RSS

MAKALAH KETERAMPILAN BERBICARA



BERBICARA DI DEPAN UMUM
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
     Berbicara bukanlah sekedar “ngoceh”, tetapi berbicara yang menarik (atraktif), bernilai informasi (informatif), menghibur (rekreatif), dan berpengaruh (persuasif). Dengan kata lain, manusia harus berbicara berdasarkan seni berbicara atau yang disebut dengan retorika atau seringkali diistilahkan dengan pidato.
Pidato merupakan kegiatan berbicara yang kita lakukan di depan umum. Namun, tidak semua orang dapat melakukan hal tersebut. Hal itu karena, ketidaksiapan ataupun tidak adanya pengalaman berbicara di hadapan orang banyak meskipun pada dasarnya setiap orang dapat berbicara.
Di kalangan mahasiswa, pidato menjadi salah satu materi yang wajib dipelajari karena menjadi salah satu bagian dari materi dan pembelajaran dalam mata kuliah Keterampilan Berbicara,
yaitu berbicara di depan umum. Makalah ini penyusun maksudkan sebagai dasar untuk memahami secara umum bagaimana cara kita dalam melakukan pidato atau berpidato. Dengan mengetahui hal tersebut kita akan lebih memahami bagaimana seharusnya kita saat berbicara di depan khalayak umum. Sesuai dengan judul yang diemban makalah ini yaitu “Berbicara Di Depan Umum (Pidato)”, maka makalah ini mengupas segala yang ada kaitannya dengan kegiatan berpidato.
     




















B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah erat kaitannya dengan judul yang diajukan serta latar belakang yang dikemukakan. Bertolak dari kedua hal tersebut di atas, maka masalah dalam penulisan makalah ini ialah :
1.      Apa itu pidato ?
2.      Bagaimana tahap dalam menyiapkan pidato ?
3.      Bagaimana tahap dalam menyusun pidato ?
4.      Bagaimana tahap penyampaian pidato ?
5.      Bagaimana ciri-ciri pidato yang baik ?

C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan  di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini ialah :
1.      Untuk mengetahui pengertian pidato.
2.      Untuk mengetahui tahap dalam menyiapkan pidato
3.      Untuk mengetahui tahap dalam menyusun pidato.
4.      Untuk mengetahui tahap penyampaian pidato.
5.      Untuk mengetahui ciri-ciri pidato yang baik .

D.    Manfaat  Penulisan
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan  di atas, maka manfaat yang ingin dicapai dalam makalah ini ialah untuk memberi informasi dan pengetahuan mengenai cara berbicara di depan umum (pidato) yang baik dan benar .









BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN PIDATO
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pidato adalah pengungkapan pikiran dl bentuk kata-kata yg ditujukan kpd orang banyak atau wacana yg disiapkan untuk diucapkan di depan khalayak. Pidato ialah kegiatan berbahasa lisan. (Cermat Berbahasa Indonesia, hal 228 : 2009). Jadi, Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal yang ditujukan untuk orang banyak.
Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan patut diperbincangkan. Pidato adalah salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia. Pidato banyak jenisnya, di antaranya, pidato sambutan yang disampaikan pada awal sebuah acara atau pidato kenegaraan yang disampaikan oleh presiden.
Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan umum dapat membantu untuk mencapai jenjang karier yang baik. Contoh pidato yaitu seperti pidato kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato sambutan acara atau event, dan lain sebagainya. Dalam berpidato, penampilan, gaya bahasa, dan ekspresi kita hendaknya diperhatikan serta kita harus percaya diri menyampaikan isi dari pidato kita, agar orang yang melihat pidato kita pun tertarik dan terpengaruh oleh pidato yang kita sampaikan.

B.     TAHAP PERSIAPAN PIDATO
            Pada saat pengumpulan pendapat (poll) dilakukan di antara 400 profesor retorika di perguruan-perguruan tinggiAmerika Serikat, dua buah pidato dinyatakan sebagai pidato yang paling terkenal. Satu diantaranya adalah pidato Gettysburg, tanggal 19 November 1863. Pembicara utama pada peringatan itu adalah Edward Everett,Rektor Haward da Gubernur Massachusets. Semula peringatan akan dilaksanakan pada 23oktober 1863, tetapi everett minta agar menangguhkannya sampai tanggal tersebut di atas. Iamembutuhkan hampir 1 bulan untuk membuat persiapan. Lincoln diberitahu untuk “mengucapkan sepatah dua kata” dua minggu sebelumnya. Segera Lincoln membuat persiapan. Dimintanya satu kopi pidato Everret. Berhari-hari ia memikirkan pidatonya. Ditempat mana saja waktu terluang digunakannya untuk menyusun pidato. Ditulisnya rancangan pidato itu pada kertas buram dan disimpannya di dalam topi suteranya. Ketika arak-arakan di Gettysburg berjalan, Lincoln masih tampak merenungkan pidatonya.

Bagi Lincoln, pepatah latin yang berbunyi qui ascendit sine labore, descendit sinehonore (mereka yang naik tanpa kelelahan, akan turun tanpa kehormatan) bukan hanyasekedar kata mutiara. Pidato yang baik arus didahului dengan persiapan yang matang. Bahkan Kristus, harus menuju padang belantara dan merenung sambil berpuasa 40 hari 40 malam. “semenjak itu mulailah jesus mengajar”, ujar matius. Tidak lama setelah itu jesus menyampaikan pidato yang sangat terkenal : khotbah di atas bukit. Cara persiapan dapatbermacam-macam , tetapi yang pasti ialah the greater the speaker, the more careful has beenhis preparation.
Persiapan pidato memainkan peranan yang sangat penting dalam mendukung keberhasilkan dalam berpidato. Berhasil atau tidaknya dalam berpidato banyak ditentukan oleh persiapan pidato. Karena itu, apabila pembicara ingin berhasil dalam berpidato, 8 tahap persiapan pidato di bawah ini tidak dapat dilewatkan. Persiapan pidato dapat dilakukan dengan mengikuti delapan tahap seperti di bawah ini :
1.      Mempersiapkan mental dan menyesuaikan kondisi saat kita berpidato nanti. 
2.      Menentukan tujuan pidato.
Tujuan dalam berpidato haruslah jelas, untuk apa kita berpidato, apakah membina,     menghibur atau membujuk. Selain itu juga harus merumuskan dengan jelas tujuan khususnya, yaitu tanggapan apa yang diharapkan setelah pidato itu selesai.
3.      Memilih dan menyampaikan pokok utama dalam berpidato.
Terkadang pokok persoalan sudah ditentukan oleh panitia sebelumnya, terkadang pun kita juga diberikan kebebasan untuk memilih pokok utama dalam berpidato. Tapi walaupun persoalan itu sudah ditentukan atau belum, kita wajib menyempitkan pokok persoalan ini, untuk disesuikan dengan kesanggupannya atau kemampuannya, minatnya dan waktu yang disediakan untuk berpidato.

4.      Menganalisis pendengar dan suasana dalam melakukan pidato.
Pembicara harus berusaha mengetahui siapa yang akan menjadi pendengar atau penyimaknya. Jumlah mereka banyak atau sedikit, mereka umumnya tergolong terpelajar atau tidak, bagaimana suasana dalam pidato nanti, apakah hadirin duduk atau berdiri, pagi atau siang, di dalam ruangan atau di di luar ruangan, dan lain sebagainya. Semua itu harus diperhitungkan agar pidato kita bisa berhasil.

5.      Mengumpulkan bahan yang akan menjadi kata kunci dalam berpidato.
Kita dapat mengumpulkan bahan yang sesuai dengan pokok masalah yang akan disampaikan melalui banyak cara, diantaranya adalah :
a.       Membaca buku, majalah, Koran dan sumber sumber pengetahuan lain yang sesuai
dengan pokok masalah yang akan di sampaikan dalam pidato.
b.      Berwawasan atau bertanya kepada orang yang sudah bepengalaman dibidang berpidato.
c.       Mengingat kembali pengamalaman pribadi yang relevan.


6.      Membuat kerangka yang unik persiapan pidato.
Berdasarkan bahan bahan yang berhasil dikumpulkan itu lalu disusun    pokok-pokok yang akan dibicarakan   menurut urutan yang baik.    Di bawah pokok-pokok utama tadi diadakan perincian lebih jauh, dengan itu pengertian bahwa bagian-bagian yang terperinci itu harus memperjelas pokok-pokok utama tadi.

7.      Menguraikan secara mendetail isi pidato.
Setelah kerangka selesai disusun, maka pembicara bebas memilih, yaitu berbicara bebas dengan  sekali-kali melihat kerangka (metode ekstemporan), atau menggarap pidato secara lengkap kata demi kata, kemudian dibacakan atau dihafalkan (metode naskah atau metode menghafal). Jadi, cara menguraikan kerangka pidato itu tergantung pada metode apa yang dipilih.

8.      Melatih dengan suara tegar dalam artian untuk menghilangkan gugup dalam berpidato.
Setelah semua persiapan selesai, pebicara sudah bisa mulai latihan  berpidato dengan suara keras seperti yang akan dilakukan dalam pidato yang sesungguhnya.

1.      Jenis-jenis Pidato
Menurut ada-tidaknya persiapan, sesuai dengan cara yang dilakukan waktu persiapan, dapatdikemukakan 4 macam pidato :

1.   Impromtu
Apabila anda menghadiri pesta dan tiba-tiba dipanggil untuk menyampaiakan pidato, pidato yang anda lakukan disebut pidato impromtu. Bagi juru pidato yang berpengalaman, pidato ini memiliki beberapa keuntungan :
a)              Impromtu lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya, karena  pembicara tidak memikirkan lebih dulu pendapat yang disamapaikannya,
b)             Gagasan dan pendapatnya datang secara spontan, sehingga tampak segar dan hidup,
c)               Impromtu memungkinkan Anda terus berpikir.
Kerugiannya dapat melenyapkan keuntungan-keuntungan di atas, lebih-lebih bagi pembicara yang masih “hijau” :
a.       Impromtu dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah, karena dasar pengetahuan yang tidak memadai.
b.      Impromtu mengakibatkan penyampaian yang tersendat-sendat dan tidak lancar.
c.       Gagasan yang disampaikan bisa “acak-acakan” dan ngawur.
d.      Karena tidak adanya persiapan, kemungkinan “demam-panggung” besar sekali.



Impromtu sebaiknya dihindari, tetapi bila terpaksa hal-hal berikut dapat dijadikan pegangan :
1.      Pikirkan terlebih dahulu teknik permulaan pidato yang baik.
2.      Tentukan sistem organisasi yang pesan yang baik.
3.      Pikirkan teknik menutup pidato yang mengesankan.

2.      Manuskrip
Manuskrip disebut juga pidato dengan naskah. Juru pidato membacakan naskah pidato dari awal sampai akhir di sini tidak berlaku istilah “menyampaikan pidato” tetapi “membacakan pidato”Manuskrip diperlukan oleh tokoh nasional, sebab kesalahan kata saja dapat menimbulkan kekacauan dan berakibat jelak bagi pembicara. Manuskrip juga digunakan oleh ilmuwan yang melaporkan hasil penelitiannya dalam pertemuan ilmiah.
Pidato manuskrip tentu saja bukan jenis pidato yang baik walaupun memiliki keuntungan-keuntungan sebagai berikut:
1.      Kata-kata dapat dipilih sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang.
2.      Pernyataan dapat dihemat, karena manuskrip dapat disusun kembali.
3.      Kefasihan bicara dapat dicapai, karena kata-kata sudah disiapkan.
4.      Hal-hal yang ngawur atau menyimpang dapat dihindari.
5.      Menuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.
Adapun kerugiannya cukup berat, yaitu :
1.      Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara langsung kepada mereka.
2.      Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik, sehingga akan kehilangan gerak dan bersifat kaku.
3.      Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah, memperpendek atau memperpanjang pesan.
4.      Pembuatannya lebih lama dan sekadar menyiapkan garis-garis besarnya (outline) saja.
Untuk mengurangi kekurangan-kekurangan di atas, beberapa petunjuk dapat diterapkan dalam penyusunan dan penyampaian manuskrip :
1.      Susunlah lebih dahulu garis-garis besarnya dan siapkan bahan-bahannya.
2.      Tulislah manuskrip seakan-akan Anda bicara. Gunakan gaya percakapan yang lebih informal dan langsung.
3.      Baca naskah itu berkali-kali sambil membayangkan pendengar.
4.      Hafalkan sekadarnya sehingga Anda dapat lebih sering melihat pendengar.
5.      Siapkan manuskrip dengan ketikan besar, tiga spasi dan batas pinggir yang luas.

3.      Memoriter
Jenis pidato ini ditulis kemudian diingat kata demi kata. Seperti manuskrip, memoriter memungkinkan ungkapan yang tepat, organisasi yang berencana, pemilihan bahasa yang teliti, gerak dan isyarat yang diintegrasikan dengan uraian. Tetapi karena pesan sudah tetap, maka tidak terjalin saling hubungan antara pesan dengan pendengar, kurang langsing, memerlukan banyak waktu dalam persiapan, kurang spontan, perhatian beralih dari kata-kata kepada usaha mengingat-ingat. Bahaya terbesar timbul bila satu kata atau lebih hilang dari ingatan.

4.      Ekstempore
Ekstempore adalah jenis pidato yang paling baik dan paling sering dilakukan oleh juru pidato yang mahir. Pidato sudah dipersiapkan sebelumnya berupa out-line (garis besar) dan pokok-pokok penunjang pembahasan. Tetapi pembicara tidak berusaha mengingatnya kata demi kata. Out-line itu hanya merupakan pedoman untuk mengatur gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran kita. Keuntungan ekstempore ialah komunikasi pendengar dengan pembicara lebih baik karena pembicara berbicara langsung kepada khalayak, pesan dapat fleksibel untuk diubah sesuai dengan kebutuhan dan penyajiannya lebih spontan. 
Bagi pembicara yang belum ahli kerugian-kerugian berikut ini dapat timbul : pemilihan bahasa yang jelek, kefasihan yang terhambat karena kesukaran memilih kata-kata dengan segera, kemungkinan menyimpang dari out-line, dan tentu saja tidak dapat dijadikan bahan penerbitan. Namun, berbagai kekurangan tersebut mudah diatasi melalui latihan-latihan yang intensif.      


2.      Memilih Topik dan Tujuan

a.      Sumber-sumber Topik   
Seringkali kita menjadi bingung ketika harus mencari topik yang baik; seakan-akan dunia ini kekeringan bahan pembicaraan, seakan-akan kita tidak mempunyai keahlian apa-apa. Untuk membantu menentukan topik, Prof Wayne N. Thompson dalam Rakhmat menyusun sistematika sumber topik sebagai berikut:
1)      Pengalaman pribadi:
a.       Perjalanan
b.      Tempat yang pernah dikunjungi
c.       Kelompok anda
d.      Wawancara dengan tokoh
e.       Kejadian luar biasa
f.       Peristiwa lucu
g.      Kelakuan atau adat yang aneh
2)      Hobi dan keterampilan:
a.       Cara melakukan sesuatu
b.      Cara bekerja sesuatu
c.       Peraturan dan tata cara





3)      Pengalaman pekerjaan atau profesi
a.       Pekerjaan tambahan
b.      Profesi keluarga
4)      Pelajaran sekolah atau kuliah:
a.       Hasil-hasil penelitian
b.      Hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut
5)      Pendapat pribadi:
a.       Kritikan pada permainan, film, buku, puisi, pidato, atau siaran radio dan televisi.
b.      Hasil pengamatan pribadi
6)      Peristiwa hangat dan pembicaraan publik:
a.       Berita halaman muka surat kabar
b.      Topik tajuk rencana
c.       Artikel pada kolom yang lain
d.      Berita radio dan televise
e.       Topik surat kabar daerah
f.       Berita dan tajuk surat kabar kampus
g.      Percakapan di antara mahasiswa
h.      Kuliah
i.        Penemuan mutakhir
j.        Peristiwa yang bakal terjadi
7)      Kilasan biografi:
a.       Orang-orang terkenal
8)      Masalah abadi:
a.       Agama
b.      Pendidikan
c.       Soal masyarakat yang belum selesai
d.      Problem pribadi
9)      Kejadian khusus
a.       Perayaan atau peringatan
b.      Peristiwa yang erat kaitannya dengan peringatan
10)  Minat khalayak:
a.       Pekerjaan
b.      Hobi
c.       Rumah tangga
d.      Pengembangan diri
e.       Kesehatan dan penampilan
f.       Tambahan ilmu
g.      Minat khusus
h.      Lain-lain




b.      Kriteria Topik yang Baik

            Untuk menentukan topik yang baik dipergunakan ukuran yang berikut ini:
1.      Topik harus sesuai dengan latar belakang pengetahuan Anda.
Topik yang paling baik ialah topik yang memberikan kemungkinan Anda lebih tahu daripada khalayak, Anda lebih ahli dibandingkan dengan kebanyakan pendengar.
2.      Topik harus menarik minat Anda.
Topik yang enak dibicarakan tentu saja topic yang paling Anda senangi atau topik yang amat menyentuh emosi Anda.
3.      Topik harus menarik minat pendengar.
Kita bicara untuk orang lain, dan kalau tidak ingin ditinggalkan pendengar, Anda harus berbicara tentang sesuatu yang diminatinya. Walaupun hal yang menarik perhatian khalayak amat bergantung pada situasi dan latar belakang khalayak namun hal-hal berikut ini dapat menarik perhatian secara umum: hal-hal yang baru dan eksotik, human interest, petualangan, suspense, konflik, ketidakpastian, ada hubungan dengan keluarga, mempunyai nada dramatis, persoalan yang dianggap penting, rahasia, humor atau hal-hal yang menunjukkan faedah yang nyata bagi khalayak.
4.      Topik harus sesuai dengan pengetahuan pendengar.
Betapa pun baiknya topik, bila tidak dapat dicerna oleh khalayak, topik itu bukan saja tidak menarik tetapi bahkan menyusahkan mereka.
5.      Topik harus terang ruang-lingkup dan pembatasannya.
Topik tidak boleh terlalu luas sehingga setiap bagian hanya memperoleh ulasan sekilas saja, atau “ngawur”.
6.      Topik harus sesuai dengan waktu dan situasi.
Topik dalam orasi ilmiah sudah pasti berbeda dengan topik dalam pesta jamuan makan. Upacara, peringatan atau situasi tertentu menentukan topik apa yang harus diulas. Selain itu, topik harus disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Waktu akan mempengaruhi luas-sempitnya pembicaraan. 
7.      Topik harus dapat ditunjang dengan bahan yang lain.
Berbicara tentang hubungan antara luasnya lingkaran lubang hidung dengan kecerdasan memang menarik. Tetapi bahan penunjang untuk itu sukar diperoleh. Belum banyak (malah belum ada) buku yang menguraikan tipe-tipe lubang hidung dan kaitannya dengan kecerdasan.











c.       Merumuskan Judul

            Judul erat kaitannya dengan topic. Bila topik adalah pokok bahasan yang akan diulas, maka judul adalah nama yang diberikan untuk pokok bahasan itu. Seringkali judul telah dikemukakan lebih dahulu kepada khalayak, karena itu judul perlu dirumuskan lebih dahulu. Judul yang baik harus memenuhi tiga syarat: relevan, provokatif, dan singkat. Relevan artinya ada hubungannya dengan pokok-pokok bahasan; provokatif ialah dapat menimbulkan hasrat ingin tahu dan antusiasme pendengar; singkat berarti mudah ditangkap maksudnya, pendek kalimatnya, dan enteng diingatnya.

d.      Menentukan Tujuan 

            Ada dua macam tujuan: tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pidato biasanya dirumuskan dalam tiga hal: memberitahukan (informatif), mempengaruhi (persuasif), dan menghibur (rekreatif).
1.      Pidato Informatif
Pidato informatif ditujukan untuk menambah pengetahuan pendengar. Komunikasi diharapkan memperoleh penjelasan, menaruh minat dan memiliki pengertian tentang persoalan yang dibicarakan.
2.      Pidato Persuasif
Pidato persuasif ditujukan agar orang mempercayai sesuatu, melakukannya atau terbakar semangat dan antusismenya. Keyakinan, tindakan dan semangat adalah bentuk reaksi yang diharapkan. Bila khalayak tidak tidak mungkin dapat bertindak karena tidak ada kemampuan untuk itu, mereka diharapkan memiliki keyakinan saja tentang proposisi yang kita ajukan.
3.      Pidato Rekreatif
Pidato yang paling sukar dan paling cepat hasilnya adalah pidato rekreatif. Perhatian, kesenangan, dan humor adalah reaksi pendengar yang diharapkan di sini. Bahasanya bersifat enteng, segar dan mudah dicerna. Untuk menyampaikan pidato rekreatif, orang bukan saja memerlukan akting yang menawan, tetapi juga kecerdasan untuk membangkitkan tertawa. Diperlikan otak yang baik untuk membuat humor yang baik.
     
      Tujuan khusus ialah tujuan yang dapat dijabarkan dari tujuan umum. Dari tujuan menghibur dapat disampaikan ribuan jenis pidato, tetapi apa yang ingin dicapai terlihat pada tujuan khususnya. Tujuan khusus bersifat konkret sebaiknya dapat diukur  atau dibuktikan segera.






3.      Mengembangkan Bahasan

            Bila topik yang baik telah ditemukan, kita memerlukan keterangan untuk menunjang topik tersebut. Keterangan penunjang (supporting points) dipergunakan untuk memperjelas uraian, memperkuat kesan. Menambah daya tarik dan mempermudah pengertian.
            A.R Sjahab dalam Rakhmat sdah mengembangkan bahasan dengan menggunakan penjelasan contoh dan ilustrasi hipotesis. Semua teknik pengembangan bahasan dapat dikelompokkan dalam enam macam:
1. Penjelasan
            Penjelasan yang sempurna selalu menyertakan keterangan penunjang lainnya. Dalam pidato informatif, seluruh uraian merupakan penjelasan. Penjelasan dapat dilakukan dengan definisi atau alat-alat visual.
2. Contoh
            Manusia sukar menerima hal-hal yang abstrak. Contoh dapat mengonkretkan gagasan, sehingga lebih muda dipahami. Contoh dapat berupa cerita yang terinci atau disebut ilustrasi. Ada dua macam ilustrasi yaitu hipotesis dan faktual. Ilustrasi hipotesis terjadi bila kita membayangkan sesuatu yang akan terjadi atau menceritakan perumpamaan dengan tokoh rekaan sebagai penjelas pernyataan sebelumnya. Sedangkan ilustrasi faktual merupakan cerita yang sebenarnya terjadi dalam khasanah kehidupan, kisah orang-orang besar atau peristiwa actual.
3. Analogi
            Analogi ialah perbandingan antara dua hal atau lebih untuk menunjukkan persamaan atau perbedaannya. Ada dua macam analogi: harfiyah dan kiasan. Analogi Harfiyah ialah perbandingan di antara objek-objek dari kelompok yang sama karena adanya persamaan dalam beberapa aspek tertentu. Contohnya, membandingkan antara manusia dan monyet secara biologis. Sedangkan Analogi Kiasan objek-objek yang diperbandingkan tidak termasuk dalam kelompok yang sama.
4. Testimoni
            Testimoni ialah pernyataan ahli yang kita kutip untuk menunjang pembicaraan kita. Pendapat itu dapat kita ambil dari pidato, karangan, artikel makalah, laporan dan sebagainya. Testimoni dapat dipergunakan untuk memerlengkap keterangan.
5. Statistik
            Statistik adalah angka-angka yang dipergunakan untuk menunjukkan perbandingan kasus dalam jenis tertentu. Statistic diambil untuk menimbulkan kesan yang kuat, memperjelas dan meyakinkan. Statistik baru baik dipergunakan bila statistik itu dibikin konkret dan tidak membosankan. Hubungkan dengan hal-hal yang diketahui khalayak. Tunjukkan sumber statistic yang tertentu.
6. Perulangan
            Sudah lama diketahui bahwa perulangan dapat menimbulkan kesan yang kuat sehingga Emil Dofivat memasukkannya sebagai salah satu cara untuk menggerakkan massa. Dalam periklanan, jutaan rupiah dikeluarkan hanya untuk mengulang pesan yang sama. Perulangan bukan hanya sekadar menyebut kembali kata-kata yang telah diucapkan, tetapi juga menyebutkan gagasan yang sama dengan kata-kata yang berbeda. Perulangan berfungsi mengingatkan kembali dengan penyajian yang berbeda.
C.    TAHAP PENYUSUNAN PIDATO

Struktur Sebuah Pidato
-------------------------------------------------------- addresses (penyapaan
-------------------------------------------------------- greetings (salam pembuka) kepada hadirin

---------------------------------------------------- Opening/introduction
-------------------------------------------------------- (bagian pembuka)
--------------------------------------------------------

 ---------------------------------------------------
-------------------------------------------------------- body (isi pidato)
--------------------------------------------------------

 --------------------------------------------------- closing (bagian penutup)
--------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------

 --------------------------------------------------- thanking (ucapan
terimakasih kepada
-------------------------------------------------------- hadirin/audiens)

1.      Prinsip-prinsip Komposisi Pidato

1)      Kesatuan (unity)
Seluruh gubahan pidato harus merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Komposisi pidato yang baik harus merupakan kesatuan yang utuh. Ini meliputi kesatuan dalam isi, tujuan dan sifat (mood). Dalam isi, harus ada gagasan tunggal yang mendominasi seluruh uraian, yang  menentukan dlam pemilihan bahan-bahan penunjang. Komposisi juga harus mempunyai satu tujuan. Satu diantaranya –menghibur, memberitahukan atau mempengaruhi- harus dipilih. Kesatuan juga harus tampak dalam sifat pembicaraan (mood). Sifat ini mungkin serius, informal, atau formal. Ini menentukan pemilihan bahan atau pemilihan kata-kata.
       Aristoteles yaitu pernah membandingkan komposisi sebagai satu tubuh. Seluruh gubahan harus merupakan kesatuan yang tidak dapat dice­rai beraikan. Anggota yang satu melengkapi anggota yang lain. Hilang­nya satu bagian anggota tubuh menyebabkan bentuk yang rusak dan tidak lengkap. Komposisi yang baik harus merupakan kesatuan yang utuh. Ini meliputi kesatuan dalam isi, tujuan dan sifat (mood).
Dalam isi, harus ada gagasan tunggal yang mendominasi seluruh uraian, yang menentukan dalam pemilihan bahan-bahan penunjang. Bila tema kita ialah “Pembuktian Ada Tuhan Secara Filosofis”, maka kita tidak membicarakan sifat-sifat Tuhan, macam-macam Tuhan, atau dalil-dalil agama tentang adanya Tuhan. Di sini kita mungkin hanya membicarakan argumentasi ontologis, teleologis, kosmologis dan moral (dari Immanuel Kant).
Komposisi juga harus mempunyai satu macam tujuan. Satu di an­tara yang tiga - menghibur, memberitahukan, dan mempengaruhi - harus dipilih. Dalam pidato mempengaruhi (persuasif) boleh saja kita menyampaikan cerita-cerita lucu, sepanjang cerita lucu menambah daya persuasi pembicaraan. Bila cerita lucu itu tidak ada hubungannya dengan persuasi, betapa pun menariknya ia harus kita buang;. Dalam pidato informatif, anekdot dipergunakan dengan pertimbangan dapat memperjelas uraian. Kesatuan juga harus tampak dalam sifat pembicaraan (mood). Sifat ini mungkin serius, informal, formal, anggun, atau bermain-main. Ka­lau anda memilih sifat informal, maka suasana formalitas harus mendominasi seluruh uraian. Ini menentukan pemilihan bahan, gaya bahasa atau pemilihan kata-kata. Misalnya dalam suasana informal, gaya pidato seperti bercakap (conversational) dan akrab (intimate).
Untuk mempertahankan kesatuan ini bukan saja diperlukan ketajaman pemikiran, tetapi juga kemauan kuat unhrk membuang hal-hal yang mubazir. Sering kali orang digoda untuk memasukkan bahan yang menarik, walaupun kurang berfaedah. Kurangnya kesatuan akan menyebabkan pendengar menggerutu, “ngawur” bertele-tele, tidak jelas apa yang dibicarakan, “meloncat-loncat”.

2)      Pertautan (coherence)
Pertautan menunjukkan urutan bagian uraian yang berkaitan satu sama lain. Pertautan menyebabkan perpindahan dari pokok yang satu kepada pokok yang lain berjalan lancar. Untuk memliohara pertautan dapat digunakan tiga cara: ungkapan penyambung (connective phrase), paralelisme dan gema (echo). Ungkapan penyambung adalah sebuah kata atau lebih yang digunakan untuk merangkaikan bagian-bagian, contoh karena itu, walaupun, demikian, sebagia ilustrasi, dst. Gema berarti kata atau gagasan dalam kalimat terdahulu diulang kembali pada kalimat baru. Pada contoh dibawah ini, yang dicetak miring adalah “gema”. Contoh ketiga hal tersebut diatas menentukan berhasil tidaknya pendidikan. Yang disebut terakhir, yaitu masyarakat, amat banyak pengaruhnya tetapi amat sedikit m,endapat perhatian. Gema bisa berupa sinonim, perulangan kata, kata ganti atau istilah lain yang menggantikkan kata-kata sebelumnya.
Untuk memelihara pertautan dapat dipergunakan tiga cara: ungkapan penyamhung (connective phrases), paralelisme dan gema (echo). Ungkapan penyambung adalah sebuah kata atau lebih yang digunakan untuk merangkaikan bagian-bagian. Berikut ini adalah contoh-contohnya:
Karena itu, walaupun, jadi, selain itu, sebaliknya, misalnya, sebagai contoh dengan perkataan lain, sebagai ilustrasi, bukan saja..., tetapi juga..., tidak berbeda dengan ini..., akibat semuanya ini..., dan yang terpenting dari semuanya ini..., hal-hal tersebut perlu diperhatikan..., demikian..., contoh berikutnya ialah..., dst.
Paralelisme ialah mensejajarkan struktur kalimat yang sejenis dengan ungkapan yang sama untuk setiap pokok pembicaraan. Misalnya, “Pemuka masyarakat memiliki empat ciri: Ia mengetahui lebih banyak, ia berpendidikan lebih tinggi, ia mempunyai status yang lebih terhormat, dibandingkan dengan anggota masyarakat yang lain”.
Gema (echo) berarti kata atau gagasan dalam kalimat terdahulu diulang kembali pada kalimat baru. Pada contoh. Ketiga hal tersebut di atas menentukan berhasil tidaknya pendidikan. Yang disebut terakhir, yaitu masyarakat, amat banyak pengaruhnya tetapi amat sedikit mendapat perhatian.
Gema dapat berupa sinonim, perulangan kata, kata ganti seperti ini, itu, hal tersebut, ia, mereka, atau istilah lain yang menggantikan kata-kata yang terdahulu.

3)      Titik berat (emphasis)
Titik berat menunjukkan pada bagian-bagian penting yang patut diperhatikan. Titik berat dalam uraian lisan (pidato) dapat dinyatakan dengan hentian sejenak, tekanan suara yang dinaikkan, perubahan nada, isyarat dan sebagainya.
Bila kesatuan dan pertautan membantu pendengar untuk mengikuti dengan mudah jalannya pembicaraan, titik-berat menunjukkan mereka pada bagian-bagian penting yang patut diperhatikan. Hal-hal yang harus dititik beratkan bergantung kepada isi komposisi pidato, tetapi pokok-pokoknya hampir sama. Gagasan utama (central ideas), ikhtisar uraian, pemikiran baru, perbedaan pokok, hal yang harus dipikirkan khalayak adalah contoh-contoh bagian yang harus dititik beratkan, atau ditekankan. “Titik-berat dalam tulisan dapat dinyatakan dengan tanda garis bawah, huruf miring atau huruf besar. Dalam uraian lisan, ini dinyatakan dengan hentian, tekanan suara yang dinaikkan, perubahan nada, isyarat dan sebagainya. Dapat pula didahului dengan keterangan penjelas seperti “Akhirnya sampailah kepada inti pembicaraan saya”, “Saudara-saudara, yang terpenting bagi kita ialah...”, dan sebagainya.

2.      Menyusun Pesan Pidato

Pengorganisasian pesan dapat dilihat menurut inti pesan itu sendiri atau dengan mengikuti proses berpikir manusia. Yang pertama kita sebut Organisasi Pesan (message organization) dan yang ke­dua Pengaturan Pesan (message arrangement).
1)      Organisasi Pesan
Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan (sequence): deduktif, induktif, kronologis, logis, spsial, dan topikal.
Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpul­an dan bukti. Sebaliknya, dalam urutan induktif kita mengemukakan perincian-perincian dan kemudian menarik kesimpulan. Bila anda menyatakan dulu mengapa perlu menghentikan merokok, lalu menguraikan alasan-alasannya, anda menggunakan urutan deduktif. Tetapi bila anda menceritakan sekian banyak contoh dan pernyataan dokter dan anda menyimpulkan bahwa rokok berbahaya, urutan induktif anda ikuti.
Dalam urutan logis, pesan disusun berdasarkan sebab - ke - akibat atau akibat -ke-sebab. Bila seorang dokter menjelaskan arterioclerosis dari sebab-sebabnya kepada gejala-gejalanya, ia mengikuti urutan pertama. Tetapi bila ia berangkat dari gejala-gejalaarterioclerosis seperti adanya deposit cholesterol, penyempitan saluran darah, permukaan salur­an yang kasar dan menjelujuri penyebab-penyebabnya, ia mulai dari akibat ke sebab.
Dalam urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat. Cara ini dipergunakan kalau, pesan berhubungan dengan subjek geografis atau keadaan fisik lokasi. Pidato tentang “Distribusi pendapatan di Indonesia” dapat disusun sebagai berikut:
Rata-rata pendapatan penduduk di Ibukota
Rata-rata pendapatan penduduk di Jawa
Rata-rata pendapatan penduduk di luar Jawa
Dalam urutan topikal, pesan disusun berdasarknn topik pembicaraan: klasifikasinya, dari yang penting kepada yang kurang penting, dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang dikenal kepada yang asing. Menguraikan komunikasi dapat dimulai dari komunikasi personal, komunikasi kelompok, komunikasi massa (klasifikasi topik). Menje­laskan suatu organisasi biasanya diawali dengan keadaan pimpinan, pembantu-pembantunya dan lalu anak-buahnya (penting ke tidak penting). Berbicara tentang teori Quantum dapat menggunakan urutan: pengertian quantum, mekanika quantum, elektrodinamika quantum (mudah ke sukar). Musik vokal dapat diuraikan dari lagu yang dikenal khalayak sampai kepada aria, himne carol, chorale, chorus, madrigal, oratorio dan seterusnya (dikenal ke asing).
                                                      
2)      Pengaturan pesan
Bila pesan sudah terorganisasi dengan baik, kita masih perlu menyesuaikan dengan cara berpikir khalayak. Urutan pesan yang sejalan dengan proses berpikir manusia disebut Alan H.sebagai motivated sequence (urutan bermotif).
Bagaimana kita berpikir dikemukakan Wiliam James.Proses berpikir dari james ini diterjemahkan oleh Raymond S. Dalam susunannya sebagai berikut :
1.      Perhatian dan kesadaran akan adanya kesulitan
2.      Pengenalan masalah atau kebutuhan
3.      Pemisahan keberatan dalam mencari penyelesaian  terbaik
4.      Penjajagan pemecahan yang ditawarkan
5.      Penilaian rencana yang menghasilkan diterima atau ditolaknya pemecahan masalah
Hollingsworth dalam the psycology of the audience , menyebutkan lima tugas pokok yang harus diperhitungkan komunikator dalam mempengaruhi khalayak : perhatian, minat, kesan, keyakinan dan pengarahan .Tahap pertama yang dilakukan pembicara adalah merebut perhatian khalayak dengan menggunakan berbagai macam daya tarik dan harus mempertahankan dengan membangkitkan minat khalayak .Disini digunakan cerita lucu,penggunaan bahasa yang baik .Tahap berikutnya ialah menanamkan kesan yang kuat ,pada tahap terakhir khalayak harus ditunjukkan kepada arah tindakan dengan sifat, waktu, dan cara yang telah ditentukan
Raymond S.Ross menganjurkan sistem penyusunan pesan sebagai berikut:
1.      Perhatian: Timbulkan perhatian sehingga khalayak memiliki perasaan yang sama tentang  masalah yang dihadapi
2.      Kebutuhan: Bangkitkan minat dan terangkan perlunya masalah tersebut dengan menghubungkannya pada kebutuhan daya tarik motif
3.      Rencana: jelaskan pemecahan masalah dengan melihat  pengalaman masa lalu
4.      Keberatan : kemukakan keberatan ,kontra argumentasi atau pemecahan lainnya
5.      Penegasan kembali: bila arah tindakan yang diusulkan telah terbuka paling baik, tegaskan kembali pesan tersebut dengan ikhtisar, tinjauan singkat, kata-kata pengingat dan visualisasi
6.      Tindakan: tunjukkan secara jelas tindakan yang harus mereka lakukan
Hovland, Janis dan kelley beranggapan bahwa penerimaan suatu opini merupakan suatu rangkaian pengalaman belajar .Dan dalam belajar manusia mengalami tiga aspek pokok yaitu : perhatian, pengertian dan penerimaan mula-mula mereka tertarik dengan pesan kemudian, membentuk konsep dan mengartikan lambang-lambang itu.
            Monroe menyebutkan lima tahap urutan bermotif: perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi dan tindakan .khalayak harus diberikan petunjuk bagaimana cara memuaskan kebutuhan tersebut. Ia harus dapat menggambarkan dalam pikirannya penerapan usul yang diajukan kepadanya.saran dan tindakan yang tegas harus dinyatakan ,contohnya bila anda berkata berkata kepada teman anda “Lihat rambutmu” anda berada pada tahap pertama .bila kemudian anda menyatakan bahwa rambut itu sudah harus dipotong ,anda berusaha meyakinkan dia akan kebutuhannya sendiri. Anda tentu akan menjelaskan bahwa bila tidak dipotong cepat-cepat ,rambut itu akan mengganggunya menyebabkan dia kelihatan tidak rapi ,sedangkan bila dipotong ia akan tampak gagah, sopan dan tampan ini usaha visualisasi “ayo, cukurlah rambutmu sekarang “, adalah perintah untuk bertindak
            Tidak semua tahap itu terdapat dalam setiap jenis pidato. Dalam pidato rekreatif ,pembicara hanya berada pada tahap perhatian. Disini khalayak diharapkan memberikan respons, saya ingin mendengarkannya dan saya akan terus mendengarkan sebab saya menyayanginya. Dalam pidato informatif, pembicara menggunakan tiga tahap: tahap perhatian, tahap kebutuhan, dan tahap pemuasan
            Tahap perhatian. Khalayak dapat memperhatikan pesan pidato secara sengaja, karena ia berkeinginan untuk mendengarkannya. Tetapi seorang juru pidato harus berusaha membuatnya menaruh perhatian walaupun sebelumnya khalayak tertarik dengan hal-hal lain.
Tahap kebutuhan. Jenis tahap kebutuhan disesuaikan dengan tujuan pidato, pada tahap ini pembicara membangkitkan rasa tidak puas pada keadaan.pada tahap ini kita dapat menggunakan empat macam tehnik pengembangan
Pernyataan : pernyataan masalah tertentu atau pentingnya informasi yang akan disampaikan
Ilustrasi menambahkan beberapa contoh untuk menggambarkan kebutuhan
Ramifikasi penambahan tehnik-tehnik lainnya dalam menggambarkan bahasa untuk menambah kesan dan keyakinan
               Tahap pemuasan. Pada tahap ini kita berusaha agar khalayak menyetujui gagasan yang kita terapkan atau memahami pokok yang kita sampaikan. Menyetujui dalam pidato persuasif dan memahami dalam pidato informatif. Sesuai dengan kedua jenis pidato itu, tahap ini mengenal dua macam pola pengenbangan. Dalam pidato persuasif kita menggunakan lima macam teknik pengembangan :
1.      Pernyataan : menyatakan dengan tegas sikap, keyakinan dan tindakan yang diharapkan dari khalayak.
2.      Penjelasan : mengusahakan agar gagasan yang ditawarkan itu dapat dimengerti benar.
3.      Demonstrasi teoritis : tunjukkan bagaimana keyakinan atau tindakan yang diusulkan secara logis mengatasimasalah yang diajukan pada tahap kebutuhan.
4.      Pengalaman praktis : memberikan contoh-contoh aktual yang menunjukan bahwa gagasan kita itu terbukti benar fan bermanfaat.
5.      Penolakan keberatan : menunjukkan jawaban-jawaban gagasan kita bila terdapat penolakan atau keberatan ddan memperlihatkan bagaimana gagasan kita mengatasi kesulitan-kean memperlihatkan bagaimana gagasan kita mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Dalam pidato informatif, tahap ini merupakan tahap yang paling penting dari seluruh pidato. Adapun terdapat tiga teknik pengembangan, diantaranya.
1.      Ikhtisar pendahuluan : diterangkan pokok-pokok pembicaraan singkat dari seluruh pembahasan. Biasanya dikemukakan bagian-bagian penting yang berfungsi seperti “daftar isi dalam penulisan buku.
2.      Informasi terinci              : pokok-pokok diatas dijelaskan satu persatu setiap perincian  dikelompokkan dalam satuan –satuan uraian.
3.      Ikhtisar akhir                   : pikiran-pikiran pokok direkapitulasi ,ditambah dengan kesimpulan.

3.      Membuat Garis-garis Besar Pidato
            Garis-garis besar pidato merupakan pelengkap yang amat berharga bagi pembicara dan keharusan bagi pembicara baru.
Ciri-ciri Garis Besar yang Baik
            Bentuk garis besar bermacam-macam, tetapi pada pedoman yang sama untuk membuat garis besar yang baik

1. Garis besar terdiri dari tiga bagian : pengantar, isi, dan penutup.
2. Lambang yang digunakan tidak bileh membingungkan.
3. Pikiran pokok dan penunjang dibedakan dengan penulisan yang menjorok kedalam. Pernyataan  yang mempunyai kedudukan sama berada pada garis vertikal yang sama pula
Contoh :
Jurnalistik  mencakup bermacam-macam pekerjaan
Dalam media surat kabar:
Reporter
Penyunting
Pembaca naskah
Dst

Macam-macam Garis Besar
            Alan H.Monroe menunjukkan tiga macam garis besar : garis besar lengkap ,garis besar singkat, garis besar alur teknis
            Garis besar lengkap diperlukan dalam proses pengembangan pidato dan digunakan pembicara yang bukan ahli dalam penyajiannya, dengan membaca garis besar lengkap, orang lain pun dapat mengetahui gambaran isi pidato itu secara keseluruhan
             Garis besar singkat diperlukan hanya sebagai pedoman atau pengingat saja ,digunakan oleh pembicara ahli dalam proses penyampaian pidato .di dalamnya hanya ditulis inti-inti pembicaraan saja
            Garis besar alur teknis. Pada jenis garis besar ini di jelaskan teknik-teknik pidato seperti: gaya bahasa, cara penyajian fakta, daya tarik motif, dan sebagainya . Di bawah ini diberikan contoh ketiga macam garis besar tersebut
Garis besar lengkap                                                                       Garis besar singkat
Tahap perhatian                                                                              Tahap perhatian
Seorang pejabat tiba-tiba                                                     I.      Korban darah tinggi
Meninggal dunia karena
Darah tinggi
Kejadian seperti itu dapat                                                    II.   Hubungannya dengan diri
Menimpa kita semua                                                                      pendengar
Tahap kebutuhan                                                                            Tahap kebutuhan
Orang sering tidak merasa
Menderita darah tinggi                                          I. Kurangnya kesadaran
Mereka tidak pernah
Diperiksa                                                            A. Tidak pernah diperiksa
Mereka menganggap enteng                                B. Menganggap enteng
Penyakit ini
Tahap pemuasan                                                                       Tahap pemuasan
Orang perlu diperiksa secara continu                      I. Perlunya pemeriksaan                    
Pasien dapat berhubungan dengan                       A. Melalui dokter
Dokter pribadi

Garis Besar alur Teknis
Tahap perhatian
Peristiwa yang mengejutkan
Pernyataan yang dihubungkan dengan khalayak
Tahap kebutuhan :
Penilaian situasi sekarang
Pernyataan pokok
Statistik
Permisalan
Testimoni
Pernyataan pokok
Penjelasan
Permisalan
Ilustrasi hipotetis
Testimoni
Tahap pemuasan
Gagasan utama yang dikemukakan
Rencana yang pertama
Ilustrasi hipotesis
Rencana kedua
Ilustrasi faktual

Gagasan lainnya yang diajukan
Rencana pertama
Penjelasan
Permisalan
Rencana kedua
Penjelasan
Perulangan
Testimoni

4.      Memilih Kata-Kata
            Bila pembicara berpidato dengan baik, pendengar jarang menyadari manipulasi daya tarik motif yang digunakan, tidak pula mengerti teknik-teknik pengembangan pokok bahasan.Tetapi setiap pendengar mengetahui pasti pembicara yang baik selalu pandai dalam memilih kata-kata.pernyataan yang sama dapat menimbulkan kesan yang berbeda, karena perbedaan kata yang mengungkapkannya.
Contohnya: Penduduk desa akan tersinggung bila disebut “Bodoh dan terbelakang”, tetapi mereka hanya tersenyum kecil bila dikatakan “kurang memahami persoalan dan belum mencapai tingkat pendidikan yang tinggi”. Jadi kata-kata bukan saja dapat mengungkapkan , tetapi juga memperhalus, dan bahkan menyembunyikan kenyataan. “ kekurangan gizi” dapat menyembunyikan “kelaparan”.
Selain itu, kata-kata juga dapat mencerminkan tingkah laku dan struktur sosial pembicara
Kata-Kata Harus Jelas
            Ini berarti bahwa kata-kata yang dipilih tidak boleh menimbulkan arti ganda , tetap dapat mengungkapkan gagasan secara cermat. Untuk mencapai kejelasan seperti itu hal-hal berikut harus di perhatikan
Gunakan istilah yang spesifik (tertentu)
Ada kata-kata yang terlalu umum artinya sehingga mengundang tafsiran bermacam-macam. Ada pula kata-kata yang artinya sudah tertentu. “ Ia mengajar saya bahasa inggris” lebih spesifik daripada “Ia mendidik saya”.
Gunakan kata-kata yang sederhana
Berpidato adalah berkomunikasi dan bukan “unjuk gigi”. Karena nilai komunikasinya ,kata-kata yang diucapkan harus dapat dipahami dengan cepat.
Hindari istilah-istilah teknis
Ciri dunia modern ialah berkembangnya spesialisasi yang  mempertinggi kemampuan ,masing-masing mengembangkan kata-kata yang dipahami oleh mereka sendiri
Berhemat dalam penggunaan kata-kata
Seringkali kalimat panjang menjadi jelas setelah kata-kata yang berlebihan dibuang “Adalah suatu keharusan bagi seseorang guru untuk menaruh perhatian  yang tinggi kepada siswa-siswanya.kalimat ini menjadi jelas setelah diganti seperti ini. “Guru harus memperhatikan sekali siswa-siswanya. Termasuk penghematan kata adalah menghindari gejala kerancauan (kontminasi).
Gunakan perulangan atau pernyataan kembali gagasan yang sama dengan kata yang berbeda. Dalam komunikasi tulisan, orang dapat melihat pokok pembicaraan dari judul atau sub judul. Dalam komunikasi lisan, gagasan utama hanya dapat diketahui dari perulangan.  yang berikut :
Ini adalah contoh perulangan “kemalasan saudara menjengkelkan dosen ,mendongkolkan orang tua dan mengecewakan pimpinan saudara.
Kata-kata Harus Tepat
            Ini berarti kata-kata yang digunakan harus sesuai dengan kepribadian komunikator, jenis pesan, kadaan khalayak,dan situasi komunikasi , untuk memperoleh  ketepatan kata – prinsip –prinsip berikut ini selalu harus diperhatikan
Hindari kata-kata klise
Kata klise ialah kata yang sudah terlalu sering dipergunakan atau tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.
Gunakan bahasa pasaran secara hati-hati
Bahasa pasaran ialah bahasa yang dipergunakan bukan oleh orang yang terpelajar, tetapi diterima dalam percakapan sehari-hari
Hati-hati dalam penggunaan kata-kata pungut
Kata-kata asing sebaiknya dihindari ,kalau tidak ditemukan istilah indonesianya .
Hindari vulgarisme dan kata-kata yang tidak sopan
Vulgarisme ialah kata-kata kampungan yang hanya digunakan oleh masyarakat rendahan.
Jangan menggunakan penjulukan 
Penjulukan adalah pemberian nama jelek pada sesuatu atau seseorang  yang tidak kita senangi.penjulukan biasanya menimbulkan  respon emosional ,menghambat proses berpikir walaupun kadang-kadang memperoleh hasil yang cepat
Jangan menggunakan eufemisme yang berlebih-lebihan
Eufemisme ialah ungkapan pelembut  yang biasanya menggantikan kata-kata yang terasa kurang enak
Kata-Kata Harus Menarik
            Selain harus jelas dan pantas (clear and appropriate), kata-kata juga harus menimbulkan kesan yang kuat, dan merebut perhatian untuk itu, di bawah kita tuturkan beberapa petunjuk:
Pilihlah kata-kata yang menyentuh langsung dari khalayak
Bahasa lisan sebaiknya bergaya percakapan-percakapan, langsung dan komunikatif.
Gunakan kata beronak (colorfull word) ialah kata yang dapat melukiskan sikap dan perasaan, atau keadaan. Warna kata dipengaruhi oleh asosiasi dengan pengalaman tertentu. Kata “propaganda” sekarang mempunyai warna yang suram karena pernah digunakan jelek dalam perang dinia kedua jadi pemakaian kata dapat merendahkan warnah kata, bahakan dapat membangkitkan asosiasi emosional. Kata-kata “kuli,”buruh,”pegawai,”karyawan” masing-masing mempunyai warna emosional yang berlainan.
Gunakan bahasa yang figuratif
Bahasa figuratif ialah bahasa yang dibentuk begitu rupa sehingga menimbulkan kesan yang indah. Untuk itu biasanya digunakan gaya bahasa (figur of speech). Banyak jenis gaya bahasa, sehingga tulisan ini hanya membatasinya pada beberapa buah saja sebagai contoh. Gaya bahasa yang lengkap dapat dipelajari pada buku-buku kesusastraan.Gunakan kata-kata tindak (action words). Kata tindak menggunakan kata-kata aktif. Kalimat, “diharapkan dari pertemuan ini gagasan baik dapat dirumuskan oleh semua peserta” akan lebih baik diganti dengan “kita berharap dengan pertemuan ini semua peserta dapat merumuskan gagasan baik”.

Sebagai kesimpulan, kita harus dapat memilih kata-kata yang lejas, tepat, dan menarik.

5.      Cara Membuka Pidato
            Pembukaan pidato adalah bagian penting dan menentukan. Kegagalan dalam membuka pidato akan menghancurkan seluruh komposisi dan presentasi pidato. Tujuan utama pembukaan pidato ialah membengkitkan perhatian, memperjelas latar belakang pembincaraan dan menciptakan kesan yang baik mengenai komunikator.
            Yang pertama kali yang harus dilakukan dalam tahap ini ialah mengesankan agar pendengar siap untuk memperhatikan anda. Setelah perhatian terpusat, pendengar harus dirangsang untuk memperhatikan pokok pembicaraan itu sendiri.
            Bagaimana cara-cara membuka pidato dan berapa banyak waktu yang dibutuhkannya amat bergantuk pada topik, tujuan, situasi, khalayak, dengan komunikan sebagai pedoman. Sebagai pedoman, Anda dapat memilih satu di antara cara-cara di bawah ini:
Langsung menyebutkan pokok persoalan
Komunikator menyebutkan hal yang akan dibicarakannya dan memberikan kerangka  pembicaraannya. Cara ini biasanya dilakukan bila topik adalah pusat perhatian khalayak. Di depan rakyat desa yang sudah lama menanti keterangan perihal KIK, pegai bank dapat memulainya sebagai berikut:

Saudara-saudara, pagi ini saya akan membicarakan cara-cara memperoleh kredit infestasi kecil dan berapa jumlah uang yang dapat saudara terima, bila permohonan saudara-saudara dikabulkan.
Melukiskan latar belakang masalah
Komunikator menerangkan sejarah topik,membatasi pengertian, da  n menyatakan masalah-masalah utamnya.seorang mubalig yang berbicara tentang pentingnya infak memulaipidatonya seperti ini:
Saudara-saudara sudah lama kita mengetahui bahwa banyak usaha amal salih yang tidak dapat dijalankan karena kekurangan dana.
Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak.
Dengan menambatkan pembicaraan kepada fokus perhatian khalayak, kita mempunyai peluang yang baik untuk memasukkan ide-ide kita dan menimbulkan kesan yang kuat. Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati.
Ini biasanya dilakukan dalam pidato untuk memperingati hari bersejarah ,bangunan baru ,atau orang besar yang sudah tiada..dalam pidato 17Agustus 1961 terkenal dengan nama RESOPIM- Sukarno memulai pidatonya sebagai berikut:




Saudara-saudara sekalian
Alangkah bahagianya kita pada hari ini
Pada hari ini, kita merayakan hari ulang tahun proklamasi kemerdekaan kita yang ke 17.
Pada hari ini, kita boleh menyebut angka keramat 17 dua kali. Dua kali ! sebab pada hari ini, kita mengalami tujuh belas Agustus ketujuh belas kalinya.
Menghubungkan dengan tmpat komunikator berpidato
Tempat berlangsungnya pertemuan seperti bangunan, lapang, taman, didepan patung, dan sebagainya. Dapat dijadikan sebagai pembukaan dasar pidato. Yang dihubungkan adalah kejadian historis,Moh Natsir mengamali pidatonya sebagai berikut
Saudara-saudara
Saudara-saudara sekarangini berkumpul dalam satu gedung yang bersejarah.
Menghubungkan dengan suasana emoi (mood) yang telah meliputi khalayak.
Suasana riang dan suasana sedih memerlukan cara prmbukaan yang berbeda. Ketika jenazah Alexander Hamilton dikuburkan, Gubernur Morris membuka pidatonya seperti ini
Jiak pada suasana yang khidmat dan menyedihkan ini saya harus membangkitkan rasa duka saudara –saudara ,maka ini baru mengecilkan gelora perasaan yang begitu merata dan begitu jelas saudara perlihatkan
Menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi dimasa lalu
Bila kita ingin menunjukkan pentingnya persoalan yang dikemukakan, atau perkembangan yang telah dicapai .contoh terbaik adalah permulaan pidato Martin Luther King Jr., dihadapan 210.000 demonstran, di muka gedung lincolon Memorial, 28 Agustus 1963
Seratus tahun yang lalu,seorang besar Amerika, yang dalam bayangan simbolisnya kita berdiri, menandatangani pernyataan pembebasan perbudakan.
Menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar
Dengan menghubungkan pokok pembicaraan pada hal-hal penting dalam kehidupan pendengar maka khalayak harus terlibat langsung dengan pembicara
Memberikan pujian pada khalayak atas pertasi mereka
Bila khalayak memiliki keistimewaan tertentu atau telah melakukan usaha yang dapat dibanggakan ,pembukaan dengan menyebut keistimewaan tersebut akan menyenangkan mereka.ketika melakukan Milan,Napoleon memuji tentaranya sebagai berikut
Para prajurit: kalian menyerbu membahana bagaikan hujan badai dari puncak Apenina
Memulai dengan pernyataan yang mengejutkan
Cara ini disebut juga the shock technic.khalayak dikejutkan dengan pernyataan fakta atau opini yang luar biasa.Dale Carnegia memberikan contoh pembukaan seperti ini dari pidato      Paul Gibbons
Bangsa Amerika adalah pejabat yang paling busuk di dunia.pernyataan ini mengejutkan tetapi benar
Mengajukan pernyataan provokatif atau serentetan pertanyaan
Pertanyaan yang baik dapat mendorong khalayak untuk memikirkan jawabannya 
Pertanyaan itu haruslah yang erat kaitannya baik dengan kepentingan khalayak maupun dengan isi pidato. Dr. Harles Wellborn memulai pidatonya di depan suatu simposium di Florida State University sebagai berikut :
Apakah itu “moralitas baru” ?
Apakah itu seperti kata kawan saya, sebuah etika yang dapat membuat oang yang lebih bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya dari pada moralitas lama” ?
Menyatakan kutipan
Yang dikutip dapat berupa ucapan pejabat atau orang terkemuka, syair, puisi, tulisan pengarang ternama atau ayat-ayat kitab suci. Seorang ahli ekologi memulai pidatonya sebagai berikut :
Di muka peserta seminar nasional pengembangan lingkungan hidup, 5 Juni 1978 di Istana merdeka, Presiden Soeharto berkata “Proklakomsumsi dan gaya hidup mewah di negara-negara maju yang tinggi pendapatannya tidak mungkin di dukung oleh kemampuan ekonomi rakyat kita”
            Presiden benar. Tetapi apa yang tidak mungkin itu sekarang di praktekkan oleh sekelompok kecil masyarakat melalui media massa
Menceritakan pengalaman pribadi
Pengalaman pembicara yang menarik pada pembuka minat pendengar. Pengalaman tersebut akan terasa “ dekat” dan “nyata” sebab orang yang mengalaminya hadir di khalayak. Seseorang agitator memulai pidatonya seperti ini:
            Dua hari yang lalu saya berpidato di tengah-tengah rakyat kecil di Sukabumi. Udara terik membakar, lapang penuh sesat dan panggung tempat saya berdiri di penuhi pemuda-pemuda belasan tahun.
Mengisahkan cerita faktual, fiktif atau hipotetis
Manusia senang mendengarkan “dongeng” atau di bawah untuk membayangkan situasi rekaan di masa kini atau masa yang akan datang.
            Beberapa waktu yang lalu seorang anak kecil menanyai ibunya, “kata ibu, burung bangaukah yang membawa bayi ?” tanyanya.”Ya” jawab ibunya. “ dan Tuhan kah yang memberi kita makanan ?”” benar, sayang” dan sinterklas memberi kita hadiah ?” betul...”kalau begitu, “ujar si kecil” “apa perlunya kita punya Bapak ?” saya ingin menjawab pertanyaan si kecil itu, kita memerlukan seorang Bapak untuk menghadiri hal-hal seperti ini. Tanpa Bapak, ucapan ini tidak akan sempurna
Menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang di akui kebenarannya
Supaya menarik, selain harus relevan dengan pokok pembicaraan, teori itu harus pula luar biasa dan di sajikan secara dramatis. Pengacara muda, George Graham Vest, memulai tuntutannya untuk membela pemilik anjing yang terbunuh sebagai berikut.
            Sidang juri yang terhormat : Teman terbaik yang di miliki orang mungkin berbalik melawannya atau menjadi musuhnya. Anaknya, yang ia pelihara denga penuh kasih sayang, mungkin tidak tahu membalas budi.
Membuat humor
Pembukaan jenis ini adalah yang paling sukar. Beberapa penulis bahkan tidak menganjurkannya sama sekali. Bila berhasil, pembukaan seperti amat terkesan bagi pendengar. Bila gagal, bukan saja khalayak, pembicara pun akan di ganggu oleh kekecewaan. Oleh Winston Churchill untuk berbicara tentang “literatur dan pers”. Inilah pembukaan pidatonya :Major Astor, yang mulia, tuan-tuan – teristimewa tuan Churchill (khalayak tertawa): - Yang mencemaskan saya kini adalah dua benda yang mencurigakan yang di simpan di meja di muka saya. (tertawa). Dua benda itu ialah dua buah mike). Saya tidak tahu benda apa itu, tetapi saya kira yang satu melambangkan literatur, dan yang satu lagi pers. (khalayak tertawa).
6.      Cara Menutup Pidato
           Permulaan dan akhir pidato adalah bagian-bagian  yang paling menentukan. Kalau permulaan pidato harus dapat mengantarkan pikiran dan menambatkan perhatian kepada pokok pembicaraan, maka penutup pidato harus dapat memfokuskan pikiran dan perasaan khalayak pada gagasan utama dan kesimpulan penting dari seluruh isi pidato. Karena itu penutup pidato harus dapat menjelaskan seluruh tujuan komposisi, memperkuat daya persuasi, mendorong pemikiran dan tindakan yang diharapkan, menciptakan klimaks dan menimbulkan kesan terakhir yang positif.
           Ada dua macam penutup yang buruk: berhenti tiba-tiba tanpa memberikan gambaran komposisi yang sempurna, atau berlarut-larut tanpa pengetahuan dimana harus berhenti. Dibawah ini ada beberapa cara menutup pidato :
1.      Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan.
Manusia sanggup mengingat banyak hal, tetapi hanya sanggup mengingat jelas beberapa hal saja. Karena itu pokok-pokok utama disebutkan kembali. Cara yang paling mudah ialah membilangnya dalam urutan satu, dua, tiga, dan seterusnya. Contoh: “pendeknya, ada tiga hal yang menjadi tonggak demokrasi: kebebasan berbicara, partai politik, dan pemilihan umum yang bebas dan rahasia”.
2.      Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda.
Ini dapat dilakukan setelah menyebutkan ikhtisar pidato atau tanpa ikhtisar pidato. Presiden John F.Kennedy mengakhiri pidato pelantikannya sebagai berikut:
Karena itu, saudara-saudaraku orang Amerika, jangan bertanya apa yang dapat dilakukan negara untukmu.
Saudara-saudara warga dunia, jangan Tanya apa yang dapat dlakukan Amerika untukmu, tetapi apa yang dapat kita sumbangkan bersama bagi kemerdekaan umat manusia. Akhirnya, apakah saudara warga Amerika atau warga dunia, mintalah dari kami standar kekuatan dan pengorbanan yang sama tingginya dengan yang kami minta dari saudara-saudara.
Dengan hati nurani sebagai satu-satunya imbalan yang pasti dengan sejarah sebagai hakim terakhir bagi perbuatan kita, marilah kita maju terus membawa negara yang kita cinta, seraya memohon rahmat-Nya dan bantuan-Nya, sambil meyakini pula bahwa dibumi ini karya Tuhan haruslah menjadi karya kita sendiri.
3.      Mendorong khalayak untuk bertindak (Appeal for action)
Pidato persuasif selalu ditujukan untuk memperoleh tindakan tertentu dari khalayak. Tindakan itu dapat berupa respon fisik seperti mencoblos partai tertentu, mengikuti program KB, menyumbangkan dana, dan sebagainya. Tindakan itu berupa hal-hal abstrak seperti penerimaan unsur atau gagasan. Mochtar Lubis mengakhiri ceramahnya seperti ini:


Akhirnya kita harus sampai pada kesimpulan betapa pentingnya kita mengembangkan sistem pendidikan yang dapat menjawab tantangan-tantangan dunia masa kini. Melihat banyaknya laporan dan tulisan mengenai ilmu teknologi di Amerika Serikat, Rusia, Prancis, Jerman, jelas betapa banyaknya informasi yang senantiasa harus kita kejar, kita sistimatisasi, kita pahami dan untuk ini kita perlu orang-orang yang berpengatahuan, punya pengertian, punya hati nurani, punya kejujuran dan dedikasi. Saya mengusulkan… apa yang hendak saya usulkan?saya usulkan supaya kiat Indonesia bersikap lebih manusia terhadap sesame manusia kita.
4.      Mengakhiri dengan klimaks
Akhir pidato merupakan puncak seluruh uraian. Menuju penutup pidato, uraian menjadi lebih penting dan lebih patut mendapat perhatian. Klimaks diperlihatkan dalam akhir pidato Mohammad Hatta dibawah ini:
Camkanlah! Negara Republik Indonesia belum lagi berdasarkan pancasila, apabila pemerintah dan masyarakat belum sanggup menaati Undang-Undang Dasar 1945, terutama belum dapat melaksanakan pasal 27 ayat 2, pasal 31, pasal 33, dan pasal 34. Dan camkanlah pula, bahwa pancasila itu adalah kontrak Rakyat Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan kita sebagai bangsa. Angkatan muda sekarang tidak boleh melupakan dan mengabaikannya! Sekian.
5.      Mengatakan  kutipan sajak, kitab suci, peribahasa, atau ucapan ahli
Kutipan dapat menambah keindahan komposisi, asalkan kutipan itu ada kaitannya dengan tema yang dibicarakan atau menunjukkan arah tindakan yang harus dilakukan. Inilah akhir pidato Moh. Natsir dalam ceramahnya didepan Latihan Kepemimpinan Mahasiswa IKIP Bandung,1977:
Dalamsebuah buku yang berjudul “islam its meaning and massage” (Islam, Arti dan Risalahnya…Prof. Muhammad Qutb mengakhiri uraiannya dengan:… ( Masa perjalanan islambaru mulai, tiak berakhir bukan suatu kekuatan dinamis yang hidup. Masa depannya gemilang seperti kejayaannya dimasa sejarah lampaunya ang besar ketika ia menyinari wajah dunia tatkala Eropa masih merangkak-rangkak didalam masa kegelapan abad pertengaha yang mandek). Optimism seperti ini haruslah tertanam dalam setiap jiwa pemuda islam, dalam setiap calon pemimpin, yang dikemudian hari dapat membawa keseimbangan kembali kepada manusia dan dunia yang telah hilang keseimbangannya.
6.      Menceritakan contoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicaraan
Ilustrasi itu haruslah berbentuk cerita yang menarik perhatian dan menghidupkan jalannya uraian. Panjang pendeknya cerita dapat disesuaikan dengan waktu yang tersedia.
7.      Menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara
Ini akan efektif sekali, bila pembicara memiliki prestise yang tinggi dimata khalayaknya. Seorang juru pidato yang menceritakan peristiwa-peristiwa kelaparan yang terjadi dalam sejarah kemudian menutup pidatonya dengan berkata:
Dan inilah maksud pembicaraan saya: mengingatkan saudara semua untuk bertanggung jawab menyelamatkan dunia dengan menghambat perkembangan penduduk sekarang ini.

8.      Memuji dan menghargai khalayak
Pujian efektif tentu saja adalah pujian yang wajar, ikhlas dan tidak berlebih-lebihan. Dengan pujian, pembicara akan meninggalkan pendengar dalam keadaan puas dan bahagia. Perhatikan penutup pidato Soekarno dibawah ini. Setelah menyebutkan bangsa Indonesia sebagai “bangsa yang jiwanya jiwa besar, suatu bangsa yang ulet laksana baja, suatu bangsa yang mempunyai daya tahan yang luar biasa”, Soekarno berkata:
Denga rakyat seperti rakyat Indonesia ini, aku berani meningkatkan  revolusi Indonesia itu menjadi suatu revolusi yang benar-benar multicomplex, atau berani memimpinnya, aku berani mensenapatiinya, karena aku merasa mampu untuk denga rida Tuahan meningkatkan segala tenaganya, meningkatakan segala pikirannya, menggegap gempitakan, segala romantic dan dinamikanya, mendantam-dentamkan segala hantaman- hantamannya,menggelegarkan segala pembantingan tulang-tulangnya, mengangkasakan segala daya kreasinya, menempa menggembleng segala otak kawat balung wesinya! Sungguh: kamu bukan bangsa cacing, kamu adalah bangsa berkepribadian banteng! Hayo, maju terus! Jebol terus! Tanam terus! Vivere pricoloso! Ever onward, never retreat! Kita pasti menang.
9.      Membuat pernyataan yang harmonis atau anekdot lucu
Kalau bukan ahlinya, penutup cara ini adalah yang paling sukar. Bila berhasil, kita akan meninggalkan mereka dalam keadaan tertawa.

D.    TAHAP PENYAMPAIAN PIDATO
Kecemasan berkomunikasi adalah batu sandungan yang besar bagi seseorang pembicara. Ia menghilangkan kepercayaan diri. Kecemasan berkomnikasi amat mempengaruhi krediblitas komunikator. Betapa pun bagusnya pesan yang anda sampaikan, betapa pun sistematisnya organisasi pesan yang anda uat, tanpa kepercayaan diri dan kredibilitas, anda akan kehilangan pengaruh dan pendengar sekaligus.
Kali ini kita akan membicarakan teknik-teknik mengatasi kecemasan (membangun kepercayaan diri) dan meningkatkan kredibilitas. Tetapi untuk penyampaian pidato yan efektif, memerlukan lebih dari itu. Seorang penulis besar pernah diundang memberikan ceramah di depan mahasiswa. Di depan mimbar, dengan tenang ia memasang kacamata dan membuka makalahnya. Sesudah itu, ia terus-menerus membaca makalahnya. Ketika ia mengangkat kepalanya, sebagian besar hadirin sudah  meninggalakan ruangan tanpa sepengetahuan dia.
Ada tiga “rukun” penyampaian pidato: kontak, penggunaan suara (paralanguage), dan penggunaan isyarat dan gerak tubuh (lambang-lambang non verbal). Setelah membaca bab ini, anda bukan saja dapat menyampaikan pidato sesuai dengan tiga rukun diatas, tetapi-saya mengingatkan anda lagi – dapat membangun kepercayaan diri dan kredibilitas.




A.             Membangun Kepercayaan Diri Dan Kredibilitas
1.      Kecemasan berkomuniksi: Dianosis
banyak istilah digunakan untuk menamai gejala ini; demam panggung(stage fright), kecemasan bicara (speech anxiety), atau yang lebih umum stress kerja(performance stress). Ketika anda harus mengucapkan Al-Fatihah didepan calon mertua anda(yang ingin mengetahui kesantrian anda), anda mengalami stress. Stress inilah yang dirasakan para atlet sebelum bertanding, pemusik sebelum naik panggung, guru sebelum masuk kelas, atau pelamar kerja sebelum diwawancarai.
Inilah daftar gejala yang dirasakan mereka:
Detak jantung yang cepat
Telapak tangan atau punggung berkeringat
Napas terengah-engah
Mulut kering dan sukar menelan
Tangan atau kaki bergetar
Suara bergetar atau parau
Berbicara cepat dan tidak jelas
Tidak sanggup emnedengar atau konsentrasi
Lupa atau ingatan hilang
Menurut para psikolog, semua gejala itu adalah reaksi alamiah kepada ancaman. Begitu makhluk menghadapi ancaman, ia bersiaga untuk fight(melawan) atau flight(melarikan diri). Sistem saraf simpatetisnya berguncang. Adrenalin dan kadar gula dalam pembuluh darah meningkat. Tiba-tiba dalam tubuh ada tumpukan energy. Semuanya adalah upaya tubuh untuk menyesuaikan diri dengan ancaman.
2.      Sebab-sebab kecemasan komunikasi
Orang mengalami kecemasan komunikasi(KK) karena beberapa hal.
               Pertama, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia tidak tahu bagaimana memulai pembicaraan. Ia tidak dapat memperkirakan apa yang diharapkan pendengar. Ia menghadapi sejumlah kepastian. Untuk mengobati KK karena sebab pertama, latihan dan pengalaman sangat menentukan. Pengetahuan tentang retorika memberikan kepastian kepadanya untuk memulai, melanjutkan, dan mengakhiri pembicaraan. Latihan-latihan akan memberikan pengalaman. Ia dapat memastikan atau paling tidak menduga, reaksi pendengarnya. Alah bisa karena biasa. Dale Carnegie memberikan nasihat yang singkat, “lakukan apa yang anda takut melakukannya”. Bila anda takut berbicara didepan khalayak, cobalah berbicara dengan mereka.
               Kedua, orang menderita KK karena ia tahu ia akan dinilai. Berhadapan dengan penilaian membuat orang nervous. Penilaian dapat mengangkat dan menjatuhkan harga dirinya. Tetapi kita umumnya memperhatikan yang kedua. Bagaimana bila kita dipermalukan orang? Alangkah malunya kalau humor yang kita buat tidak membuat orang tertawa, tetapi membuat mereka menertawakan? Bagaimana kalau kita kelihatan tolol dan bodoh dihadapan orang banyak? Semua yang ditakutkan itu sebenarnya lebih banyak terdapat dalam persepsi kita daripada dalam kenyataan. Seandainya pidato kita gagal, harga diri kita tidaklah akan jatuh serendah itu. Apalagi, berdasarkan pengalaman, kegagalan itu hanya terjadi pada percobaan-percobaan yang pertama saja. Dan khalayak maklum. Bukankah kita jatuh berkali-kali sebelum dapat berjalan dengan tegap?
               Ketiga, KK dapat menimpa bukan pemula, bahkan mungkin orang-orang yang terkenla sebagai pembicara baik. Ini terjadi bila pembicara berhadapan dengan situasi yang asing dan ia tidak siap. Misalnya, ia diminta berbicara didepan khalayak yang tidak ia kenal dan mereka tidak mengenalnya; atau ia harus berbicara tentang persoalan yang sama sekali tidak dikuasainya; atau ia tidak mempunyai cukup waktu untuk membuat persiapan.
3.      Metode mengendalikan KK
Ada dua metode mengendalikan KK. Pertama, metode jangka panjang; yakni, ketika kita secara berangsur-angsur mengembangkan keterampilan menegndalikan KK dengan tiga sebaba diatas. Kedua, metode jangka pendek; yakni, ketika kita harus segera mengendalikan KK pada waktu (atau sebelum) menyampaikan pidato. Yang pertama adalah proses belajar yang panjang, yang kedua adalah pintu darurat ketika pesawat dalam keadaan bahaya.
Dengan metode pertama, yang pertama-tama kita lakukan meningkatkan pengetahuan kita tentang retorika-persiapan, penyusunan, dan penyampaian pidato. Penegtahuan retorika memberikan kepada kita tentang apa yang dilakukan dan apa kira-kira reaksi pendengar pada apa yang kita bicarakan. Sebelum berlatih menyampaikan pidato, berlatihlah menulis naskah pidato. Kembangkan kretivitas anda dalam memilih topic yang baik, merumuskan judul, menentukan tujuan, dan mengembangkan bahasan. Menulis meluruskan cara berpikir anda dan akhirnya meningkatkan kualiatas pembicara anda.
Langkah berikutnya adalah menjadi Demosthenes. Carilah tempat yang sunyi. Pilihlah kamar pribadi saja. Anda berdiri didepan cermin. Masukkan dalam benak anda gambaran hadirin yang dihadapi. Latihkan pidato anda dalam berbagai gaya penyampaian. Ubah suara anda dalam berbagai cara datar, menaik, menurun, berbisik, membentak, mengeluh, tenang, hidup, bergelora. Para aktor menyebut latihan ini olah vokal. Lakukan juga oleh gerak(sejenis olahraga).
Rudolph E. Busby dan Randall E. Majors, dalam basic speech communication, memberikan “resep”, yang disebutnya metode pendek: “ pertama-tama, hadapilah gejalanya. Gunakan teknik-teknik relaksasi untuk mengendurkan otot-otot anda. Bila napas terasa sesak atau mulut terasa kering, ini biasanya terjadi karena anda kurang menarik napas. Tariklah napas dalam-dalam. Ingalah untuk bernapas seperti itu selama anda berbicara. Bila diperlukan, ambillah segelas air kepodium, dan teguklah sekali-kali untuk “membasahi tenggorokan”. Jantung yang berdegup, kaki yang bergetar, dan keringat seringkali merupakan reaksi pada tarikan napas yang dalam dan relaksasi. Tangan yang bergetar dapat ditenangkan dengan menggoyangkannya secara perlahan-lahan dan menegndurkannya atau meletakkannya diatas mimbar”.
Tidak seorang pun berharap bahwa setiap pembicara apalagi pemula untuk bicara dengan sempurna. Tetapi, dengan mengetahui keterampilan berbicara dan dengan persiapan yang baik, para pemula pun dapat menyampaikan presentasi yang efektif dan menarik. Sebagian gejala kecemasanakan tetap ad, tetapi teknik-teknik relaksasi, perhatian kepada khalayak, dan persiapan yang baik akan mengurangi tingkat kecemasan sampai tingkat minimal. Hasilnya adalah semangat yang tinggi dan harapan akan keberhasilan, unsure-unsur yang akan direspon oleh pendengar denga penuh antusiasme dan kesenangan.
4.      Komponen-komponen kredibilitas
Kredibilitas itu sama dengan persepsi khalayak tentang komunikator, kredibilitas dapat dibentuk atau dibangun. Dari mana kita membangun kredibilitas komunikator? Dari informasi orang lain tentang dia dari sahabat, media massa, atau “sumber-sumber yang dapat dipercaya”. Juga, dari pengamatan langsung terhadap komunikator.
Sekarang, periksalah lebih dahulu kredibilitas anda dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan ini (diambil dari perumusan Busbhy dan Majors):
1.      Sejauh ini apa yang diketahui khalayak tentang diri anda?apakah pandangan mereka itu positif, negatif, atau netral?
2.      Mengapa anda memilih topic tersebut?apakah anda berminat, berkepentingan, atau secara pribadi merasa terlibat didalamnya?
3.      Apakah anda memiliki otoritas untuk berbicara tentang topik ini?atau adakah dukungan dari pemilik otoritas pada informasi yang anda berikan?
4.      Bagaimana sikap anda pada para hadirin? Apakah anda ingin membahagiakan mereka? Apakah anda ingin membantu mereka?
5.      Apakah anda telah menyusun pengantar atau pendahuluan yang meningkatkan kredibilitas anda. Teknik-teknik apa yang anda gunakan?
6.      Apakah penyajian anda adil dan efektif? Apakah anda menggunakan bahasa yang sarat denga prasangka? Apakah anda juga memperhatikan pandangan pihak lain dalam persoalan ini?
7.      Apakah telah anda masukkan cara-cara menarik perhatian seperti alat-alat visual, video-auditif, isyarat dengan gerak?
5.      Membangun kredibilitas
Salah satu komponen penting kredibilitas adalah otoritas. Memiliki otoritas artinya memiliki keahlian yang diakui. Apa yang menyebabkan orang tertentu memiliki otoritas tertentu? Pertama, otoritas dibentuk karena orang melihat latar belakang pendidikan dan pengalaman. Setiap orang pasti mempunyai otoritas untuk bidang yang sesuai dengan pendidikan dan pengalaman.
Komponen kedua dalam kredibilitas adalah good sense. Pendengar menyukai (dan akhirnya menerima) gagasan yang dikemukakan oleh pembicara yang dipandang objektif. Anda dapat membangun citra objektif ini dengan: 1) menggunakan pendekatan rasional dan argumentasi yang lois; 2) menghindari penjulukan; 3) menghindari sikap tak jujur dalam menyajikan informasi, seperti dengan sengaja menutup informasi yang sudah sangat dikenal khalayak; 4) tidak “menggurui” dan menunjukkan penghargaan kepada pendapat yang berbeda.
Erat kaitannya dengan good sense adalah good character (akhlak yang baik), komponen kredibilitas yang ketiga. Termasuk akhlak yang baik adalah kejujuran, integritas, ketulusan. Ketika anda berbicara, anda bukan hanya menyampaikan apa yang anda ketahui(what you know), tetapi juga seluruh kepribadian anda (what you are).
Komponan kredibilitas yang keempat adalah good will. Para pendengar akan tertarik kepada anda, bila mereka tahu bahwa anda berbicara untuk kepentingan mereka; bahwa anda sedang “berjuang” untuk kesejahteraan dan kebahagiaan mereka. Anda bukan berbicara kepada (speak to) mereka, tetapi berbicara bersama (speak with) mereka. Anda dapat membangun good will, melalui proses ko-orientasi.anda mencari kesamaan anda dengan khalayak dalam perbuatan, sikap, dan nilai.
Komponen terakhir kredibilitas adalah dinamisme. Dinamisme adalah akspresi fisikal dari komitmen psikologis anda terhadap topik. Bila anda memandang serius pembicaraan anda, suara dan gerak anda juga kelihatan serius. Bila pembicara berbicara dengan penuh semangat, pendengar pun akan mendengar dengan semangat pula. Bila ia lesu dan kelihatan capai, pendengar pun akan dilanda kebosanan.
Glenn R. Capp dan G. Richard Cap, Jr., dalam basic oral communication, menjelaskan lima cara bagaimana  anda dinilai orang lain.
1.      Anda dinilai antara lain dari reputasi yang mendahului anda.
Seperti membangun rumah, secara perlahan-lahan anda membangun reputasi anda. Apa yang sudah anda lakukan, karya-karya anda, kontribusi anda, jasa-jasa anda memperindah atau menghancurkan reputasi anda.
2.      Anda dinilai antara lain dari perkenalan anda
Orang dapat menilai anda dari informasi yang diterimanya. Dihadapan khalayak yang tidak mengenal anda, orang yang memperkenalkan anda kepada khalayak sangat menentukan. Ia daapat “mengukir” citra (gambaran) yang baik, atau mencemari citra yang ada
3.      Anda dinilai antara lain dari apa yang anda ucapkan
“Al-lisan mizanul insane”, kata Ali bin Abi Thalib. Lisan adalah criteria manusia. Bahasa menunjukkan bangsa. Bila anda berbicara tentang hal-hal yang kotor, tidak berarti, atau rendah; seperti itu juga kualifikasi anda. Bila anda mengungkapkan hal-hal yang bermutu, gagasan yang matang, pikiran yang cemerlang, khalayak akan menilai sebagai orang yang pandai.
4.      Anda dinilai antara lain dari cara anda berkomunikasi
Betapa pun informasi yang anda miliki, anda akan dinilai bodoh bila anda berbicara terbata-bata, dengan sistematika yang kacau, dan penyampaian yang membosankan. Perilaku anda di mimbar  akan dijadikan bahan untuk menilai anda.
5.      Anda dinilai antara lain pernyataan-pernyataan yang menciptakan ethos
Ketika anda menunjukkan kualifikasi anda secara sengaja atau tidak, anda membentuk ethos(kesan yang baik mengenai anda). Inilah contoh-contoh pernyataan yang menimbulkan ethos: (1) pernyataan mengenai sumber-sumber yang anda kutip, (2) pernyataan yang menunjukkan keterlibatan anda dalam studi yang relevan dengan pembicaraan, (3) pernytaan yang mengacu pada posisi,prestasi, atau penghargaan yang pernah anda capai, (4) pernyataan yang menunjukkan pada peristiwa, orang, atau tempat penting yang berkaitan dengan topik anda.

E.     CIRI – CIRI SUATU PIDATO YANG BAIK
Ada sembilan hal yang mencirikan suatu pidato yang baik yakni saklik, jelas, hidup, memiliki tujuan yang jelas, bergaya klimaks, memiliki pengulangan, mengandung hal-hal yang mengejutkan, singkat tapi padat dan mengandung humor.
1.      Pidato yang Saklik
Pidato itu saklik apabila memiliki objektivitas dan unsur-unsur yang mengandung kebenaran. Saklik juga berarti bahwa ada hubungan yang serasi antara isi pidato dan formulasinya, sehingga indah kedengaran, tetapi bukan berarti dihiasi dengan gaya bahasa yang berlebih-lebihan. Akhirnya saklik juga berarti ada hubungan yang jelas antara pembeberan masalah dengan fakta dan pendapat atau penilaian pribadi.

2.      Pidato yang Jelas
Ketentuan sejak zaman kuno menyatakan bahwa pembicara harus mengungkapkan pikirannya sedemikian rupa, sehingga tidak hanya sedapat mungkin isinya dapat dimengerti, tetapi juga jangan sampai ada kemungkinan untuk tidak mengerti. Oleh karena itu pembicara harus memilih ungkapan dan susunan alimat yang tepat dan jelas untuk menghindarkan salah pengertian. MOLTKE pernah berkatakepada para opsir ada tahun 1870 : “ suatu perintah yang dapat menimbulkan salah pengertian, akan tetapi dimengerti salah,”. Hal yang sama berlaku juga untuk pidato. THEODOR HEUSS biasa menghabiskan banyak waktu untuk memperbaiki formulasi pidato yang telah ditulisnya, untuk menghindarkan salah pengertan pada para pendengar. Pemboicara yang tidak dapat mengungkapkan pikiran secara jelas umunya karena dia sendiri belum memahami masalah secara tepat dan benar atau karena dia mau menyembunyikan pendapatnya.
 
3.      Pidato yang Hidup
Sebuah pidato yang baik harus hidup. Untuk menghidupkan pidato dapat dipergunakan gambar, cerita pendek atau kejadian-kejadian yang relevan sehingga memancing perhatian pendengar. Pidato yang hidup dan menarik umumnya diawali dengan ilustrasi, sesudah itu ditampilkan pengertian-pengertian abstrak atau definisi.
4.      Pidato yang Memiliki Tujuan
Setiap pidato harus memiliki tujuan, yaitu apa yang mau dicapai. Tujuan ini harus dirumuskan dalam satu dua pikiran pokok. Dalam membawakan pidato, tujuan ini hendaknya sering diulang dalan rumusan yang berbeda, supaya pendengar tidak kehilangan benang merah selama mendengarkan pidato. Kalimat-kalimat yang merumuskan tujuan dan kalimat-kalimat pada bagian penutup pidato harus dirumuskan secara singkat, jelas tetapi padat. Dalam satu pidato tidak bolrh disodorkn terlalu banyak tujuan dan pikiran yang jelas sehingga mudah diingat, daripada sepuluh pikiran yang tidak jelas sehingga mudah dilupakan!

5.      Pidato yang Memiliki Klimaks
Suatu pidato yang hanya membeberkan kejadian demi kejadian atau kenyataan demi kenyataan, akan sangat membosankan. Oleh karena itu sebaiknya kenyataan atau kejadian-kejadian itu dikemukakan dalam gaya bahasa klimaks. Berusahalah mencipkan titik-titik puncak dalm pidato untuk memperbesar ketegangan dan rasa ingin tahu pendengar. Selama masa persiapan, titik-titik puncak harus dirumuskan sebaik dan sejelas mungkin. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa klimaks harus muncul secara organis dari dalam pidato itu sendiri dan bukan karena mengharapkan tepukan tangan yang riuh dari para pendengar. Klimaks yang dirumuskan dan ditampilkan secara tepat akan memberikan bobot kepada pidato. Usahakan supaya ketegangan dan rasa ingin athu pendengar diciptakan diantara pembukaan dan penutup pidato.

6.      Pidato yang Memiliki Pengulangan
Pengulangan atau redudans itu penting, karena dapat memperkuat isi pidato dan memperjelas pengertian pendengar. Pengulangan itu juga menyebabkan pokok-pokok pidato tidak segera dilupakan. Suatu pengulangan yang dirumuskansecara baik akan memberi efek yang besar dalam ingatan para pendengar. Tetapi perlu diperhatikan bahwa yang dimaksudkan trutama adalah pengulangan isi pesan dan bukan rumusan. Ini berarti isi dan arti bahasa yang berbeda. Masalhnya tetap sama, hanya diberi pakaian yang baru dan menarik!

7.      Pidato yang Berisi Hal-hal yang Mengejutkan
Sesuatu itu mengajarkan karena mungkin belum pernah ada dan terjadi sebelumnya; atau karena meskipun masalahnya biasa dan terkenal, tetapi ditempatkan di dalam konteks atau relasi yang baru dan menarik antra kenyataan-kenyataan yang dalam situasi biasa tidak dapat dilihat. Hal-hal yang mengejutkan itu dapat menimbulkan ketegangan yang yang menarik dan rasa ingin tahu yang besar, tetapi tidak dimaksudkan sebagai sensasi.

8.      Pidato yang Dibatasi
Orang tidak boleh membeberkan segala soal atau masalah dalam satu  pidato. Oleh karena itu pidato harus dibatasi pada satu atau dua soal yang tertentu saja. Pidato yang isinya terlalu luas akan menjaadi dangkal. VOLTARE mengatakan:”rahasia membuat pendengar meras bosan adalah menyampaikan segala sesuatu dalam satu pidato!”  MARTIN LUTHER pernah memperingatkan para pengkhotbahnya dengan kata-kata ini:“Naiklah ke mimbar, bukalah mulutmu dan berhentilah segera!” maksud M. LUTHER supaya orang berbicara singkat tetapi padat; berarti harus membatasi diri.
            Itulah sebabnya apabila menurut pengamatan kita para pendengar sudah  erasa bosan, berhentilah berpidato; maka pada kesempatan berikutna kita masih mendapat pendengar yang mau mendengarkan kita! MARK TWAIN menceriterakan bahwa ia pernah pergi ke gereja untuk mendengarkan khotbah tentang misi. Sebelum pendeta mulai berkhotbah, ia berpikir untuk mendermakan lima dollar. Tetapi setelah khotbah itu berlangsung satu jam, MARK TWAIN memutuskan untuk hanya memberi setengah dollar, dan karena ternyata pendeta memperpanjang lagi khotbahnya selama satu jam, berarti khotbah itu berlangsung selama dua jam, pada akhir upacara MARK TWAIN bukannya memberi derma, tetapi justru mengambil satu dollar dari kotak derma. Alasan MARK TWAIN: “dia berkhotbah terlalu lama, sehingga menyita waktu saya. Waktu adalah uang. Jadi harus dibayar!”

9.      Pidato yang Mengandung Humor
Humor dalam pidato itu perlu, hanya saja tidak bolehterlalu banyak, sehingga memberi kesan bahwa pembicara tidak bersungguh-sungguh. Humor itu dapat menghidupkan pidato dan memberi kesan yang tak terlupakan pada para pendengar. Humor dapat juga menyegarkan pikiran pendengar, sehingga mencurahkan perhatian yang lebih besar kepada pidato selanjutnya.
Dalam salah satu sidang parlemen, berkatalah KORAD ADENAUER kepada pimpinan Partai Komuniis, “Betul kam, Tuan, andaikan anda memegang pucuk pemerintahan, pasti anda akan menggantung saya!” pemipin Partai Komunis langsung menjawab, “Itu suda pasti tuan ADENAUER, tetapi dengan penghormatan yang besar!”

F.     SKEMA PIDATO
1)      Tujuan Skema Pidato
Sebuah pidato sebaik mungkin, sebagaimana mengolah suatu karya seni. Sebuah rumah yang bagus, harus juga dibangun menurut ukuran, skema dan aturan tertentu. Onggokan batu dan pasir, meskipun banyak sekalipun, belum menjadi satu rumah. WELLER mengatakan: satu onggokan besar batu belum bisa disebut rumah. Untuk membangun dibutuhkan perencanaan, konstruksi, sistematisasi, statistik dan logik. Pikiran-pikiran yang terpencar-pencar tanpa hubungan satu sama lain selalu menghasilkan pidato yang buruk. Yang tanpa  ujung pangkal.
            Jadi setiap pejabat, atau orang yang mempunyai posisi tertentu dalam msyarakat, sangat dianjurkan supaya jangan pernah berbicara bebas, tanpa persiapan; tetapi harus berbicara dengan mempergunakan skema tertentu atau dengan mempergunakan kata-kata kunci. Hal ini akan merdusir rasa  atkut dan cemas dan ketegangan karena konsentrasi yang terlalu tinggi. Berbicara tanpa teks dan persiapan menyebabkan bahwa orang berpidato tanpa rencana dan tak ada tujuan atau terlalu panjang.Jadi satu pidato yang baik dan berbobot harus memiliki skema atau struktur tertentu!



2)      Skema Pidato
Ada beberapa kemungkinan skema yang dapat dipergunakan dalam menyusun suatu pidato. Setiap skema yang disodorkan di bawah ini bukan satu-satunya resep yang sempurna, tetapi hanya sebagai contoh.
a)      Skema Lima Kalimat
Skema lima kalimat ini dikembangkan oleh E. DRACH dan H. GEISSNER (bdk. GEISSNER, H. Rhetorik, cet. Ke-4, 1978, hlm 121 dst.). skema bertolak dari satu pernyataan, satu kalimat atau satu pikiran. Pikiran awal ini mendorong pembicara dan pendengar untuk berpikir lebih lanjut. Pikiran awal ini, yang menjadi titik tolak, dikembangkan menjadi satu ‘rancngan pikiran’ (denkplan) yang tersusun dalam paling tinggi tiga (3) langkah. Ketiga langkah ini harus menjelaskan soal dari pikiran awal dan harus memberi gambaran yang jelas kepada pendengar. Dengan itu ia menghantar jalan pikiran kepada satu titik tujuan, yang harus dirumuskan dalam satu kalimat. Kalimat terakhir ini berisi tujuan rasional bagi pendengar atau dalam situasi tertentu dapat merupakan dorongan untuk bertindak.
Contoh :
·         Waktu bebas itu penting!
·         Orang yang beristirahat: atau memulihkan kesehatannya.
·         Atau bisa juga mengikuti kursus pembinaan lanjut.
·         Keduanya (2 + 3) membantu perkembangan kepribadian yang utuh.
·         Sebab itu pergunakanlah waktu bebas sebaik mungkin!
       I.            Mengapa Justru Lima Kalimat ?
Penggunaan angka lima ini berdasarkan pengalaman, bahwa manusia mempunyai lima jari. Sejak zaman Yunani kuno, ilmu retorika sesudah ARISTOTELES mempergunakan angka lima ini sebagi prinsip berdebat.
Dalam filsafat skolastik, orang mempergunakan lima langkah dalam berdebat :
1.      Mengemukakan masalah (questio  atau prositio)
2.      Melihat apa yang tidak termasuk masalah (videtur quod non)
3.      Argumen kontra (in oppositum: pro)
4.      Argumen pro (in oppositum : pro)
5.      Jalan  keluar/penyelesaian masalah (solutio).
Dalam abad modern DEWEY mengemukakan satu teori berpikir yang juga terdiri dari lima langkah :
1.      Orang berhadapan dengan satu kesulitan;
2.      Kesulitan ini dilokalisasi, didefinidikan, dibatasi;
3.      Penyodoran jalan keluar yang mmungkin;
4.      Akibat-akibat logis dari jalan keluar yang dianjurkan itu; dan
5.      Memperhatikan akibat lanjut dalam kehidupan praktis.

Dalam proses belajar psikologi, CORREL, W dalam bukunya Lernpsychologie, cet. Ke-16, 1978 Juga mengemukakan 5 langkah :
1.      Motivasi;
2.      Pembataasan masalah (proyeksi tujuan);
3.      Diskusi (versuch und irrtum);
4.      Penyodoran jalan keluar (kemungkinan jalan keluar); dan
5.      Aplikasi; penegasan jalan keluar ( losungsverstarkung).
R. WITTSACK dalam ilmu retorika mengemukakan juga lima langkah untuk berbicara :   
1.      Mengapa saya bicara;
2.      Apa yang say bicarakan;
3.      Bagaiman keadaan masalah ini sampai sekarang ?
4.      Apa yang mau dicapai ? dan
5.      Dorongan/ ajakan untuk bertindak.
Jadi, lima langkah ini adalah kebiasaan sejak zaman Yunani kuno yang tetap dikembangkan hingga kini.

    II.            Kemungkinan-kemungkinan dalam Menggunakan Skema Lima Kalimat :
Ada enam kemungkinan untuk menyusun satu pidato berdasarkan skema lima kalimat:
a.      Skema mata rantai
1.      Anjuran dari A agar garsi mobil kita dibiarkan terbuka setiap saat, itu sangat berbahaya.
2.      Kita harus mempertimbangkan, entah mengenai pintu garasi dikunci, atau menugaskan seseorang untuk menjaga garasi sepanjang malam.
3.      Menurut saya, jalan yang paling baik, ialah mengunci pintu garasi sesudah pukul 22.00.
4.      Sehingga kita bisa memarkir motor kita di sana tanpa takut dicuri.
5.      Jadi kita harus memutuskan, bahwa pintu garasi motor dikunci pada pukul 22.00.

Gambar :


 




Skema mata rantai ini mempunyai hubungan yang kronologis dan atau logis yang kuat antara pikiran yang satu dengan yang lain.

b.      Skema kompromis
1.      A berpendapat : garasi kita aman, tidak pernah ada motor yang dicuri, atau dicopot sebagian komponennya.
2.      B menyangga pendapat A, sambil memberikan bukti  bahwa dua minggu lalu, EB 235 kehilangan penutup tangki bensin dan EB 573 kehilangan kaca spion kiri.
3.      Menurut saya, persoalan sebenarnya adalah motor-motor itu sendiri dan garasi untuk motor itu.
4.      Supaya kita jangan pusing lagi soal ini, maka anjurkan saya, jual saja motor itu dan bongkar saja garasi itu. Kita bisa naik kendaraan umum yang tiap hari lalu lalang.
5.      Saya kira kita harus berpikir ke arah ini, menjual motor-motor kita dan menggunakan kendaraan umum !
 










c.       Membandingkan dua pendapat
1.      Kelompok A mempertahankan masa KKN sesudah tingkat IV.
2.      Argumen mereka : masa yang baik untuk mengenal kehidupan measyarakat sebelum wisuda sarjana dan kesempatan bai untuk mematangkan komitmennya terhadap permasalahan masyarakat.
3.      Kelompok B, berpendapat : hilangkan saja masa KKN sesuatu tingkat IV.
4.      Alasannya : Selama di fakultas juga ada kesempatan untuk raktek lapangan di tengah masyarakat.
5.      Saya tidak setuju dengan kedua pendapat ini, tetapi menganjurkan . . . kuliah sampai mid semester, sesudah itu praktek sampai liburan besar.
Gambar :


 










d.      Mengabaikan satu pokok
1.      Sudah satu jam kita berdiskusi mengenai waktu bebas.
2.      Sampai sekarang hanya dikatakan bahwa waktu itu baik untuk mempraktekkan hobi.
3.      Dan dengan itu diabaikan pikiran bahwa waktu bebas juga bisa dipergunakan untuk membina dan berbenah diri.
4.      Ada banyak kemungkinan untuk membina dan berbenah diri.
5.      Coba kemukakan anjuran-annjuran untuk membina dan berbenah diri dalam waktu bebas.
Gambar :


 









e.       Skema deduktif (yang bertolak dari yang umum kepada yang khusus)
1.      Secara umum orang berpendapat bahwa mengirim mahasiswa untuk studi lanjut ke Eropa itu mudah.
2.      Dari pengalaman, ternyata bukan hal yang mudah.
3.      Sebab, pertama, kebudayaan dan tingkatan pendidikan yang sangat berbeda.
4.      Di samping itu, ada masalah penguasaan bahasa asing untuk dapat belajar pada Universitas di Eropa.
5.      Kesimpulan : Mahasiswa yang dikirim ke Eropa harus mempersiapkan diri dalam hal kebudayaan dan bahasa asing.
f.        Skema dialektif
1.      Manusia harus mengembangkan kepribadiannya.
2.      Untuk itu ada banyak tawaran kursus seminar.
3.      Tetapi selama liburan orang juga dapat mengembangkan kepribadiannya.
4.      Jadi, waktu libur harus diperpanjang.

b)     Skema Lima W
Sebagai suatu konstruksi dasar dan garis besar dapat dipergunakan lima pertanyaan. Jawaban atas kelima pertanyaan ini dapat memberikan bahan-bahan penting untuk menyusun sutu pidato.
·         Siapa (Wer) :   siapa yang akan saya hadapi dalam pidato itu ?
Siapa yang harus saya pengaruhi ?
Tentang siapa saya akan berbicara ?
·         Apa (was) :      pikiran/ide apa yang perlu dibeberkan ?
Apa yang menjadi bagian utama dari pidato ?
Apa yang merupakan bagian yang kurang penting ?
Apa yang menjadi tema pokok ?
Apa yang menjadi subtema ?
·         Dengan apa (womit) : dengan apa saya akan mengemukakan argumentasi ?
Dengan bukti apa saya akan memperkuat pendapatku ?
·         Bagaimana (Wie) : bagaimana saya menyusun pidato ini?
Bagaimana urutan atau susunannya ?
·         Kapan (wann) : kapan saya harus membawakan ?
Kapan saya harus menyerahkan naskah ?

c)      Skema Menurut Aphtonius
Ahli pidato  APHTONIUS dari Yunani, yang hidup pada abad ketiga sesudah masehi, mengemukakan satu skema pidato yang terdiri dari delapan langkah seperti dibawah ini :
·         Tema pidato
·         Penjelasan
·         Pendasaran
·         Pikiran dan pendapat yang berlawanan
·         Perbandingan
·         Contoh
·         Pembuktian
·         Penutup.







d)     Skema Tiga Bagian (Model Skema Cicero)
Menurut skem ini pidato terbagi tas tiga bagian yakni : pendahuluan, bagian utama (isi) dan penutup.
1.      Pendahuluan
Ucapan salam, pembukaan, titik tolak dan penghantar ke dalam tema yang akan dibicarakn.
Pertanyaan : mengapa saya berbicara? Apa yang menjadi alasan bahwa saya berbicara?
2.      Isi pidato (bahan utama)
(penjelasan masalah sebenarnya yang dilihat dalam tiga perspektif: masa lalu, masa kini dan masa depan); apa yang mau dicapai? Perubahan-perubahan yang mungkin dilaksanakan; anjuran-anjuran; argumentasi dan pembuktian dan lain-lain.
3.      Penutup
Bagian penutup berisi : rangkuman, permintaan/permohonan; tuntutan; tindakan konkret yang harus dijalankan; pelaksanaan, harapan dan lain-lain.
 TEKNIK MEMPERSIAPKAN PIDATO
1.      Sumber untuk  Menemukan Bahan Pidato
Orang yang mau mempersiapkan pidato, harus selalu membuka mata dan telinga, terhadap informasi-informasi yang baru dan istimewa. Sebab untuk mengolah suatu tema untuk dibawakan di depan publik, bukan hanya perlu sumbangan pikiran pribadi yang berasal dari pengalaman, bidang studi pengetahuan dan kesan-kesannya; tetapi ia juga harus mengumpulkan bahanbahan pengalaman dari dunia sekitarnya, dari manusia lain dan dari situasi asing lainnya. Dengan kata lain, dia harus menemukan sumber-sumber dari mana ia dapat menemukan dan memperdalam tema yang akan dibahas.

A.    Menemukan dan Menyimpan Bahan
Kesulitan yang timbul ialah bahwa orang mengalamai dan mendengar banyak informasi dari berbagai sumber, tetapi pada akhirnya, orang tidak tahu sama sekali; orang lupa akan bahan-bahan yang baru dialami, karena tidak tersusun. Oleh karena itu salah satu cara untuk menyimpan informasi baru yang diperoleh ialah dengan mempergunakan kartu-tek atau buku harian khusus. Di dalam kartu-tek atau buku harian itu ditulis: inspirasi yang mucul, anekdot, pengalaman yang berkesan , cerita-cerita pendek atau humor dan peribahasa-peribahasa yang mengandung kebijaksanaan hidup.



B.     Sumber Bahan
Semua bahan yang tersebut di atas ini dapat ditemukan didalam; bibliotek, surat kabar, majalah, buku-buku, katalog, brosur, ditempat pameran dan melalui radio atau televisi. Bahan yang dikumpulkan ini, hendaknya disusun secara sistematis dan diberi daftar isi.

C.    Teknik Membaca
Dalam hubungan ini, maka teknik membaca juga dapat membantu. Kalau membaca buku, majalah, surat kabar harian atau brosur dan lain-lain..., maka bacalah dengan perhatian dan kesadaran penuh. Berikan tanda tangan mempergunakan: garis di bawahnya, atau di pinggir halaman.buatlah kode sendiri menurut jenis bahan yang ditemukan.
Misalnya :
pp.       = penting sekali;
/           = penting;
XXXX//= PENTING SEKALI;
...±...    = yang akan dikutip.
Setiap orang hendaknya mengembangkan sistem sendiri.

D.    Bantuan dari Orang Lain
Berbicaralah dengan orang lain mengenai tema yang akan dibahas. Kajian pikiran mereka, karena dapat merupakan sumbangan yang berarti untuk tema yang sedang diersiakan. Teristimewa berbicaralah dengan peserta seminar, sebab di dalam seminar, orang sering memperoleh pikiran-pikiran yang baru. Dengarkanlah segala ceramah ang ada hunbungan dngan tema sebaik mungkin, kalau ada waktu ayang cukup. Tnyakan juga pendapat dari orang-orang uang memiliki daya kreativitas yang kuat. Orang-orang yang dapat membantu kita untuk menyumbangkan pikiran adalah : rekan sekerja, anggota organisasi tempat ita juga menjadi angotana, para peserta seminar atau konferensi, para dosen, anggota keluarga, sahabat dan kenalan yang berpendidikan atau di anggap tahu mengenai tema itu.
E.     Pada Tempat-tempat yang Dikunjungi
Bukalah mata dan perhatikan, bila memasuki ruangan biro, kantor, tempat tunggu, atau tembok-tembok gedung. Pada tempat-tempat itu sering terdapat sitat, pribahasa dan sajak-sajak menarik.
Pada kaca jendela depan sebuah mobil tertulis :
“Du kannst Gott hassen,
Du kannst Gott schimpfen,
Du kannst Gott tot schalgen,
Du kannst Gott verfluchen.
Aber Du kannst ihn nicht hindern,
Dich zu suchen
Und Dich zu lieben,”
Pada dinding sebuh rumah susun, di dekat stasiun kereta api Bochum – Jerman Barat tertulis: “Jesus Christus liebt Dich!. Pada tembok sebuah gedung besar di Jerman Timur tertulis dengan huruf yang besar sekali kalimat di bawah ini :
“ Unser Weg war und ist richtig,
Unser Ziel ist klar!”
F.     Daftar Literatur
Salah satu sumber yang baik juga adalah daftar pustaka pada akhir buku-buku fak ilmiah, yang memberi petunjuk mengenai buku-buku lain yang membicarakan tema tersebut.
Semua sumber dan hasil perhatian dan bacaan ini, tidak akan berguna dan membawa hasil, kalau tidak di catat, di tulis dan disusun baik lalu di simpan secara baik.
G.    Radio dan Televisi
Media komunikasi ini juga merupakan sumber penting dalam mencari bahan untuk mengolah suatu tema. Dalam televisi tidak hanya di sajikan cerita krimi, tetapi juga informasi lain yang apat di pergunkana untuk melengkapi tema yang sedang di persiapkan.
H.    Toko Buku
Suatu sumber informasi yang cukup lengkap ialah tokoh buku. Tokoh buku yang besar biasanya di perlengkapi dengan katalog-katalog seperti :
·         Katalog pengarang yang tersusun secara alfabetis
·         Katalog tematis, yang berisi titel-titel dari bahan yang di bicarakan.
·         Juga ada daftar buku yang masih bisa di pesan atau yang sudah tidak bisa di pesan lagi.
Bila sebuah buku tidak bisa di pesan lagi, tetapi merupakan literatur yang penting, maka pijamlah dari perpustakaan, lalu membuat fotokopinya.
I.       Buku-Buku Penting Harus Dimiliki
Seorang yang mau berhasil dalam berpidato, hendaknya memiliki buku-buku yang penting seperti :Buku yang berisi pribahasa, Buku-buku cerita,Buku mengenai gaya bahasa dan penggunaannya, dan seterusnya.
BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
 Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara atau berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal yang ditujukan untuk orang banyak. Adapun tahap dalam mempersiapkan pidato yaitu : 1) memilih jenis pidato yang akan digunakan berpidato, 2) memilih topik dan tujuan pidato, 3)  mengembangkan bahasan. Tahapan penyusunan pidato ialah : 1)  menggunakan prinsip-prinsip komposisi pidato, 3) menyusun pesan pidato, 4) membuat garis-garis besar pidato, 5) memilih kata-kata, 6) cara membuka pidato, dan 7) cara menutup pidato. Untuk membangun kepercayaan diri dan kredibilitas falam tahap penyampaian pidato adalah : 1) kecemasan berkomunikasi: diagnosis, 2) sebab-sebab kecemasan komunikasi, 3) metode mengendalikan kecemasan berkomunikasi, 4) komponen-komponen kredibilitas, dan 5) membangun kredibilitas. Ada sembilan hal yang mencirikan suatu pidato yang baik yakni saklik, jelas, hidup, memiliki tujuan yang jelas, bergaya klimaks, memiliki pengulangan, mengandung hal-hal yang mengejutkan, singkat tapi padat dan mengandung humor.


B.     Saran
  Dalam penulisan makalah yang membahas Berbicara di Depan Umum ini memiliki beberapa saran untuk pembaca, yang diantaranya:
a.    Makalah ini dapat digunakan oleh para pembaca sebagai penulisan karya tulis yang baik.
b.    Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca menyadari bahwa kategori adverbia dan kategori nomina sangat diperlukan dalam sebuah proses belajar mengajar dalam perkuliahan terutama di dalam mata kuliah Keterampilan Berbicara dan dalam kehidupan sehari-hari. 









DAFTAR PUSTAKA

Hendrikus, P. Dori Wuwur.1991. Retorika. Yogyakarta: Kanisius.
Rakhmat, jalaluddin. 2011. Retorika Modern : Pendekatan Praktis. Bandung : Remaja Rosdakarya.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar