia dan hewan. Tumbuh-tumbuhan termasuk benda hidup yang takdapat berpindah
sendiri. Baik manusia, hewan, maupun tumbuhan dapat memiliki nama diri.
Nama diri orang
amat bergantung pada maksud, tujuan,tradisi, atau adat budaya ditempat itu. Ada
adat budaya yang mengharuskan orang yang memiliki nama kecil dan nama dewasa,
tetapi ada yang tidak. Ada orang yang namanya panjang, ada yang namanya pendek,
ada yang namanya berbentuk perulangan, dan ada juga yang namanya mengikuti
kelaziman agama. Menurut pedoman umum EYD,
nama diri orang, termasuk unsurnya, dituliskan dengan huruf awal kapital,
seperti Atiya dan Anna Kurniati.
Nama diri hewan
tidak berkaitan dengan nama jenis hewan, tetapi dapat berupa epitet, seperti si Rimbun (karena berdaun rimbun), si
Belang (karena berbulu belang), atau berupa tiruan bunyi seperti si Meong dan si Embek. Bahkan, ada yang menamainya dengan nama orang, seperti
nama orang, seperti nama hewan atau tumbuhan ditempat-tempat sirkus.
7. Benda
Takbernyawa
Yang termasuk
benda tak bernyawa, misalnya agama, kitab suci, dan aliran kepercayaan,
dokumen, majalah, surat kabar, nama program, pertemuan, tempat dan/atau
fasilitas umum, lembaga, organisasi, perkumpulan, bangsa, suku bangsa, bahasa,
desa, kota, wilayah, dsb.,kerajaan, negara. Benda takbernyawa dapat memiliki
nama diri, seperti Islam, Alquran, dan Injil; Keputusan Menteri Agama tentang
Pelaksanaan Zakat Mal (tetapi berdasarkan keputusan menteri), surat kabar P
(nama surat kabar) dan majalah E (nama majalah) Program Study Linguistik
Universitas Indonesia, Seminar Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Anak-Anak
Tunarungu, Rumah Sakit Umum Daerah Lampung Timur, Partai X (nama partai),
Perserikatan Bangsa-Bangsa, bangsa Indonesia, suku Lampung, bahasa Walio, desa
Tanah Baru, kota Banda Aceh, Wilayah Sumatera 2, toko M (nama toko), apotek R
(nama apotek), Kerajaan Brunei Darussalam, dan Republik Indonesia.
C. NAMA
JENIS
Memang agak
sulit membedakan nama jenis (nomenclature) dan nama diri (proper name) dengan
baik, terutama kita yang tidak mempelajari taksonomi, seperti yang terdapat
pada dunia hewan (animal kingdom) dan dunia tumbuh-tumbuhan (vegetable
kingdom). Pemahaman akan nama diri dan nama jenis menjadi sangat penting sebab
hal itu akan berimplikasi pada penulisannya. Didalam teks tertulis, misalnya
pada produk hukum dan surat-surat resmi, ejaan nama jenis sering terkacaukan
dengan nama diri. Ada kecendrungan sesuatu yang dianggap bernilai, karismatis,
dipuja, dihormati dsb. Dituliskan dengan huruf awal kapital. Padahal ejaan dan
anggapan adalah dua hal yag berbeda. Misalnya, undang-undang (nama jenis) dan
dengan Keputusan Menteri Pertanian Republlik Indonesia.
Hewan dan
tumbuhan dapat dikelompokkan secara hierarkis berdasarkan kesamaan sifat
dan/atau ciri di antara hewan atau tumbuhan itu. Sejumlah hewan dengan sifat
dan/dan atau ciri yang sama dimasukkan kedalam satu kelompok (spesies),
kemudian spesies tergolong ke dalam kelompok yang lebih besar (genus), genus
termasuk ke dalam kelompok yang lebih besar lagi (subkelas), dan subkelas
termasuk kedalam satu kelas (dan seterusnya ke atas). Genus manngga, a.l.
terdiri atas spesies mangga dan embacang;genus badak, a.l. terdiri atas spesies
badak jawa dan badak air (kuda nil).
Nama jenis
adalah kata benda (nomina) yang menunjuk sembarang anggota dalam kelas maujud
bernyawa atau hidup, atau dalam kelas maujud tak bernyawa, seperti hewan
(maujud bernyawa) dan tumbuh-tumbuhan(maujud hidup), serta benda dan gagasan
(maujud tak bernyawa). Sebagai anggota dari satu kelas maujud, tentu saja
sebuah nama jenis menjadi salah satu anggota dari salah satu anggota dari nama
jenis kelasnya itu. Dengan kata lain, a (huruf kecil, sebuah nama jenis) selalu
menjadi anggota dari A (huruf kapital, sebuah nama jenis yang cakupannya lebih
luas). Misalnya, nama jenis (kata khusus, mawar) selalu menjadi anggota dari
nama jenis yang lebih luas cakupan maknanya (kata umum, bunga), yang menjadi
superordinatnya.
Nama diri tidak
menjadi bagian (anggota) dari nama diri lain. Misalnya, nama diri seseorang
bukan menjadi bagian dari nama diri orang lain karena nama diri seseorang tidak
diturunkan dari nama diri yang lebih luas cakupan maknanya (tidak ada nama diri
umum). Lagi pula, tidak ada manusia subordinat dan tidak ada manusia
superordinat.
Nama jenis dapat
dimiliki oleh semua benda asalkan benda itu dapat di klasifikasikan secara
bersistem menurut kriteria tertentu. Nama jenis benda dapat dibagi atas dua
kelompok besar yaitu (a) nama jenis benda bernyawa (termasuk benda hidup) dan
(b) nama jenis benda takbernyawa. Benda bernyawa terdiri atas hewan dan manusia, sedangkan
benda hidup terdiri atas tumbuhan (hanya dapat vegetatif, tidak dapat berpindah
sendiri).
Nama jenis hewan
atau tumbbuhan di dasarkan pada sifat dan/atau ciri yang sama, misalnya gajah
afrika dan gajah sumatra (genus gajah (Elephantus); mawar, anggrek, dan tulip
(genus Bunga); bebek dan angsa (kelas Unggas, genus: buruung berenanng); camar
dan rajawali (kelas Unggas, geus:burruung
terbang). Nama jenis hewan dan nama jenis tumbuhan ada yang menyertakan
nama tempat nama khas geoggrafi, tetapi ada juga yang tidak.
Nama jenis dalam
bahasa Indonesia dapat dibagi atas nama jenis benda alami (hewan, tumbuhan,
penyakit) dan nama jenis benda olahan. Menurut contoh yang terdapat pada
Pedoman Umum EYD, nama jenis benda alami
dituliskan seperti berikut:
a.
Menurut
sistem binomial, seperti Tamarindus Indica, Elephan maxima, dan Filariasis tmori;
b.
Mengikuti
kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempuurnakan, seperti mawar, melati, dan
anggrek (tanpa disertai nama temmpat atau nama khas geografi) dan
c.
Mengikuti
kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnnakan, seperti kambing ettawa, sapi benggala, jeruk bali, pisang
ambbon, dan dengue affrika (nama tempat termasuk nama jenis).
Nama jenis benda olahan
dapat di bagi menjadi :
a.
Nama
jenis tidak meenyertakan nama tempat (dituliskan dengan huruf awal kecil),
seperti asinan kedondong, mie rebus, ayam bakar, es teler, dan pempek ikan;
b.
Nama
jenis menyertakan nama tempat, seperti asinan (dari/khas) Bogor, teri kering
(dari/khas) Meda, dodol (dari/khas) Garut, rendang (dari/khas) Padang, bagea
(dari/khas) Ambon, sambal (dari/khas) Lampung, coto (dari/khas) Makassar, gudeg
(dari khas) Yogya, kopi bubukk (dari//khas) Solo, emas (dari/asal) Kendari,
motif kain tenun (dari/khas) Silungkung atau (dari/khas) Timor, sarung sutera
(asal) Bugis, mutiara (asal) Maluku, dan pempek ikan (dari/khas) Palembang:
c.
Nama
jenis menyertakan nama orang, seperti ayam goreng (khas buatan) Pak B.
Nama tempat atau nama
orang tidak termasuk nama jenis, tetapi untuk menunjukkan asal atau ciri khas
olahan. Karena itu, nama tempat atau nama orang dituliskan dengan huruf awal
kapital.
D. NAMA
JENIS BENDA BUKAN ALAMI
Nama jenis benda
bukan alami (benda takbernyawa), misalnya nama jenis jabatan
(lurah,camat,bupati,direktur), nama jenis pangkat (lektor, serson, pengatur
muda); nama jenis gelar, misalnya, gelar adat (pengirian,raden, suttan), gelar
keagamaan (haji), dan gelar akademis (sarjana, magister,doktor); nama jenis
profesi (guru, bidan, dokter, wartawan);nama jenis pekerja berdasarkan jenis
pekerja berdasarkan jenis pekerjaan (tukang beca, petani,nelayan, penjaga);nama
jenis alat tulis (pensil, kertas, penghapus); namu jenis bambu dapur alami
(kunyit, bawang, ketumbar); nama jenis rumah (arsitektur modern, arsitektur
klasik).
Pembagian jenis
benda olahan dapat berdasarkan kriteria tertentu. Makanan, misalya, dapat
berdasarkan bahan yang dominan.
Cara mengerjakan,
dan rasa atau suhu makanan ketika disajikan dsb. Berdasarkan cara memasak,
dapat diperoleh makanan hasil membakar (ayam, pisang, roti), hasil menggoreng
(ayam, pisang, telur), hasil merebus (jagug,ubi) hasil menyangrai (kacang tanah,
kedelai), hasil menumis (kangkung,toge) hasil memanggang (ayam, roti, makan),
hasil menyembam (petai, pisang, ubi), hasil menjemur (pisang selai), dan hasil
menanak (nasi). Berdasarkann suhu makanan, mi(misalnya kopi) dingin dan panas.
Baju dapat di bedakan menjadi, misalnya baju lengan (pannjag, pendek) atau baju
kerah (tegak, rebah), baju renang dan baju tidur.
Sebuah benda
dapat di olah menurut cara khas tempat/daerah/suku atau cara khas orang
tertentu, misalnya rendang Padang, masakan Sunda, atau soto Betawi Pak A, es
cendol bang B, dan sate madura Ibu C. Nama tempat, daerah, suku, atau nama
orang yang disertakan di belakang nama benda olahan tidak termasuk nama jenis.
Oleh karena itu nama itu dituliskan dengan huruf awal kapital.
Merek dagang
tertentu dapat menjadi nama jeis. Hal itu terjadi mugkin karena merek dagang
amat di kenal atau yang pertama kali dikenal luas oleh masyarakat ditempat itu,
seperti merek dagang yang digunakan untuk menyebut nama pompa air mineral.
Misalnya, Tolong belikan saya air minum ... (nama merek dagang air mineral)
atau untuk menyedot air dari dalam tanah air, kami menggunakan....(nama merek
mesin air yang terkenal).
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nama diri
dipakai untuk menamai orang, tempat, atau sesuatu, termasuk konsep atau
gagasan. Dengan nama diri itu, orang disapa atau dipanggil dan dengan nama diri
itu tempat atau sesuatu disebut atau dikenal.
Sedangkan nama
jenis adalah kata benda (nomina) yag menunjuk sembarang anggota dalam kelas
maujud bernyawa atau hidup, atau dala kelas maujud takbernyawa, seperti hewan
(maujud bernyawa) dan tumbuh-tumbuhan (maujud hidup), serta benda dan gagasan
(maujud takbernyawa).
B. Saran
Jadikan Nama
diri atau Nama Jenis sebagai ajang pencarian identitas jati diri, jangan pernah
berpikir untuk gagal tapi teruslah berpikir positif thingking. Teruslah belajar
karena orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi pemilik masa lalu.
Orang-orang yang masih terus belajar akan menjadi pemilik masa depan.
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, E. Zaenal dan
Mustakim (Editor). 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia I1. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Iskandar, Teuku. 1970.
Kamus Dewan. Kuala Lumpur: Kementrian Pelajaran. Dewan Bahasa dan Pustaka.
1 komentar:
bagus kontennya
Posting Komentar