RSS

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

 Salah satu tugas guru adalah mengajar. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan kepada setiap guru untuk dapat menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar. Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar. Guru akan memiliki kompetensi mengajar jika, guru paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan secara taktis berbagai model dan metode belajar mengajar serta hubungannya dengan belajar disamping kemampuan-kemampuan lain yang menunjang.

Guru merupakan pemegang peranan utama dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atau dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasia edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.Untuk menjadi seorang guru harus memiliki keahlian khusus karena guru merupakan jabatan atau profesi. Jadi pekerjaan guru tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan seorang guru.
Di dalam proses belajar mengajar,guru
harus memiliki strategi,agar siswa dapat belajar secara aktif dan efesien,mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah-langkah untuk memiliki strategi ialah harus memiliki teknik-teknik dan  penyajian atau biasa disebut metode mengajar atau keterampilan dasar mengajar dalam makalah ini akan dipaparkan mengenai pengayaan keterampilan dasar mengajar.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam makalah ini ialah bagaimanakah keterampilan dasar mengajar?

C.    TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dalam makalah ini ialah untuk mengetahui dan mendeskripsikan keterampilan dasar mengajar.

BAB II
PEMBAHASAN

PENGAYAAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengayaan mengandung makna memperbanyak (tentang pengetahuan dan sebagainya). Adapun pengertian keterampilan merupakan kecakapan untuk menyelesaikan tugas,  sedangkan mengajar adalah melatih. DeQueliy dan Gazali (Slameto, 2010:30) mendefinisikan mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Alvin W.Howard (Slameto, 2010:32) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge.

Macam-macam Keterampilan Dasar Mengajar
            Turney (Uzer Usman, 2010:74) mengemukakan ada 8 (delapan) keterampilan mengajar/membelajarkan yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, di antaranya:
1.      KETERAMPILAN MENJELASKAN
                    A.       Pengertian Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan satu dengan yang lain. Misalnya sebab dan akibat.Penyampaian informasi yang terencana dengan baik disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan aspek yang sangat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas.
(Model-model pembelajaran mengembangkan profesionallisme guru,  Rusman ( Jakarta, Rajawali pres, 2011) hlm. 86-87)
Menjelaskan berarti memberikan penjelasan atau pengertian pada seseorang. Oleh sebab itu seorang guru yang melakukan kegiatan explaining, harus :
1.       Mengerti apa yang dijelaskan.
2.        Mengerti bagaimana merencanakan suatu penjelasan.
3.         Mengetahui bagaimana cara menjelaskan kepada murit (pelaksanaan).
Keterampilan memeberi penjelasan adalah penyajian informasi secara lisan yang dikelola secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu di dengan yang lainya.
Ciri utama keterampilan penjelasan yaitu menyampaikan informasi yang terencana dengan baik, disajikan dengan benar, serta urutan yang cocok.
(Microteaching , Zainal asril (Jakarta, Rajawali pers  PT  Raja Grafindo Persada) hlm. 84)

B.  Tahap-tahapan dalam menjelaskan
Terdapat lima tahap dalam penjelasan: menyampaikan informasi, menerangkan, menjelaskan, memberi contoh, latihan.
1.      Menyampaikan informasi
Secara sederhana, menyampaikan informasi adalah memberi tahu. Dalam konteks pembelajaran, menyampaikan informasi adalah memberitahu peserta didik tentang definisi-definisi atau pengertian-pengertian dasar tentang materi pembelajaran.
2.       Menerangkan
Pada tahap ini guru menguraikan istilah-istilah asing yang belum dikenal peserta didik.
3.       Menjelaskan
Langkah inti adalah penjelasan. Penjelasan dimaksudkan untuk menunjukkan “mengapa”, “bagaimana” dan “untuk apa”. Pola penjelasan ini berupaya membuktikan hubungan antara dua hal atau lebih yang saling mempengaruhi, bahkan menunjukkan sebab-akibat.
4.      Pemberian contoh
Untuk meyakinkan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dijelaskan, berilah contoh konkret secara nyata.
5.       Latihan
Langkah terakhir di dalam pejelasan adalah latihan. Latihan peserta didik dengan mencari hubungan sebab-akibat pada fenomena atau peristiwa yang lain.





C.      Tujuan Keterampilan Menjelaskan
Beberapa tujuan yang akan dicapai dalam memberikan penjelasan di kelas antara lain:
1)      Untuk membimbing siswa- siswi memahami dengan jelas jawaban dari pertanyaan “mengapa” yang di kemukakan oleh guru atau yang diajukan oleh siswa-siswi.
2)      Menolong siswa-siswi mendapat dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar.
3)      Melibatkan siswa-siswi untuk berpikir memecahkan masalah atau pertanyaan.
4)      Untuk mendapat umpan balik dari siswa-siswi mengenai tingkat pemahamanya dan untuk mengatasi kesalahan pengertian mereka.
5)      Menolong siswa-siswi unk menghayati dan mendapat proses, peralatan, dan penggunaan bukti dalam penyelesaian keadaan (situasi) yang meragukan (belum pasti).
6)      Membuat siswa berpikir secara logis, estetis, dan moral.
7)      Melatih siswa berpikir dengan menggunakan sebab dan akibat.
8)       Melatih siswa mandiri di dalam mengambil keputusan bagi dirinya.
9)      Menanamkan sikap yakin pada diri, bahwa berpikirnya benar (beri jawaban yang benar).
10)  Menuntun siswa kepada pengertian yang jelas dalam memecahkan pertanyaan “ apa, mengapa, dan bagaimana”.
11)  Melibatkan siswa dalam berpikir memecahkan masalah.
12)  Untuk memperoleh feedback dari siswa berdasarkan pada tingkat pengertian mereka/ menghindari salah pengertian.
13)  Membantu siswa menghargai dan memperoleh proses of reasoning (proses kiat) dan menggunakan bukti didalam memecahkan hal-hal yang tidak pasti.

D.    Prinsip-prinsip Keterampilan Menjelaskan
a)      Penjelasan dapat diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun diakhir pembelajaran.
b)      Penjelasan harus menarik perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar.
c)      Penjelasan dapat dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau menjelaskan materi standar yang sudah direncanakan untuk membentuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.
d)     Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar, dan bermakna bagi peserta didik.
e)      Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik.
f)       Meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa karna pada umumnya pembicaraan lebih didominasi oleh guru dari pada siswa.
g)      Tidak semua murid dapat menggali sendri pengetahuan dari buku atau sumber lainya. Oleh sebab itu, guru perlu membantu menjelaskan hal-hal tertentu.
h)      Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaat oleh murid dalam belajar. Guru perlu membantu murid dengan cara memberikan informasi lisan berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang diperlukan.
E.       Komponen-komponen Mengajar Menjelaskan
Komponen-komponen mengajar menjelaskan dapat ditinjau secara garis besar terbagi dua, yaitu dari sisi menganalisis dan merencanakan dan penyajian.
1.    Merencanakan
Pnjelaskan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerima pesan.Setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penjelasan yaitu isi pesan yang akan disampaikan dan peserta didik.
Yang berhubungan dengan isi pesan (materi standar) :
a.       Tentukan garis besar materi yang akan dijelaskan.
b.      Susunlah garis besar materi tersebut secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami peserta didik.
c.       Siapkan alat praga untuk memberikan contoh (ilustrasi) yang sesuai dengan garis besar materi yang akan dijelaskan.
Yang berhubungan dengan peserta didik :
Memberikan suatu penjelasan harus dipertimbangkan siapa yang akan menerima penjelasan tersebut, bagaimana kemampuanya, dan pengetahuan dasar apa yang telah dimilikinya. Ketika merencanakan penjelasan harus sudah terbayang kondisi menerima pesan, karena penjelasan berkaitan erat dengan usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang social,  dan lingkungan belajar.

2.    Penyajian
Dalam penyajianya perlu diperhatikan hal-hal sebgai berikut :
1.        Bahasa yang diucapkan harus jelas dan enak didengar, tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan, tetapi dapat didengar oleh peserta didik.
2.        Gunakanlah intonasi sesuai dengan materi yang dijelaskan.
3.        Gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta hindarkan kata-kata yang tidak perlu, seperti “eu” , “mm”, “ya ya”, “ya toh” ( hal ini perlu dilatih dan dibiasakan).
4.        Bila ada istilah-istilah khusus atau baru, berilah defenisi yang tepat.
5.        Perhatikanlah, apakah semua peserta didik dapat menerima penjelasan, dan apakah penjelasan yang akan diberikan dapat difahami serta menyenangkan dan dapat membantu membangkitkan motifasi belajar mereka.
Selain hal-hal diatas, terdapat dua pola yang dimiliki efektivitas tinggi dalam menghubungkan contoh dan dalil, yaitu :
      Pola Induktif, yaitu diberikan contoh terlebih dahulu kemudian ditarik kesimpulan umum atau dalil (rumus).
      Pola Induktif, yaitu hokum, contoh-contoh digunakan untuk memperjelas atau merinci lebih dalam suatu hokum atau feneralisasi yang tealah diberikan lebih dahulu.
Pola yang mana akan dipakai akan sangan bergantung kepada jenis bidang studi, usia siswa, dan latar belakang pengetahuan murid tentang pelajaran tersebut. Sehubungan juga dengan pola dalil dan contoh ini adalah penggunaan kata-kata penghubung dan ungkapan-ungkapan khusus secara teknis dan kelompok istilah yang digunakan untuk menghubungkan ide-ide dalam suatu penjelasan.
(Menjadi guru professional, Moh.uzer  Usman, (Bandung, PT Remaja Rosda karya : 2010) hlm. 81-820
6.    Penggunaan contoh dan ilustrasi : dalam memberikan penjelasan sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari.
7.    Pemberian tekanan : dalam memberikan penjelasan,  guru harus memusatkan perhatian siswa kepada masalah-masalah pokok dan mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Dalam hal ini guru dapat menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti “yang terpenting adalah” atau “perhatikan dengan baik anak-anak, yang ini agak sukar”.
8.    Penggunaan balikan : “guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman,  keraguan atau ketidakjelasan ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti : “apakah anak-anak mengerti dengan penjelasan Ibu tadi?” dan sebagainya.
F.     Penerapan Keterampilan Menjelaskan
Pada hakikatnya fungsi utama menjelaskan adalah sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu keterampilan guru untuk menjelaskan masalah atau teori kepada siswa harus memenuhi sehingga siswa mudah menerima dan menyerapnya. Penjelasan oleh guru selain untuk memberikan pengalaman, juga untuk meningkatkan kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, perasaan, persetujuan, keinginan penyapinformasi tentang suatu peristiwa dan kemampuan memperluas wawasan.
Pentingnya penguasaan menjelaskan adalah dengan penguasaan ini memungkinkan dapat meningkatkan efektivitas penggunaan waktu dan penyajian penjelasanya, mengestimasi tingkat pemahaman siswa, membantu siswa memperluas cakrawala pengetahuanya, serta mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana dan sumber belajar.
Ketermpilan menjelaskan merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting dalam proses belajar-mengajar, tidak hanya penting bagi siswa, tetapi juga sangat penting bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dengan penjelasan guru yang memicu siswa, maka siswa dapat berbalik mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu mngembagkan daya piker dan kreativitas siswa dalam belajar.
Menjelaskan merupakan suatu keterampilan yang dipergunakan untuka berkomunikasi secara langsung. Menjelaskan adalah suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berfikir yang teratur yang diungkapkan dengan cara percakapan, penulisan di papan atau slide, atau praktek dengan media.
Permasalahan suatu pembelajaran bisa muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkat kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi dan kebudayaan, serta berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru merupakan kunci dalam penulusuran masalah, mereka berada di titik sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang diinginkan. Oleh karena itu, secara tidak langsung guru harus profesional, inovatif, prespektif, dan proaktif dalam kelas, yang salah satu dengan cara memberikan pelurusan kepada siswa dengan cara penyampaian penjelasan yang bisa diterima siswa dengan mudah. Salah satu contohnya adalah dengan pertanyaan yang diungkapkan oleh siswa kemudian menyebarkan pertanyaan tersebut kepada seluruh kelas. Selanjutnya dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh siswa, gur meunyimpulkan atau meluruskan jawaban yang sebenarnya.
Pada kenyataanya cara mengajar guru tidak seperti yang diharapkan, guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran melakukan kesalahan yang tidak disadari antara lain :
1.      Ketika melakukan kegiatan menjelaskan, guru hanya duduk terus menerus.
Sebaiknya guru jangan duduk terus menerus. Dengan adanya perpindahan posisi, akan menciptakan perhatian siswa.
2.      Suara guru terlalu pelan, dan pandangan tidak menyapu.
Sebaiknya suara guru harus dapat didengar oleh seluruh kelas dan pandangan menyapu ke seluruh kelas.
3.      Guru terlalu bertele-tele
Sebaiknya penjelasan yang diberikan secukupnya, dan diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan yang mampu mengarahkan pada materi yang akan diajarkan.
4.      Guru tidak memiliki perencanaan awal yang akan diajarkan kepada siswa.
Sebelum melakukan proses pembelajaran, guru seharusnya memiliki rancangan awal tentang apa yang akan diajrkan, agar memiliki arah yang jelas dalam menjelaskan.
5.      Tulisan guru di papan tulis harus jelas
Sebaiknya tulisan guru harus bisa dijangkau oleh siswa paling belakang bisa dengan cara menanyakan kepada siswa yang paling belakang apakah tulisa  tersebut sudah bisa terlihat.
Dalam kegiatan menjelaskan dibutuhkan suatu ketelitian, kepaduan, keruntutan dan kelogisan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain, antara subbab satu dengan subbab berikutnya sehingga akan membentuk sebuah penjelasan yang baik dan utuh.
Dalam kegiatan guru memberikan penjelasan haruslah kreatif, karena guru yang penuh inovasi akan selalu ditunggu para muridnya, tentunya kreasi dan inovasi yang positif. Bagaimana mungkin seorang guru mengajarkan muridnya supaya aktif kalau ia sendiri kontraproduktif. Dari sini diketahui bahwa guru banyak berurusan dengan strategi dalam melaksanakan tugas mengajar sehari-hari.
Dari uraian komponen dan prinsip keterampilan menjelaskan, serta pengalaman pembelajaran, maka terdapat kelebihan dan kelemahan penerapan keterampilan menjelaskan.

G.  Kelebihan Penerapan Keterampilan
1.      Lebih mudah dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam menemukan, menggorganisasi, dan menilai informasi yang diterima.
2.      Lebih mudah dalam memancing meningkatkan kemampuan siswa dalan membentuk dan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan atas informasi yang lengkap dan relevan.
3.      Mendorong siswa untuk mengembangkan ide-ide dan mengemukakan ide-ide tersebut.
4.      Dapat mengatasi masalah pembelajaran yang diikuti oleh jumlah peserta didik yang besar.
5.      Merupakan cara yang lebih mudah saat guru akan memulai mengenalkan materi.
6.      Dapat meningkatkan analisis guru terhadap teori yang sedang disampaikan dan guru menjadi benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam.

H.    Kelemahan Penerapan Keterampilan Menjelaskan
1.      Bila menjelaskan dilakukan terlalu lama, peserta didik cenderung menjadi karakteristik auditif (mendengar) dan akhirnya menjadi siswa yang pasif.
2.      Apabila selalu digunakan dan terlalu lama maka perjalanan akan terkesan membosankan.
3.      Bila menjelaskan dilakukan terlalu lama, kesempatan untuk berdiskusi menjadi terlalu sedikit bahkan habis untuk menjelaskan.






2.      KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
A.  Pengertian Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan guru dalam membuka dan menutup pelajaran adalah keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai dan dilatihkan kepada calon guru agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif, efisien dan menarik. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran pada dasarnya adalah salah satu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh seorang guru untuk memulai dan mengakhiri suatu pelajaran.
Menurut Soli Abimanyu, membuka pelajaran berarti kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan untuk menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada pelajaran. Menurut Ahmad Sabri membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar dan pada akhirnya akan memudahkan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Dengan demikian, maksud dari membuka pelajaran adalah aktivitas yang dilakukan guru untuk menciptakan kondisi siap mental, menumbuhkan perhatian serta meningkatkan motivasi siswa agar terpusat kepada kegiatan belajar yang akan dilakukan.
Membuka pelajaran memberi gambaran nyata tentang pelajaran yang akan dilaksanakan.  Kegiatan  ini  membantu  guru  mendapatkan  informasi langsung tentang kesiapan siswa di dalam mengikuti pelajaran. Sejauh mana siswa telah mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan hendak dicapai. Dengan demikian pembelajaran akan dimulai sesuai  dengan kondisi awal siswa di kelas tersebut. Apabila menurut pengamatan guru siswa masih belum siap untuk belajar karena aktivitas dan perhatian siswa belum tertuju pada pembelajaran, maka guru harus memberi dorongan untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk memulai pembelajaran. Dorongan tersebut bisa berupa pemberian perhatian khusus pada anak-anak yang terlihat belum siap untuk belajar, mendekati anak, mengajukan pertanyaan tentang diri anak dan bentuk-bentuk perhatian lainnya. Apabila anak sudah siap untuk mengikuti pembelajaran, hal pertama yang dilakukan guru pada saat membuka pelajaran adalah menyampaikan tujuan pembelajaran. Ini penting bagi anak agar mereka siap secara  psikologis. Dengan mengetahui tujuan pembelajaran siswa tahu apa yang didapatkan dari pembelajaran tersebut serta apa manfaatnya bagi mereka. Penyampaian strategi pembelajaran kepada siswa merupakan hal penting lainnya yang harus dilakukan guru di dalam membuka pelajaran. Bagi siswa, ini merupakan gambaran bagaimana cara mereka mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan. Kapan dan bagaimana bentuk keikutsertaan mereka di dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan pada awal pelajaran saja melainkan juga pada awal setiap penggal kegiatan, misalnya pada saat memulai kegiatan tanya jawab, mengenalkan konsep baru, memulai kegiatan diskusi, mengawali pengerjaan tugas, dan lain-lain.
Sedangkan menutup pelajaran merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh seorang guru untuk mengakhiri atau menyimpulkan sebuah kegiatan pembelajaran. Menutup pelajaran dapat dilakukan pada akhir setiap penggal kegiatan, misalnya mengakhiri kegiatan diskusi, tanya jawab, menindaklanjuti pekerjaan rumah yang telah dikerjakan siswa dan lain-lain. Kegiatan dalam menutup pelajaran bertujuan untuk memberikan deskripsi atau gambaran secara menyeluruh mengenai apa yang telah dipelajari oleh sis­wa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa serta tingkat keberhasilan guru dalam sebuah proses pembelajaran. Seperti halnya kegiatan membuka pelajaran, kegiatan menutup pelajaran ini harus dilakukan guru tidak saja pada akhir jam pelajaran tetapi juga pada akhir setiap penggal kegiatan dari inti pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu.
Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua kegiatan rutin yang dilakukan oleh seorang guru. Agar kegiatan tersebut memberikan manfaat yang berarti terhadap pencapaian tujuan pembelajaran maka perlu dilakukan secara profesional.
Namun demikian, dalam pembelajaran guru sering tidak melakukan usaha membuka dan menutup pelajaran tersebut. Setelah melakukan tugas rutin seperti menenangkan kelas, mengisi daftar hadir, menyuruh siswa menyiapkan alat-alat pelajaran, seringkali guru langsung saja masuk pada kegiatan inti pelajaran. Misalnya guru berkata: “Anak-anak hari ini bu guru akan mengenalkan tentang bentuk pangkat, akar, dan logaritma adalah ...” Setelah pelajaran usai guru tidak melakukan usaha menutup pelajaran. Ia langsung berkata: “Anak-anak waktunya sudah habis, pelajaran ini kita lanjutkan besok. Selamat siang anak-anak”. Selain itu, dalam inti pelajaran yang bermaksud mengajarkan macam-macam bangun ruang dengan sifat-sifatnya, guru menerangkan terus sampai selesai tanpa ada usaha merangkum ciri-ciri bangun ruang. Disamping itu, guru juga tidak melakukan kegiatan membuka pelajaran sebelum menerangkan pengertian bangun ruang. Prosedur mengajar demikian itu tidak memungkinkan mental siswa siap untuk menerima pelajaran dan perhatian siswa belum terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Sebagai akibatnya adalah siswa akan merasa bahwa pelajaran yang diterimanya membosankan, tidak bermakna baginya, susah dipahami, dan mereka akan tidak berusaha keras untuk memahaminya.
Ada berbagai alasan mengapa guru tidak melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran antara lain karena lupa, tidak ada waktu, atau memang belum mempunyai keterampilan untuk melaksanakannya. Karena pentingnya fungsi membuka dan menutup pelajaran ini, maka sangat perlu bagi setiap guru untuk memperoleh pengalaman serta latihan yang intensif dalam membuka dan menutup pelajaran.

B.  Tujuan Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran mempunyai beberapa tujuan, antaralain:
1.    Tujuan membuka pelajaran adalah untuk memusatkan perhatian siswa kepada pelajaran yang akan dipelajarinya dan dengan begitu ia akan konsentrasi selama proses pembelajaran berlangsung. Uzer Usman memaparkan tujuan membuka pelajaran adalah sebagai berikut:
a.    Menyiapkan mental siswa. Kegiatan membuka pelajaran bertujuan untuk menyatukan jiwa dan raga siswa dalam satu tempat dan waktu agar ia ikut merasa terlibat memasuki persoalan yang akan dibahas dan memicu minat serta pemusatan perhatian siswa pada materi pelajaran yang akan dibicarakan dalam kegiatan pembelajaran.
b.    Menumbuhkan semangat, motivasi, dan perhatian siswa agar siswa menyadari batas-batas tugasnya.
c.    Agar siswa memahami hubungan antara materi yang telah dikuasainya dengan materi yang akan dipelajarinya.
d.   Agar siswa menyadari tingkat keberhasilan yang telah dicapainya.
Sementara itu Wina Sanjaya menyebutkan tujuan khusus membuka pelajaran adalah sebagai berikut:
a.    Menarik perhatian siswa, yang bisa dilakukan melalui: meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk dirinya, melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa, dan melakukan interaksi yang menyenangkan.
b.    Menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan: membangun suasana yang akrab sehingga siswa merasa dekat, misalnya menyapa atau berkomunikasi secara kekeluargaan, menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya mengajak membahas peristiwa atau topik yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat, mengemukakan ide yang bertentangan, misalnya mengemukakan pendapat yang berbeda dengan pendapat masyarakat umum, mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa, mengambil topik yang menarik dan guru meyakinkan siswa bahwa topik tersebut berguna bagi dirinya,
c.    Memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan, yang dapat dilakukan dengan cara: mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan, menjelaskan langkah-langkah atau tahapan pembelajaran sehingga siswa memahami apa yang harus dilakukan, menjelaskan target atau kemampuan yang harus dimiliki setelah pembelajaran berlangsung, membuat kaitan atau hubungan antara pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa dengan materi atau pengalaman pelajaran yang akan diberikan kepada siswa,
d.   Membuka pelajaran juga dapat digunakan untuk mengetahui entering behavior atau tingkat kesiapan dan penguasaan siswa terhadap materi yang akan diajarkan.
2.    Tujuan menutup pelajaran menurut Santridarus adalah sebagai berikut:
a.    Untuk memberikan pemahaman siswa terhadap materi pokok yang telah dilakukan.
b.    Memantapkan pemahaman siswa terhadap materi pokok atau kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
c.    Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil pembelajaran yang telah diperoleh siswa sekaligus berfungsi sebagai umpan balik bagi guru.
d.   Untuk memberikan tindak lanjut yang diperlukan sesuai dengan proses dan hasil pembelajaran.

C.  Manfaat Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Manfaat keterampilan membuka dan menutup pelajaran dalam pembelajaran mempunyai pengaruh terhadap proses dan hasil belajar, antaralain:
1.    Timbulnya perhatian dan motivasi siswa untuk menghadapi tugas-tugas yang akan dikerjakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang berarti antara tujuan pembelajaran yang diberitahukan kepada siswa dengan yang tidak. Oleh karena itu, dalam membuka pelajaran hendaknya guru memberitahukan tujuan yang akan dicapai dengan pelajaran yang akan disajikan.
2.    Siswa memiliki kejelasan mengenai tugas-tugas yang harus dikerjakan, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menyelesaikan tugas, dan batas waktu pengumpulan tugas.
3.    Siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang pendekatan-pendekatan yang mungkin diambil dalam mempelajari bagian-bagian dari suatu mata pelajaran.
4.    Siswa mengetahui hubungan antara pengalaman-pengalaman yang telah dikuasai dengan hal-hal baru yang akan dipelajari atau yang masih asing baginya.
5.    Siswa dapat menggabungkan fakta-fakta, keterampilan-keterampilan atau konsep-konsep yang tercakup dalam suatu peristiwa.
6.    Siswa mengetahui tingkat keberhasilan atau tingkat pencapaian tujuan terhadap bahan yang dipelajari. Sedangkan guru dapat mengetahui tingkat keberhasilan atau keefektifan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

D.  Prinsip-prinsip Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Sebagaimana keterampilan mengajar lainnya, terdapat prinsip-prinsip yang mendasari keterampilan membuka dan menutup pelajaran yang harus dipertimbangkan oleh guru. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1.        Bermakna
Setiap kegiatan membuka dan menutup pembelajaran dalam penerapannya harus memenuhi unsur kebermaknaan. Artinya, setiap unsur yang digunakan sesuai dengan upaya pencapaian tujuan, sifat materi, memperhatikan karakteristik siswa maupun situasi dan kondisi pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam usaha menarik perhatian atau memotivasi siswa, guru hendaknya memilih cara yang relevan dengan isi dan tujuan pelajaran. Cara atau usaha yang sifatnya dicari-cari sebaiknya dihindari. Cerita singkat atau lawakan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran mungkin sementara bisa memikat siswa tetapi akan gagal dalam mewujudkan kelangsungan penguasaan pelajaran.
2.        Berurutan dan berkesinambungan.
Aktivitas yang ditempuh oleh guru dalam memperkenalkan dan merangkum kembali pokok-pokok penting pelajaran sebaiknya merupakan bagian dari kesatuan yang utuh. Dalam mewujudkan prinsip berurutan dan berkesinambungan ini perlu diusahakan suatu susunan yang tepat, berhubungan dengan minat siswa, ada kaitan yang jelas antara satu bagian dengan bagian lainnya, atau ada kaitannya dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Penerapan setiap unsur kegiatan membuka dan menutup pelajaran harus direncanakan dengan matang. Dengan perencanaan yang matang maka pelaksanaan membuka dan menutup pelajaran tidak terkesan dibuat-buat tetapi penerapannya akan berjalan logis dan sistematis sehingga akan mampu memperoleh hasil pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
3.        Fleksibel (penggunaan secara luwes).
Fleksibel dalam kaitan ini berarti penggunaan yang tidak kaku, dalam arti tidak terputus-putus atau lancar. Kelancaran dalam susunan gagasan, ide, atau cerita dapat memudahkan peserta didik dalam mengonsepsi keutuhan konsep pembuka dan dapat pula dengan mudah mengantisipasi pokok bahasan yang akan dipelajari. Faktor penting yang dapat menjamin kelancaran dalam mengungkapkan gagasan pembuka adalah penguasaan dalam pembuka. Karena itu pengetahuan yang luas yang dimiliki oleh guru dapat membantu penguasaan penggunaan keterampilan pembuka pelajaran. Dalam konteks fleksibilitas membuka pelajaran ini, tidak selalu harus dengan mengungkapkan gagasan, namun bisa dengan bertanya, membawa benda atau model, menunjuk siswa untuk menjadi model, memberikan teka-teki, dan sejenisnya yang relevan dengan pokok bahasan.
4.    Antusiasme dan kehangatan dalam mengkomunikasikan gagasan.
Antusiasme menunjukkan kadar motivasi yang tinggi dari guru dan hasil ini akan berpengaruh pada motivasi yang tinggi pula pada siswa. Antusiasme dan kehangatan dapat ditunjukkan misalnya dengan menanyakan kabar siswa, menanyakan mengapa teman mereka tidak bisa masuk, atau bercerita sedikit tentang sesuatu yang dapat menyentuh perasaan, atau kegiatan lain yang menunjukkan rasa simpati dan empati dalam rangka menciptakan antusiasme dan kehangatan.
Selain itu terdapat pula prinsip-prinsip teknis dalam penggunaan keterampilan membuka dan menutup pelajaran, yaitu:
1.    Singkat, padat dan jelas,
2.    Keterampilan tidak diulang-ulang atau berbelit-belit,
3.    Menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak,
4.    Disertai contoh atau ilustrasi seperlunya, dan
5.    Mengikat perhatian anak.


E.  Komponen-komponenKeterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
1.    Komponen Membuka Pelajaran
Pada awal suatu jam pelajaran atau awal setiap penggal kegiatan guru harus melakukan kegiatan membuka pelajaran. Komponen-komponen dan aspek-aspek membuka pembelajaran meliputi:
a.    Apersepsi
Apersepsi adalah usaha guru untuk mengingatkan kembali pelajaran yang lalu dengan tujuan agar siswa semakin menguasai materi pelajaran itu dan agar ada kaitan antara pelajaran yang lalu dengan pelajaran yang akan diajarkannya. Usaha guru tersebut umumnya berupa pertanyaan tentang isi materi pelajaran yang telah di ajarkan sebelumnya.
b.    Menarik perhatian siswa
Perhatian dalam proses pembelajaran adalah kesanggupan untuk memusatkan seluruh aktivitas siswa agar tertuju pada kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengkondisikan siswa agar perhatian siswa tertuju pada materi ajar antara lain:
1)   Gaya mengajar guru. Perhatian siswa dapat timbul dari apresiasi gaya mengajar guru seperti posisi atau kegiatan yang berbeda dari biasanya.
2)   Penggunaan alat-alat bantu mengajar. Guru dapat menggunakan alat-alat bantu mengajar seperti gambar, model, skema dan sebagainya untuk menarik perhatian siswa. Dengan digunakannya alat-alat bantu mengajar itu di samping dapat menarik perhatian siswa, dapat pula menimbulkan motivasi dan memungkinkan terjadi kaitan antara hal-hal yang telah diketahui dengan hal-hal baru yang akan dipelajari.
3)   Pola interaksi yang bervariasi. Pola interaksi harus dikembangkan secara interaktif sehingga menarik perhatian siswa. Variasi pola interaksi guru-siswa yang biasa, seperti guru menerangkan siswa mendengarkan atau guru bertanya siswa menjawab, hanya dapat menimbulkan rangsangan permulaan saja. Siswa belum sepenuhnya dapat memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang akan dipelajari. Oleh karena itu agar siswa dapat tertarik perhatiannya guru hendaknya mengadakan pola interaksi yang bervariasi dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Pola interaksi harus diupayakan kesemua arah tidak hanya satu arah saja, seperti guru-siswa, siswa-siswa, siswa-guru.
4)   Tempat belajar. Selain kelas, guru dapat merancang tempat belajar di luar kelas seperti perpustakaan, taman sekolah, dan laboratorium.
c.    Menumbuhkan motivasi siswa
Motivasi adalah suatu kekuatan atau energi yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas. Motivasi sangat penting untuk dimiliki, dipelihara dan ditingkatkan pada setiap siswa.Alternatif yang dapat digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi siswa dalam pembelajaran antara lain:
1)   Kehangatan dan semangat. Guru hendaknya memiliki sikap yang ramah, penuh semangat dan hangat dalam berinteraksi dengan peserta didik. Sikap demikian akan membangkitkan motivasi belajar, rasa senang dan semangat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.
2)   Membangkitkan rasa ingin tahu. Untuk membangkitkan rasa ingin tahu dalam diri siswa, guru dapat melakukan berbagai kegiatan, antara lain bercerita yang menimbulkan rasa penasaran dan pertanyaan kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan berbagai pertanyaan berkaitan dengan apa yang telah diceritakan atau didemonstrasikan. Kegiatan semacam ini akan efektif untuk membangkitkan motivasi belajar siswa.
3)   Mengemukakan ide yang bertentangan. Ide yang bertentangan dapat dikemukakan guru sekolah dasar pada semua tingkat kelas. Ide dan pertanyaan yang dikemukakan perlu disesuaikan dengan tingkat kelasnya.
4)   Memperhatikan minat belajar siswa. Agar proses pembelajaran dapat membangkitkan motivasi belajar, maka apa yang disajikan harus sesuai dengan minat siswa. Karena setiap siswa memiliki perbedaan individual, sulit bagi guru untuk memperhatikan minat siswanya, karena setiap siswa akan memiliki minat yang berbeda dengan siswa lainnya. Namun demikian ada minat-minat umum yang dapat diperhatikan guru sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti usia, jenis kelamin, lingkungan, adat, budaya, status sosial ekonomi masyarakat pada umumnya, dan sebagainya. Agar guru dapat mengajar dengan memperhatikan minat belajar siswa, maka perlu memperhatikan faktor-faktor tersebut.
d.   Memberi acuan
Untuk memberikan acuan dapat dilakukan dengan cara:
1)   Mengemukan tujuan dan batas-batas tugas.Untuk memulai pelajaran guru hendaknya mengemukan tujuan pelajaran dan batas-batas tugas yang harus dikerjakan siswa agar mereka memperoleh gambaran mengenai ruang lingkup materi yang akan dipelajari dan tugas-tugas yang harus dikerjakan.
2)   Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan. Pada awal pembelajaran atau pada saat-saat tertentu selama pembelajaran, jika guru senantiasa memberikan saran-saran mengenai langkah-langkah kegiatan yang perlu dilakukan maka siswa akan terarah cara belajarnya atau dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh terlebih dahulu atau dengan melakukan suatu demonstrasi.
3)   Meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas. Misalnya guru meminta siswa untuk menemukan hal-hal yang positif dan sifat-sifat mengenai suatu konsep, manusia, benda, gambar-gambar, dan lain-lain.
4)   Mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan sebelum menjelaskan materi pembelajaran akan mengarahkan peserta didik terhadap pelajaran yang akan dipelajari misalnya, sebelum dijelaskan bahwa hujan berasal dari uap, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu peserta didik memahami terjadinya penguapan.
5)   Membuat kaitan. Untuk membuat kaitan dalam membuka pelajaran, guru dapat melakukannya dengan menghubungkan antara meteri yang akan disampaikan dengan materi yang telah dikuasai peserta didik. Disamping itu perlu dikaitkan dengan pengalaman, minat dan kebutuhan peserta didik. Cara yang dapat dilakukan guru antara lain:
a)    Mengajukan pertanyaan apersepsi,
b)   Mengulas sepintas garis besar isi pelajaran yang telah lalu,
c)    Mengaitkan materi yang diajarkan dengan lingkungan peserta didik, dan
d)   Menghubungkan bahan pelajaran yang sejenis dan berurutan.
2.    Komponen Menutup Pelajaran
Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru harus melakukan kegiatan menutup pelajaran agar siswa memperoleh gambaran yang utuh tentang pokok-pokok materi pelajaran yang dipelajari. mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses interaksi edukasi. Cara-cara yang dapat dilakukan guru dalam menutup pelajaran ini adalah sebagai berikut:
a.    Review (melihat/meninjau kembali)
Menjelang akhir suatu jam pelajaran atau pada akhir setiap penggal kegiatan, guru harus meninjau kembali apakah inti pelajaran yang diajarkan itu telah dikuasai siswa. Ada dua cara meninjau kembali penguasaan inti pelajaran itu, yaitu merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan.
1)  Merangkum inti pelajaran. Meninjau kembali pelajaran yang telah diberikan dapat dilaksanakan dengan merangkum inti pokok pelajaran. Guru dapat meminta siswa membuat rangkuman baik secara lisan ataupun tulisan. Rangkuman ini dapat dilakukan secara individu atau kelompok, dapat dilakukan oleh guru, guru bersama siswa, atau guru menyuruh siswa (disempurnakan oleh guru).
2)  Membuat ringkasan. Dengan membuat rinkasan, siswa dapat memantapkan penguasaan inti dari pokok-pokok materi pelajaran yang telah dipelajari. Disamping itu, dengan ringkasan, siswa yang tidak memiliki buku sumber telah memiliki bahan untuk dipelajari kembali. Ringkasan dapat dibuat oleh guru, guru bersama siswa secara kelompok, atau siswa sendiri secara individual. Pokok-pokok pelajaran sebaiknya ditulis dipapan tulis secara skematis atau dengan kata-kata kunci supaya ada dukungan visual. Jika ternyata rangkuman yang dibuat itu salah atau kurang lengkap, guru dapat melengkapi atau membetulkan.
b.  Mengevaluasi
Untuk mengetahui apakah siswa memperoleh wawasan yang utuh tentang sesuatu yang sudah diajarkan, guru sebaiknya melakukan penilaian atau evaluasi. Bentuk-bentuk evaluasi itu adalah sebagai berikut:
1)   Mendemonstrasikan keterampilan. Pada akhir satu penggal kegiatan, siswa dapat diminta untuk mendemonstrasikan keterampilannya misalnya, setelah siswa mengarang prosa atau puisi, guru dapat meminta mereka  untuk membacakan dan menjelaskan maksud yang terkandung didalamnya atau setelah guru selesai menerangkan konsep matematika guru bisa meminta siswa untuk mengerjakan soal dipapan tulis.
2)   Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain. Misalnya setelah guru menerangkan persamaan kuadrat, lalu siswa disuruh menyelesaikan soal-soal persamaan.   
3)   Mengekspresikan pendapat siswa sendiri. Guru dapat meminta siswa untuk memberi komentar tentang keefektifan suatu demonstrasi yang dilakukan guru atau    siswa-siswa lain. Misalnya, setelah bermain peran (role-playing) selesai, lalu siswa diminta untuk mengemukakan pendapat  dan perasaan mereka tentang peran yang dimainkannya.
4)   Soal-soal tertulis atau lisan. Guru dapat memberikan soal-soal tertulis untuk dikerjakan siswa. Soal-soal tertulis itu dapat berbentuk uraian, tes objektif, atau melengkapi lembaran kerja.
c.  Menyimpulkan
Kesimpulan adalah rumusan pokok-pokok pikiran atau kristalisasi terhadap sesuatu yang dibahas. Dengan mengajukan kesimpulan, maka guru melakukan kegiatan penutupan pembelajaran karena dengan kesimpulan merupakan akhir dari suatu proses penyelesaian masalah sebelum adanya masalah baru.
d.  Tindak lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan yang harus dilakukan siswa setelah pembelajaran dilakukan. Kegiatan tindak lanjut perlu diberikan oleh guru agar terjadi pemantapan pada diri siswa terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. dengan pemberian tugas (PR) atau pengajaran ulang (remedial teaching) untuk lebih memantapkan penguasaan siswa.
e.    Memberi dorongan psikologi atau sosial
Unsur manusiawi dalam interaksi guru-siswa adalah saling menghargai dengan memberikan dorongan psikologis atau sosial yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan guru dalam setiap akhir pelajaran dengan kata-kata pujian. Memberikan dorongan psikologis atau sosial dapat dilakukan dengan cara antara lain:
1)   Memuji hasil yang dicapai oleh siswa dengan memberikan pujian maupun hadiah.
2)   Mendorong untuk lebih semangat belajar mencapai kompetensi yang lebih tinggi dengan menunjukkan pentingnya materi yang dipelajari.
3)   Memberikan harapan-harapan positif terhadap kegiatan belajar yang baru saja dilaksanakan.
4)   Meyakinkan akan potensi dan kemampuan siswa.









F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Guru dalam Membuka dan Menutup Pelajaran
1.    Kondisi Siswa
Siswa merupakan komponen pokok pembelajaran selain guru. Keberadaan siswa akan menentukan kemampuan guru di dalam melaksanakan keterampilan mengajar. Siswa yang antusias di dalam kelas akan mempermudah guru dalam melaksanakan keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
2.    Latar Belakang Guru
Guru dengan latar belakang pendidikan akan dengan mudah menerapkan keterampilan mengajar yang ada. Sebaliknya guru yang tidak berpengalaman akan sangat susah melaksanakan keterampilan dalam mengajar.
3.    Tujuan Pembelajaran
Kunci pokok dari sebuah pembelajaran merupakan adanya tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, kemampuan guru di dalam kelas ditentukan juga oleh tujuan pembelajaran yang akan dicapai di dalamnya.
4.    Kondisi Kelas
Kondisi kelas meliputi semua hal selain guru dan siswa yang di dalam kelas termasuk ketersediaan bahan ajar, fasilitas, sarana, dan media pembelajaran.

G. Pelaksanaan Membuka dan Menutup Pelajaran
Kegiatan membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan pada setiap awal dan akhir pelajaran. Artinya sebelum guru menjelaskan sebuah materi terlebih dahulu guru harus dapat mengkondisikan mental dan menarik perhatian siswa pada materi yang akan dipelajari. Contohnya dengan menimbulkan motivasi dan memberi acuan  atau struktur pelajaran dengan menunjukkan tujuan atau kopetensi dasarsecara indikator hasil belajar, pokok persoalan yang akan dibahas, rencana kerja, dan pembagian waktu belajar kepada siswa. Demikian pula sebelum mengakhiri pelajaran, terlebih dahulu guru harus menutup pelajaran, misalnya dengan memberikan rangkuman atau mengadakan evalusi.



Pelaksanaan membuka dan menutup pelajaran dilaksanakan juga pada setiap awal dan akhir penggal kegiatan inti pelajaran. Artinya, seorang  guru dalam mengwali dan mengakhiri satu penggal inti pokok-pokok materi pelajaran juga harus melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran. Contohnya, membuka pelajaran dengan mengaitkan antara inti pokok materi yang sudah dikuasai siswa misalnya materi definisi dan kegunaan transformasi dalam kehidupan sehari-hari  dengan inti pokok materi  yaitu pemecahan masalah dalam bentuk soal.dan setiap inti pokok materi yang sudah dipelajari siswa juga harus dituup dengan sebuah pemantapan atau evaluasi materi dengan cara mengajukkan sebuah pertanyaan dan memberikan kesimpulan materi tersebut.






















3.      KETERAMPILAN BERTANYA
A.    Pengertian
Menurut pendapat Brown pengertian bertanya merupakan setiap pertanyaan yang mengkaji atau menciptakan ilmu pada diri siswa-siswi merupakan pengertian dari bertanya) (Brown, 1975, 103). Dalam proses belajar-mengajar, tujuan pertanyaan yang diajukan oleh guru adalah agar siswa-siswi belajar, artinya memperoleh pengetahuan (informasi) dan meningkatkan kemampuan berpikir.
Keterampilan bertanya, bagi seorang guru merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai. Sebab melalui keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran akan menjadi sangat membosankan, jika selama berjam-jam guru menjelaskan materi pelajaran tanpa diselingi dengan pertanyaan, baik hanya sekedar pertanyaan pancingan, atau pertanyaan untuk mengajak siswa berpikir.
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam suatu proses komunikasi, termasuk dalam komunikasi pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan yang dilontarkan guru sebagai stimulus untuk memunculkan atau menumbuhkan jawaban (respon) dari peserta didik.Ada hal penting dalam keterampilan bertanya yaitu :
1.     Pausing
Setelah guru mengajukan pertanyaan, murid diminta tenang sebentar. Ini bertujuan untuk :
Ø  Memberikan kesempatan berpikir mencari jawaban
Ø  Untuk memperoleh jawaban yang komplit
Ø  Memahami pertanyaan / menganalisa pertanyaan
Ø  Agar banyak murid yang menjawab.
2.     Prompting
Guru mengajukan pertanyaan “sulit”, sehingga tidak ada murid yang dapat menjawab, karena sulitnya, atau karena pertanyaan tidak jelas. Oleh sebab itu guru harus melakukan “prompt” mendorong. Caranya ialah :
·         Memberikan informasi tambahan, agar murid dapat menjawab
·         Mengubah pertanyaaan dalam bentuk lain
·         Pecah pertanyaan semula menjadi beberapa sub pertanyaan sehingga akhirnya semua dapat terjawab.

3.     Probing
Melacak, menuntun, mengarahkan. Probing dilakukan karena belum diperoleh jawaban yang memuaskan. Untuk memperoleh jawaban yang sempurna, maka guru menunjuk murid lain untuk menjawab. Apabila belum puas, minta murid yang lain lagi. Yang akhirnya diperoleh jawaban yang sempurna.

B.     Pentingnya Keterampilan Bertanya
1.      Telah berakarnya mengajar dengan menggunakan metode ceramah yang cenderung menempatkan guru sebagai sumber informasi sedangkan siswa / i menjadi penerima informasi yang pasif
2.      Latar belakang kehidupan anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang kurang biasa mengajukan pertanyaan dan menyatakan pendapat
3.      Penggalakan penerapan gagasan Active Learning saat ini yang menuntut para siswa/i lebih banyak terlibat secara mental dalam proses belajar-mengajar seperti bertanya, berusaha menemukan jawaban masalah yang dihadapinya.
4.      Pandangan yang salah mengenai tujuan pertanyaan yang mengatakan bahwa pertanyaan hanya digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa/i.

C.     Dasar-Dasar Pertanyaan Yang Baik
1.      Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa
2.      Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan
3.      Difokuskan pada suatu masalah atau tugas tertentu
4.      Berikan waktu yang cukup kepada anak untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan
5.      Bagikanlah semua pertanyaan kepada seluruh murid secara merata
6.      Berikanlah respon yang ramah dan menyenangkan sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya
7.      Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar.



D.    Jenis-Jenis Pertanyaan
1)      Jenis pertanyaan menurut maksudnya
a)      Pertanyaan permintaan, yakni pertanyaan yang mengandung unsure suruhan dengan harapan agar siswa dapat mematuhi perintah yang diucapkan, oleh karena itu pertanyaan ini tidak mengharapkan jawaban dari siswa, akan tetapi yang diharapkan adalah tindakan siswa
b)      Pertanyaan retoris, yakni pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban dari siswa, akan tetapi kita sendiri yang menjawabnya.
c)       Pertanyaan mengarahkan atau menuntun, yakni pertanyaan yang ditujukan untuk menuntun proses berpikir siswa, dengan harapan siswa dapat memperbaiki atau menemukan jawaban yang lebih tepat dari jawaban sebelumnya.
d)     Pertanyaan menggali, yakni pertanyaan yang diarahkan untuk mendorong siswa agar dapat menambah kualitas dan kuantitas jawaban.
2)      Jenis pertanyaan menurut tingkat kesulitan jawaban yang diharapkan bisa terdiri dari pertanyaan tingkat rendah dan pertanyaan tingkat tinggi
a)      Pertanyaan pengetahuan, yakni pertanyaan yang memiliki tingkat kesulitan yang paling rendah, karena hanya mengandalkan kemampuan mengingat fakta atau data, oleh sebab itu dinamakan juga pertanyaan yan menghendaki agar siswa dapat mengungkapkan kembali.
b)       Pertanyaan pemahaman, dilihat dari tingkat kesulitan jawaban yang diharapkan, pertanyaan jenis pertama, oleh sebab itu pertanyaan ini tidak hanya sekedar mengharapkan siswa untuk mengungkapkan kembali apa yang diingatkannya, akan tetapi pertanyaan yang mengharapkan kemampuan siswa untuk memperjelas gagasan.
c)      Pertanyaan aplikatif, yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban agar siswa dapat menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya.
d)     Pertanyaan analisis, yakni pertanyaan yang menghendaki agar siswa dapat menguraikan suatu konsep tertentu.
e)      Pertanyaan sintesis, pertanyaan  ini menghendaki agar siswa dapat membuat semacam ringkasan melalui bagan dari suatu kajian materi pembelajaran
f)       Pertanyaan evaluasi, yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isu.

E.     Tujuan Keterampilan Bertanya
1)      Merangsang kemampuan berpikir
2)      Membantu siswa dalam belajar
3)      Mengarahkan siswa pada interaksi belajar yang mandiri
4)      Membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan
5)      Memusatkan kekuatan ingatan dalam suatu masalah, sehingga dapat mengikuti sepenuhnya pembahasan dan pendalaman masalahnya, kemudian setelah itu bepindah kepada bahan lain (bahan baru)
6)      Memantapkan pengertian-pengertian dan masalah-masalah yang telah diajarkan kepada mereka
7)      Mengukur (mengevaluasi) benar tidaknya bahan pelajaran yang dapat mengerti / ditangkap oleh murid-murid selama pelajaran berlangsung dan mengukur kadar jelas tidaknya (pengertian mereka)
8)      Akan jelas bagi guru, banyaknya pelajaran yang sudah diketahui/dimengerti oleh murid-muridnya.
                                                                                 
F.      Komponen-Komponen Bertanya
Keterampilan bertanya sangat penting dikuasai oleh guru karena hampir semua kegiatan –kegiatan belajar guru mengajukan pertanyaan dan kualitas guru menentukan jawaban dari murid. Maka keterampilan bertanya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan:
1.      Keterampilan Bertanya Dasar
Komponen keterampilan bertanya dasar adalah :
a.       Jelas dan singkat
Pertanyaan hendaknya singkat dan jelas, dengan kata-kata yang dipahami siswa. Pertanyaan yang berbelit-belit tidak akan dipahami sehingga kemungkinan besar siswa tidak dapat menjawabnya. Susunan kata-kata harus disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan siswa


b.      Pemberian acuan
Sebelum pertanyaan diajukan, kadang-kadang guru perlu memberi acuan pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa. Pemberian acuan ini akan banyak menolong siswa mengarahkan pikirannya kepada pokok bahasan yang sedang dibahas.
c.       Pemusatan
Pertanyaan dapat dibagi menjadi pertanyaan luas dan pertanyaan sempit. Pertanyaan luas menuntut jawaban yang umum dan cukup luas, sedangkan pertanyaan sempit menuntut jawaban yang khusus spesifik. Pertanyaan yang sempit menuntut pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang khusus yang perlu didalami.
d.      Pemindahan giliran
Ada kalanya sebuah pertanyaan lebih-lebih pertanyaan yang cukup kompleks, tidak dapat dijawab secara tuntas oleh seorang siswa. Dalam hal ini, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa lain dengan cara pemindahan giliran. Artinya, setelah siswa pertama memberi jawaban, guru meminta siswa kedua melengkapi jawaban tersebut, kemudian meminta lagi siswa ketiga dan seterusnya.
e.       Penyebaran
Penyebaran pertanyaan berarti menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Teknik penyebaran perlu diperhatikan guru, lebih-lebih bagi guru yang biasa mengajukan pertanyaan pada siswa tertentu. Ada kalanya guru melupakan siswa yang duduk dideretan belakang, sehingga aman untuk dari kejaran guru.
f.       Pemberian waktu berpikir
Untuk menjawab satu pertanyaan, seseorang memerlukan waktu untuk berpikir. Demikian juga seorang siswa yang harus menjawab pertanyaan guru memerlukan waktu untuk memikirkan jawaban pertanyaan tersebut. Oleh karena itu, setelah mengajukan pertanyaan guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau menunjuk siswa untuk menjawabnya.
g.      Pemberian tuntunan
Kadang-kadang pertanyaan yang diajukan guru tidak dapat dijawab oleh siswa, ataupun jika ada yang menjawab, jawaban yang diberikan tidak seperti yang diharapkan. Dalam hal ini guru tidak boleh hanya diam dan menunggu sampai siswa menjawabnya. Guru harus memberikan tuntunan yang memungkinkan siswa secara bertahap mampu memberikan jawaban yang yang diharapkan. Tuntunan dapat diberikan antara lain sebagai berikut :
·         Memparafrase, yaitu mengungkapkan kembali pertanyaan denan cara lain yang lebih mudah dan sederhana, sehingga lebih dipahami oleh siswa
·         Mengajukan pertanyaan lain yang lebih sederhana yang dapat menuntun siswa menemukan jawabannya.
·         Mengulangi penjelasan / informasi sebelumnya yang berkaitan dengan pertanyaan yang diajukan.

2.      Keterampilan Bertanya Tingkat Lanjutan
Keterampilan bertanya tingkat lanjutan merupakan kelanjutan dari keterampilan bertanya dasar . Komponen bertanya tingkat lanjut adalah :
a.      Pengubahan tuntunan tingkat kognitif
Guru hendaknya mampu mengubah pertanyaan dari tingkat kognitif yang hanya sekedar mengingat fakta menuju pertanyaan aspek kognitif lain, seperti pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b.      Pengaturan urutan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana menuju yang paling kompleks secara berurutan. Jangan mengajukan pertanyaan bolak balik dari yang mudah atau yang sederhana kepada yang sukar kemudian kepada yang sukar lagi.
c.       Pertanyaan pelacak
Pertanyaan pelacak diberikan jika jawaban yang diberikan peserta didik masih kurang tepat. Ada tujuh teknik pertanyaan pelacak, yaitu :
·         Klarifikasi
Jika jawaban yang diajukan peserta didik belum begitu jelas, maka guru dapat melacak jawaban peserta didik dengan pertanyaan lanjutan atau pertanyaan lacakan agar peserta didik tersebut mengungkapkan kembali dengan kalimat lain.
·         Meminta peserta didik memberikan alasan
Pertanyaan ini diajukan guru untuk meminta peserta didik memberikan alasan terhadap jawaban yang diajukannya.
·         Meminta kesepakatan jawaban
Pertanyaan ini diajukan kepada peserta didik lain untuk memperoleh kesepakatan bersama tentang jawaban yang telah diajukan.
·         Meminta ketepatan jawaban
Apabila jawaban yang diajukan peserta didik belum mencapai sasaran yang diharapkan, maka guru dapat mengajukan pertanyaan lanjut untuk memperoleh jawaban yang lebih tepat.
·         Meminta jawaban yang lebih relevan
Jika jawaban yang diajukan oleh peserta didik kurang relevan dengan materi standar , maka guru dapat mengajukan pertanyaan lanjutan untuk memperoleh jawaban yang lebih relevan.
·         Meminta contoh
Jika jawaban yang diajukan peserta didik belum jelas maksudnya, maka guru dapat mengajukan pertanyaan lanjutan untuk meminta contoh atau ilustrasi atas jawaban yang diajukannya.
·         Meminta jawaban yang lebih kompleks
Jika jawaban yang diajukan peserta didik masih sederhana, maka guru dapat memberikan pertanyaan lanjutan untuk memperoleh jawaban yang lebih luas.
d.      Mendorong terjadinya interaksi
Untuk mendorong terjadinya interaksi, hal yang harus diperhatikan adalah :
·         Pertanyaan hendaknya dijawab oleh peserta didik, tetapi seluruh peserta didik diberi kesempatan singkat untuk mendiskusikan jawabannya bersama teman dekatnya.
·         Guru hendaknya menjadi dinding pemantul, jika ada peserta didik yang bertanya, janganlah dijawab langsung, tetapi dilontarkan kembali kepada seluruh peserta didik untuk didiskusikan.
G.  Teknik-teknik bertanya
a)      Tunjukan keantusiasan dan kehangatan
Keantusiasan dan kehangatan adalah cara guru mengekspresikan pertanyaan atau menjawab pertanyaan, misalnya bahasa yang digunakan tidak terkesan memojokkan siswa, wajah yang hangat tidak terkesan tegang.
b)      Berikan waktu kepada siswa untuk berpikir
Dalam proses bertanya, guru perlu memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa untuk menemukan jawaban yang tepat.
c)      Atur lalu lintas bertanya jawab
d)     Hindari pertanyaan ganda
Pertanyaan ganda adalah pertanyaan yang mengharapkan beberapa jawaban sekaligus.

4.Keterampilan Memberikan Penguatan
Pada umumnya penghargaan memberi pengaruh positif terhadap kehidupan manusia, karena dapat mendorong dan memperbaiki tingkah laku seseorang serta meningkatkan usahanya. Untuk kegiatan proses pembelajaran, penghargaan mempunyai arti tersendiri. Semua penghargaan ini tidak berwujud materi, melainkan dalam bentuk kata-kata, senyuman, anggukan, dan sentuhan. Pada dasarnya antara keterampilan bertanya saling terkait satu sama lainnya.
Penguatan itu sendiri adalah respons terhadap satu tingkah laku positif yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Penguatan harus mendapatkan perhatian yang serius, dimana ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan keterampilan penguatan antara lain:
1.      Hindari komentar negatif jika peserta didik tidak mampu menjawab pertanyaan dan jangan dibentak atau dihina.
2.      Kehangatan, arrtinya perlihatkan dalam gerakan, mimic, suara, serta anggukan yang serius.
3.      Kesungguhan, dilaksanakan dengan serius tidak basa-basi.
4.      Bermakna, jika guru bertanya dan peserta didik menjawab maka guru harus menjawab seperti bagus, tepat.
5.      Perlu ada variasi, seperti anggukan, senyum, sentuhan, bagus, gerakan tangan.
            Seyogjanya, guru harus melatih berbagai jenis penguatan dan pembiasaan diri untuk menerapkan dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak hanya sekedar berisi sajian materi untuk dikuasai oleh peserta didik, tetapi bermuatan nilai-nilai edukatif untuk membentuk pribadi-pribadi yang selalu saling menghargai.
Dalam memberikan penguatan diperlukan penggunaan komponen keterampilan yang tepat. Komponen tersebut yaitu :
a.       Penguatan Verbal
Pujian dan dorongan yang diucapkan oleh guru untuk respon atau tingkah laku siswa adalah penguatan verbal. Ucapan tersebut dapat berupa kata-kata ; bagus, baik, betul, tepat, benar dan lain-lain. Dapat juga berupa kalimat.
b.      Penguatan Gestural
Pemberian penguatan gestural sangat erat sekali dengan pemberian penguatan verbal. Ucapan atau komentar yang diberikan guru terhadap respon, tingkah laku, pikiran siswa dapat dilakukan dengan mimik yang cerah, dengan senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan dan lain-lain.
c.       Penguatan Kegiatan
Perlu diperhatikan bahwa dalam memilih kegiatan atau tugas hendaknya dipilih yang memiliki relevansi dengan tujuan pelajaran yang dibutuhkan dan digunakan siswa. Contoh peguatan kegiatan : pulang lebih dulu, diberi waktu istirahat lebih, berolah raga, menjadi ketua, dan lain-lain yang menyenangkan.
d.      Penguatan Mendekati
Penguatan mendekati siswa secara fisik dipergunakan untuk memperkuat penguatan verbal, penguatan tanda, dan penguatan sentuhan. Contoh : berdiri di samping siswa, berjalan dekat siswa, duduk dekat kelompok diskusi dan berjalan maju.
e.       Penguatan Sentuhan
Penguatan sentuhan adalah merupakan penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh siswa, misalnya menepuk bahu, berjabat tangan, mengusap kepala, merangkulnya, menaikkan tangan siswa, yang semuanya ditunjukan untuk penghargaan penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.
f.       Penguatan Tanda
Penguatan tanda adalah penghargaan yang diberikan oleh guru kepada siswa menggunakan berbagai macam simbol baik berupa benda ataupun tulisan. Contoh tulisan : ijazah, sertifikat, dan lain-lain. Contoh penguatan benda : bintang, piala, medali, buku, gembang gula, dan lain-lain.
Supaya penguatan yang diberikan oleh guru tepat sasaran. Pemberian penguatan di dalam pembelajaran harus memperhatikan beberapa prinsip pemberian penguatan, sebagai berikut :
1.      Hangat dan Antusias
Kehangatan yang ditampilkan oleh guru secara psikologis berdampak positif terhadap siswa. Kehangatan tersebut dapat mencairkan suasana kaku, diam, ramai, dan tegang menjadi kondusif.
Sikap antusias dalam batas kewajaran atau tidak berlebihan punya makna sendiri di hati siswa. Melihat gurunya antusias, siswa yang tadinya malas, mengantuk, capek, atau melakukan aktivitas lain menjadi tertarik ikut di dalam pembelajaran. Jadi apabila sebelumnya hanya sebagian siswa yang aktif di dalam pembelajaran, sikap antusias yang ditampilkan guru dapat menarik yang belum aktif menjadi aktif.

2.      Kebermaknaan
Penguatan yang diberikan oleh guru sangat berarti atau bermakna bagi siswa. Mereka merasa lebih percaya diri, merasa dihargai, merasa diperhatikan, merasa berhasil dalam belajar, merasa terpuji dan tersanjung. Perasaan ini berdampak terhadap mental mereka. Siswa jadi lebih berani mengemukakan pendapatnya, meningkat rasa ingin tahunya, dan lebih percaya diri. Dengan demikian diharapkan partisipasinya menjadi lebih baik pada kesempatan berikutnya.
3.      Menghindari respon negatif
Kadangkala siswa kurang baik dalam mengungkapkan buah pikirannya di dalam kelas atau bahkan bisa jadi pendapat tersebut keliru. Seorang guru profesional berusaha membesarkan hati siswa dengan tanggapan yang positif. Tidak langsung menyalahkan atau menghakimi siswa di hadapan teman-temannya.
4.      Pemberian penguatan dengan segera
Penguatan seharusnya diberikan dengan segera setelah muncul tingkah laku atau respon dari siswa. Penguatan yang ditunda pemberiannya, cenderung menyebabkan menjadi kurang efektif. Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan hilang, penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa menunjukkan respon yang diharapkan. Dengan kata lain, tidak ada waktu tunggu antara respon yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan.
Pemberian penguatan dalam proses pembelajaran mempunyai beberapa kelebihan atau manfaat apabila dapat dilakukan dengan tepat, antara lain:
1.       Dapat meningkatkan perhatian dan motivasi siswa terhadap materi.
2.       Dapat mendorong siswa untuk berbuat baik dan produktif.
3.       Dapat menumbuhkan rasa kepercayaan diri siswa itu sendiri.
4.       Dapat meningkatkan cara belajar siswa menjadi aktif.
5.       Dapat mendorong siswa untuk meningkatkan belajarnya secara mandiri. (Badarudin : 2011)







5.      Keterampilan Mengadakan Variasi
1.      Pengertian Variasi Gaya Mengajar
Variasi adalah suatu kegiatan guru dalam kontek proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar. Murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi. menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa.Dari definisi di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas. Anak tidak bisa dipaksakan untuk terus menerus memusatkan perhatiannya dalam mengikuti pelajarannya, apalagi jika guru saat mengajar tanpa menggunakan variasi alias monoton yang membuat siswa kurang perhatian, mengantuk, dan bosan. Untuk mengatasi kebosanan siswa tersebut perlu adanya variasi, dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar ada tiga aspek, yaitu :
1) Variasi gaya mengajar
2) Variasi dalam menggunakan media
3) Variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.
Dari ketiga aspek ini, penulis hanya membahas atau menguraikan tentang variasi gaya mengajar. Variasi ini meliputi : variasi suara, variasi gerak badan atau mimik, kontak pandang, ekspresi wajah, penekanan atau kesenyapan, pergantian atau posisi guru. Dengan adanya penggunaan variasi gaya mengajar ini diharapkan dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan (minat) belajar siswa.
2.      Tujuan dan Manfaat Variasi Gaya Mengajar
 Tujuan Variasi Gaya Mengajar dan Manfaat Variasi Gaya Mengajar:
1) Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar yang relevan.
2) Untuk memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat ingin tahu dan ingin menyelidiki siswa tentang hal-hal baru.
3) Untuk memupuk dan membentuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai gaya mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang baik.
4) Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang
3.      Prinsip Penggunaan Variasi
Dalam proses belajar mengajar, kegiatan siswa menjadi pusat perhatian guru. Untuk itu agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya kearah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
b. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan, sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak menganggu proses belajar mengajar.
c. Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran. Jadi penggunaan variasi ini harus benar-benar berstruktur dan direncanakan.
4.      Komponen-komponen ketrampilan mengadakan variasi sebagai berikut :
1.      Variasi gaya mengajar guru ini meliputi
a.       Variasi suara(Teacher Voice)
Variasi suara dalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dan tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat.Suarang guru pada saat menjelaskan materi pelajaran hendaknya bervariasi, baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan.
b.      Kesenyapan atau kebisuan guru (Teaching Silence)
Kesenyapan adalah suatu keadaan diam secara tiba-tiba demi pihak guru ditengah-tengah menerangkan sesuatu. Adanya kesenyapan tersebut merupakan alat yang baik untuk menarik  perhatian siswa. Dengan keadaan senyap atau diamnya guru secara tiba-tiba bisa menimbulkan perhatian siswa, sebab siswa begitu tahu apa yang terjadi dan demikian pula setelah guru memberikan pertanyaan kepada siswa alangkah bagusnya apabila diberi waktu untuk berfikir dengan memberi kesenyapan supaya siswa bisa mengingat kembali informasi-informasi yang mungkin ia hafal, sehingga bisa menjawab pertanyaan guru dengan baik dan tepat.Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap. Tapi jika seorang guru tidak memberikan kesenyapan atau waktu kepada siswa untuk berfikir dalam menjawab pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias asal bicara, sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan. Untuk itu seyogyanya guru memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukannya supaya jawabannya sempurna dan tepat.
c.       Pemusatan perhatian(focusing)
Perhatian menurut Ghozali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek.
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang diajarinya, jika materi yang disampaikan oleh guru iru tidak menjadi perhatian siswa, maka bisa menimbulkan kebosanan, sehingga tidak lagi suka belajar. Untuk memfokuskan perhatian siswa pada suatu aspek yang penting atau aspek kunci, guru dapat menggunakan atau memberikanperingatan dengan bentuk kata-kata. Misalnya : “Perhatikan baik-baik”, “Jangan lupa ini dicatat dengan sungguh-sungguh” dan sebagainya.
d.      Kontak pandang(eye contact)
Ketika proses belajar mengajar berlangsung, jangan sampai guru menunduk terus atau melihat langit-langit dan tidak berani mengadakan kontak mata dengan para siswanya dan jangan sampai pula guru hanya mengadakan kontak pandang dengan satu siswa secara terus menerus tanpa memperhatikan siswa yang lain. sebaliknya bila guru berbicara atau menerangkan hendaknya mengarahkan pandangannya keseluruh kelas atau siswa, sebab menatap atau memandang mata setiap anak disik atau siswa bisa membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian.
e.       Gerakan anggota badan atau mimik
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, gerakan tangan dan anggota badan lainnya adalah aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi, gunanya adalah untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan untuk memperjelas penyampaian materi. Orang akan lebih jelas dalam memahami sesuatu menggunakan indera pendengar dan disertai indera penglihatan atau mata, semakin banyak indera yang digunakan hasilnya semakin baik.
f.       Perpindahan posisi guru
Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu dalam menarik perhatian anak didik, dapat pula meningkatkan kepribadian guru dan hendaklah selalu diingat oleh guru, bahwa perpindahan posisi itu jangan dilakukan secara berlebihan. Bila dilakukan berlebihan guru akan kelihatan terburu-buru, lakukan saja secara wajar agar siswa bias memperhatikan.

2.      Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran
Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut:
a.       Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat(visual aids):alat atau media yang  termasuk kedalam jenis ini ialah yang dapat dilihat, atau antara lain grafik, bagan, poster, diorama,specimen, gambar film, slide.
b.      Variasi alat atau bahan yang dapat didengar(auditif aids): suara guru termasuk kedalam media komunikasi yang utama didalam kelas.
c.       Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan (motorik): Penggunaan alat yang termasuk kedalam jenis ini akan dapat menarik perhatian siswa dan dapat melibatkan siswaalam membentuk dan memeragakan kegiatannya, baiksecara perseoranganataupun secara kelompok.
d.      Variasi alata atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan diraba (audio, visual aids): penggunaan alat jenis ini merupakan tingkat yang paling tinggi melibatkan semua indera yang kita miliki.
3.      Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa
Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh siswa.
a). Polaguru-murid (komunikasi sebagai aksi/satu arah) komunikasi sebagai aksi (satu arah)
b).Pola guru--murid-guru ada balikan (feedback)bagi guru, tidak ada interaksi antar siswa(komunikasi sebagai interaksi)
c).Pola gu baru-murid-murid: ada balikan bagi guru siswa saling belajar satu sama lain.
d).Pola guru-murid,murid-guru,murid-murid: interaksi optimal antarr guru dengan murid dan antara murid (komunikasi  sebagai transaksi, multi arah)
e). melingkar: setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran


6.      Keterampilan Membimbing Diskusi Kecil
A.    Pengertian Diskusi Kelompok Kecil
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:79), “Diskusi kelompok adalah suatu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah”.
Depdikbud merumuskan pengertian diskusi kelompok adalah siswa melaksanakan diskusi dalam kelompok-kelompok kecil di bawah pimpinan guru atau temannya untuk berbagi informasi, memecahkan masalah atau mengambil keputusan (1985).
Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berfikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
Diskusi kelompok kecil mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1.    Melibatkan kelompok orang yang anggotanya antara 3-9 orang (idealnya 5-9 orang).
2.    Berlangsung dalam interaksi secara bebas (tidak ada tekanan dan paksaan ) dan langsung, artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk saling beradu pandang dan saling mendengarkan serta saling berkomunikasi dengan yang lain.
3.    Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerjasama antar anggota kelompok.
4.     Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis, menuju suatu kesimpulan.
Dengan memperhatikan keempat karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan diskusi kelompok adalah suatu proses pembicaraan yang teratur  yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan tujuan untuk mengambil keputussan atau memecahakan suatu persoalan atau masalah.
Diskusi dalam kegiatan pembelajaran tidak jauh berbeda dengan karakteristik diskusi pada umumnya, seperti yang sudah diuraikan sebelumnya. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil, ada pimpinan diskusi seperti guru atau salah seorang teman dari siswa dalam kelompok tersebut.
Setiap siswa dalam anggota kelompok masing-masing bebas tanpa ada tekanan dari pihak manapun untuk turun rembung, menyumbang pendapat, saran, berbagi pengalaman, untuk menghasilkan kesimpulan bersama atau terpecahkannya masalah yang didiskusikan.
Membimbing kegiatan diskusi dalam pembelajaran merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru, karena melalui diskusi siswa didorong untuk belajara secara aktif, belajar mengemukakan pendapat, berinteraksi, saling menghargai, dan berlatih bersikap positif. Melalui diskusi peran guru yang dikesankan terlalu mendominasi pembicaraan dengan sendirinya akan hilang. Dengan diskusi siswa dan guru sama-sama aktif, bahkan melalui diskusi dapat memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran aktif.
Hasil pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai melalui kegiatan diskusi terutama setiap individu dapat membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda dengan temannya yang lain, membandingkan interpretasi maupun informasi yang diperoleh. Dengan demikian melalui kegiatan diskusi yang dikembanghkan dalam pembelajaran setiap individu siswa dapat saling melengkapi, memperbaiki, sehingga kekurangan-kekurangan dapat dipecahkan.
B.     Tujuan dan Manfaat Diskusi
Kegiatan diskusi dalam pembelajaran dilakukan untuk memberi kesempatan kepada siswa membahas suatu permasalahan atau topik dengan cara setiap siswa menagjukan pendapat, saling tukar pemikiran untuk diperoleh kesimpulan bersama dari diskusi yang dilakukannya. Adapun tujuan dan manfaat kegiatan diskusi anatara lain :
1.    Memupuk sikap toleransi; yaitu setiap siswa saling menghargai terhadap pendapat yang dikemukakan oleh setiap peserta didik.
2.    Memupuk kehidupan demokrasi; yaitu setiap siswa secara bebas dan bertanggung jawab terbiasa mengemukakan pendapat, bertukar fikiran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
3.    Mendorong pembelajaran secara aktif; yaitu siswa dalam membahas suatu topik pembelajaran tidak selalu menerima dari guru, akan tetapi melalui kerjasama dalam kelompok diskusi siswa belajar mengembangkan kemampuan berfikirnya.
4.    Menumbuhkan rasa percaya diri; yaitu dengan kebiasaan untuk beragumentasi yang dilakukan antar sesama teman dalam kelompok diskusi, akan mendorong keberanian dan rasa percaya diri mengajukan pendapat maupun mencari solusi pemecahan.

C.     Langkah-langkah Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi dalam proses pembelajaran termasuk ke dalam satu jenis metode pembelajaran. Setiap metode pembelajaran termasuk diskusi diarahkan untuk terjadinya proses pembelajaran. Setiap metode pembelajaran termasuk diskusi diarahkan untuk terjadinya proses pembelajaran secara aktif dan efektif untuk mencapai tujuan (kompetensi) pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu agar kegiatan agar kegiatan diskusi dapat berjalan dengan lancar, maka dalam melaksanakan kegiatan diskusi tersebut harus memperhatikan atau mengikuti beberapa aspek berikut :
1)      Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi. Kegiatannya antara lain : merumuskan tujuan dan topik yang akan didiskusikan, mengembangkan masalah, catat kesalahan yang menyimpang.
2)      Memperluas masalah, intinya merangkum kembali permasalahan supaya jelas, menjelaskan gagasan peserta didik dengan memberikan informasi yang jelas. Untuk memperjelas setiap pembicaraan dari peserta diskusi, pimpinan diskusi atau guru dapat melakukan hal-hal berikut :
a)      Menguraikan kembali pendapat atau ide yang kurang jelas, sehingga menjadi jelas dipahami oleh seluruh peserta diskusi.
b)      Mengajukan pertanyaan pelacak untuk meminta komentar siswa untuk lebih memperjelas ide atau pendapat yang disampaikannya.
c)      Memberikan informasi tambahan berkenaan dengan pendapat atau ide yang disampaikannya, seperti melalui ilustrasi atau contoh, sehingga dapat lebih memperjelas terhadap ide yang disampaikannya itu.
d)     Menganalisis pendapat peserta didik, antara lain menganalisis alasan yang dikemukakan memiliki dasar yang kuat, menjelaskan hal-hal yang telah disepakati. Setelah diperoleh informasi alasan-alasan dari masing-masing berkenaan dengan pendapat yang berbeda-beda itu, maka selanjutnya pimpinan diskusi dapat menindak lanjuti dengan mencapai kesepakatan terhadap hal-hal mana saja yang disepakati bersama dan mana yang tidak disepakati secara bersama, sehingga dari diskusi tersebut menghasilkan kesimpulan bersama.
e)      Meluruskan alur berpikir peserta didik, mencakup mengajukan beberapa pertanyaan menantang siswa untuk berpikir, memberikan contoh-contoh verbal, memberikan waktu berpikir, dan memberi dukungan terhadap pendapat peserta didik yang penuh perhatian.
3)      Meningkatkan partisipasi siswa. Untuk mendorong siswa (peserta didik) ikut aktif turun rembug dalam proses diskusi, ada beberapa aspek yang perlu ditempuh guru atau pemimpin diskusi, anatara lain:
·         Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpendapat atau mengajukan gagasan.
·         Memberikan contoh atau ilustrasi baik bersifat verbal maupun non verbal dimana melalui contoh atau ilustrasi tersebut, menggugah siswa untuk berpikir.
·         Menghangatkan suasana diskusi dengan memunculkan pertanyaan yang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat di antara sesama anggota kelompok.
·         Memberikan perhatian kepada setiap pembicara sehingga merasa dihargai dan dengan demikian dapat lebih mendorong siswa untuk berpartisipasi memberikan pemikiran melalui forum diskusi yang dilakukan.
4)      Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi, terkait dengan memancing semangat berpikir peserta didik, memberikan kesempatan kepada yang belum berbicara, mengatur jalannya sidang diskusi, dan mengomentari pendapat yang dikemukakan. Untuk mendorong partsipasi aktif dari seetiap anggota kelompok dapat dilakukan hal-hal berikut :
a)      Memberi stimulus yang ditujukan kepada siswa tertentu yang belum berkesempatan menyampaikan pendapatnya, sehingga siswa tersebut terdorong untuk mengeluarkan buah pikirannya.
b)      Mencegah monopoli pembicaraan hanya kepada orang-orang tertentu saja, dengan cara terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa yang dianggap pendiam untuk berbicara.
c)      Mendorong siswa untuk merespon pembicaraan dari temannya yang lain sehingga terjadi komunikasi interaksi anatar semua perserta diskusi.
d)     Menghindari respon siswa yang bersifat serentak, agar setiap siswa secara individu dapat mengemukakan pikirannya secara bebas berdasarkan pemahaman yang dimilikinya.



5)      Menutup diskusi merupakan kegiatan akhir dalam diskusi. Ada pun kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru atau pemimpin diskusi dalam menutup diskusi antara lain:
a.       Membuat rangkuman sebagai kesimpulan atau pokok-pokok pikiran yang dihasilakan dari kegiatan diskusi yang telah dilaksanakan.
b.      Menyampaikan beberapa catatan tindak lanjut dari kegiatan diskusi yang telah dilakukan, baik dalam bentuk aplikasi maupun rencana diskusi pada pertemuan berikutnya.
c.       Melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil diskusi yang telah dilakukan, seperti melalui kegiatan observasi, wawancara, skala dan lain sebagainnya. Penilaian ini berfungsi sebagai umpan balik untuk mengetahui dan memberi pemahaman kepada siswa terhadap peran dan partisipasinya dalam kegiatan diskusi tersebut.

D.    Keunggulan Diskusi Kelompok Kecil
Beberapa keuntungan yang dapat diambil dari diskusi kelompok kecil:
1)        Kelompok menjadi kaya dengan ide dan informasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
2)        Termotivasi oleh kehadiran teman
3)        Mengurangi sifat pemalu
4)        Anak merasa terikat untuk melaksanakan keputusan kelompok
5)        Meningkatkan pemahaman diri anak
6)        Melatih siswa untuk berfikir kritis
7)         Melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya
8)        Melatih dan mengembangkan jiwa sosial pada diri siswa

E.     Kelemahan Diskusi Kelompok Kecil
1)        Waktu belajar lebih panjang
2)        Dapat terjadi pemborosan waktu
3)         Anak yang pemalu dan pendiam menjadi kurang agresif
4)         Dominasi siswa tertentu dalam diskusi
5)        Tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran ketika siswa kurang siap mengikuti kegiatan pembelajaran
Semua kekurangan tersebut dapat ditekan dengan rencana yang matang dan keterampilan guru mengarahkan, memberi petunjuk yang jelas, memahami kesulitan siswa, dan membagi perhatian pada semua kelompok.
Diskusi kelompok bermanfaat ganda. Tidak hanya pengetahuan siswa yang bertambah. Diskusi kelompok kecil juga memupuk rasa kebersamaan dan berbagi sesama siswa. Untuk mendapatkan hasil maksimal di dalam diskusi kelompok kecil, ada hal-hal yang harus dihindari oleh guru dalam memimpin diskusi kelompok. Hal-hal yang harus dihindari tersebut adalah :
1)        Topik diskusi  yang tidak sesuai dengan minat siswa.
2)        Terlalu mendominasi diskusi dengan cara mengajukan pertanyaan atau memberikan jawaban yang terlalu banyak.
3)         Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi kelompok.
4)         Membiarkan terjadinya pembicaraan yang menyimpang dari topik diskusi atau tidak relevan dengan apa yang sedang dibicarakan.
5)        Terlalu sering menginterfensi siswa dengan pertanyaan atau pernyataan yang sebetulnya tidak penting.
6)          Tidak memberi waktu yang cukup untuk menyelesaikan masalah dalam rangka mencapai tujuan diskusi.
7)        Tidak memperjelas atau tidak mendukung pendapat siswa.
8)        Gagal menutup diskusi dengan efektif.











7.      KETERAMPILAN MENGOLAH KELAS
A.    Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas (classroom management) berdasarkan pendekatannya menurut weber (1977) diklasifikasikan kedalam tiga pengertian, yaitu berdasarkan pendekatan otoriter (authority approach), pendekatan permisif (permissive approach) dan pendekatan modifikasi tingkah laku. Berikut dijelaskan pengertian masing-masing pendekatan tersebut.
Pertama, berdasarkan pendekatan otoriter (authority approach) pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat (weber).
Kedua, pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan kepada siswa untuk melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan yang mereka inginkan. Dan fungsi guru adalah bagaimana menciptakan kondisi siswa merasa aman untuk melakukan aktifitas di dalam kelas.
Ketiga, pendekatan modifikasi tingkah laku. Pendekatan ini didasarkan pada pengelolaan kelas merupakan proses perubahan tingkah laku, jadi pengelolaan kelas merupakan upaya untuk mengembangkan dan memfasilitasi perubahan prilaku yang bersifat positif dari siswa dan dan berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya atau memperbaiki prilaku negative yang dilakukan oleh siswa.
Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan megembalikan ke kondisi optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial.
2.2 Tujuan Penggunaan Pengelolaan Kelas
Penggunaan komponen keterampilan mengelola kelas mempunyai tujuan, baik untuk siswa maupun untuk guru. Tujuan-tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
  • Tujuan untuk siswa
Keterampilan mengelola kelas untuk siswa bermaksud:
a)          Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya serta sadar untuk mengendalikan dirinya.
b)          Membantu siswa mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan melihat atau merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan dan bukan kemarahan.
c)          Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai dengan aktivitas-aktivitas kelas. 
  •    Tujuan untuk guru:
Bagi guru, tujuan keterampilan mengelola kelas adalah untuk melatih keterampilannya dalam:
a)       Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah pelajaran secara tepat dan baik.
b)       Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensinya di dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa
c)       Memberikan respon secara efektif terhadap tingkah laku yang menimbulkan gangguan-gangguan kecil atau ringan serta memahami dan menguasai seperangkat kemungkinan strategi yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku siswa yang berlebih-lebihan atau terus menerus melawan di kelas.
2.3  Komponen Pengelolaan Kelas
Keterampilan mengelola kelas dibedakan menjadi dua komponen, yaitu :
  • Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)
1.    Menunjukkan Sikap Tanggap
Menggambarkan tingkah laku guru yang tampak pada siswa, bahwa guru sadar dan tanggap terhadap perhatian keterlibatan, masalah dan ketidak acuan mereka. Dengan adanya sikap ini siswa merasa guru hadir ditengah mereka. Kesan ketanggapan ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara seperti berikut.
a.       Memandang Secara Saksama
Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan siswa dalam kontak pandangan serta interaksi antarpribadi yang dapat ditampakkan dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerja sama, dan menunjukkan rasa persahabatan. Memungkinkan guru meliput keterlibatan siswa dalam tugas di kelas serta menunjukkan kesiapan guru untuk memberi respon baik terhadap kelompok maupun individu.

b.      Memberikan Pernyataan   
Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan siswa sangat diperlukan, baik berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lain.  Hal ini terkomunikasi kepada siswa melalui pernyataan guru bahwa ia telah siap untuk memulai kegiatan belajar serta siap memberi respon terhadap kebutuhan siswa. Hal yang harus dihindari adalah menunjukkan dominasi guru dengan pernyataan atau komentar yang mengandung ancaman.
Contoh : “Saya menunggu sampai kalian diam”.
c.       Gerak Mendekati
Gerak guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau  individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru yang diberikan terhadap tugas serta aktivitas siswa. Gerak mendekati hendaklah dilakuan secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengancam, atau member kritikan dan hubungan. Hal ini menunjukkan kesiapan, minat dan perhatian kepada siswa. Hal ini membantu siswa yang menghadapi kesulitan belajar, mengalami frustasi atau sedang marah.
d.      Memberikan Reaksi Terhadap Gangguan Dan Ketakacuan Siswa
Apabila ada siswa yang menimbulkan gangguan atau menunjukkan ketakacuhan, guru dapat member reaksi dalam bentuk teguran. Dengan adanya teguran menandakan adanya guru bersama siswa. Teguran harus diberikan pada saat yang tepat serta dialamatkan pada sasaran yang tepat. Teguran haruslah diberikan pada saat yang tepat dan sasaran yang tepat pula sehingga dapat mencegah meluasnya penyimpangan tingkah laku.

2.    Membagi Perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi apabila guru membagi perhatian kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
a.       Visual
Hal ini mennjukkan perhatian terhadap sekelompok siswa atau individu namun tidak kehilangan keterlibatannya dengan kelompok siswa atau individu.
Keterampilan ini digunakan untuk memonitor kegiatan kelompok atau individu, mengadakan koreksi kegiatan siswa, memberi komentar atau memberi reaksi terhadap siswa yang mengganggu.

b.      Verbal
Guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pernyataan, dan sebagainya terhadap aktivitas seorang siswa sementara ia memimpin kegiatan siswa yang lain.

Penggunaan teknik visual maupun verbal menunjukkan bahwa guru menguasai kelas.
3.    Memusatkan Perhatian
Keterlibatan siswa dalam KBM dapat dipertahankan apabila dari waktu kewaktu guru mampu memusatkan kelompok terhadap tugas-tugas yang dilaksanakan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara :
a.       Menyiagakan Siswa
Menciptakaan suasana yang menarik sebelum guru menyampaikan pertanyaan atau topik pelajarannya. Bertujuan  untuk menghindari penyimpangan perhatian siswa. Misalnya : “ coba anak-anak, semuanya memperhatikan dengan teliti gambar ini untuk membedakan daerah mana yang subur dan daerah mana yang tanahnya gersang.
b.      Menuntut Tanggung Jawab Siswa
Hal ini berhubungan dengan cara guru memegang teguh kewajiban dan tanggung jawab yang dilakukan oleh siswa serta keterlibatan siswa dalam tugas-tugas. Misalnya dengan meminta kepada siswa untuk memperagakan, melaporkan, dan memberi respons. Komunikasi yang jelas dari guru mengenai tugas siswa merupakan hal yang sangat penting dalam mempertahankan pusat perhatian siswa.
4.         Memberikan Petunjuk yang Jelas
Hal ini berhubungan dengan cara guru dalam memberikan petunjuk agar jelas dan singkat dalam pelajaran sehingga tidak terjadi kebingungan dari pada siswa. Petunjuk yang diberikan harus bersifat langsung, dengan bahasa yang jelas dan tidak membingungkan serta dengan tuntutan yang wajar dapat dipenuhi oleh siswa.
5.         Menegur
Apabila terjadi tingkah laku siswa yang menggangu kelas atau kelompok dalaam kelas, hendaklah guru menegurnya secara verbal. Teguran verbal yang efektif ialah yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
·         Tegas dan jelas tertuju kepada siswa yang mengganggu serta pada tingkah lakunya yang menyimpang
·         Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau yang mengandung penghinaan.
·         Menghindari ocehan atau ejekan guru atau yang berkepanjangan
·         Guru dan siswa lebih baik mengadakan kesepakatan sehingga penyimpangan yang terjadi hanya sifatnya mengingatkan
6.         Memberi Penguatan
Komponen ini digunakan untuk mengatasi siswa yang tidak mau terlibat dalam kegiatan pembelajaran atau menggangu temanya. Yaitu dengan cara.
a.    Guru dapat memberikan penguatan kepada siswa yang menggagu yaitu dengan jalan ”menangkapnya” ketika ia melakukan tingkhlaku yang wajar dan berusaha “ menangkapnya” ketika ia melakukan tingkah yang tidak wajar dan berusaha “ menangkapnya” ketika ia melakukan tindakan yang tidak wajar dengan tujuan perbuatan yang wajar tadi dapat terulang.
b.    Guru dapat memberikan berbagai komponen penguatan kepada siswa yang bertingkah laku yang wajar kepada siswa yang lain untuk menjdi teladan.
  • Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal
            Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respon yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah, atau orang tua siswa.

Bukanlah kesalahan profesional guru apabila ia tidak dapat menangani setiap problema siswa di dalam kelas. Namun, pada tingkat tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan perbaikan terhadap tingkah laku siswa yang terus menerus menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam tugas di kelas. Strategi tersebut adalah :
a.    Modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasiakan pemberian penguatan secara sistematis.
b.    Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara :
·         Memperlancar tugas-tugas : Mengusahakan terjadinya kerja sama yang baik dalam pelaksanaan tugas.
·         Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok : Memelihara dan memulihkan semangat siswa dan menangani konflik yang timbul.
c.    Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah. Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah laku keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan ketidakpatutan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahannya.

2.4    Prinsip Pengelolaan Kelas
1.    Kehangatan dan Keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar-mengajar yang optimal. Guru yang bersifat hangat dan akrab secara ajek menunjukkan antusiasmenya terhadap tugas-tugas, terhadap kegiatan-kegiatan, atau terhadap siswanya akan lebih mudah pula melaksanakan komponen keterampilan tersebut secara berhasil.

2.     Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan meninkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya tingkah yang menyimpang. Perhatian dan minat siswa akan terpelihara dengan kegiatan guru tersebut.

3.    Bervariasi
Pengunaan variasi dalam media, gaya, dan interaksi mengajar-belajar merupakan kunci pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan-pengulangan aktivitas yang menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa. Jika terdapat berbagai variasi maka proses menjadi jenuh akan berkurang dan siswa akan cenderung meningkatkan keterlibatannya dalam tugas dan tidak akan mengganggu kawannya.
4.    Keluwesan
Dalam proses belajar mengajar guru harus waspada mengamati jalannya proses kegiatan tersebut. Termasuk kemungkinan munculnya gangguan siswa. Sehingga diperlukan keluwesan tingkah laku guru untuk dapat merubah berbagai strategi mengajar dengan memanipulasi berbagai komponen keterampilan yang lain.
5.    Penekanan Pada Hal-Hal Positif
Pada dasarnya didalam mengajar dan mendidik guru harus menekankan kepada hal-hal yang positif dan sedapat mungkin menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif.
Cara guru memelihara suasana yang positif antara lain :
    1. Memberikan aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan menghindari ocehan atau celaan atau tingkah laku yang kurang wajar.
    2. Memberikan penguatan terhadap tingkah laku siswa yang positif.

6.    Penanaman disiplin diri
Kegiatan ini merupakan tujuan akhir pengelolaan kelas. Untuk mencapainya guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil jika guru sendiri yang menjadi contoh.
2.5    Hal-hal yang Harus Dihindari
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut.
  • Campur tangan yang berlebih (teachers instruction
Apabila guru menyela kegiatan yang sedang asyik berlangsung dengan komentar, pertanyaan, atau petunjuk yang mendadak,  kegiatan itu akan terganggu atau terputus. Hal ini akan memberi kesan kepada siswa bahwa guru tidak memperhatikan keterlibatan dan kebutuhan anak. Ia hanya ingin memuaskan kehendak sendiri. 
  • Kelenyapan (fade away)

Hal ini terjadi jika guru gagal secara tepat melengkapi suatu instruksi, penjelasan, petunjuk, atau komentar, dan kemudian menghentikan penjelasan atau sajian tanpa alasan yang jelas. Juga dapat terjadi dalam bentuk waktu diam yang terlalu lama, kehilangan akal, atau melupakan langkah-langkah dalam pelajaran. Akibatnya ialah membiarkan pikiran siswa mengawang-awang, melantur, dan mengganggu keefektifan serta kelancaran pelajaran. 


  • Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stops and stars)
Hal ini dapat terjadi bila guru memulai suatu aktivitas tanpa mengetahui aktivitas sebelumnya menghentikan kegiatan pertama, memulai yang kedua, kemudian kembali kepada kegiatan yang pertama lagi. Dengan demikian guru tidak dapat mengendalikan situasi kelas dan akhirnya mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.
  • Penyimpangan (digression)
Akibat guru terlalu asyik dalam suatu kegiatan atau bahkan tertentu memungkinkan ia dapat menyimpang. Penyimpangan tersebut dapat mengganggu kelancaran kegiatan belajar siswa.
  • Bertele-tele (overdweiling)
Kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal-hal tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah teguran sederhana menjadi  ocehan atau kupasan yang panjang.

                                              








8.      KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN
A.    Pengertian keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
Menurut Dadang Sukiman dan Mamad Kusmad, Mengajar kelompok kecil dan perorangan adalah salah satu cara yang dapat dilakukan oeh guru untuk dapat memfasilitasi sistem pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa baik secara klasifikasi maupun individu keteramilan mengajar kelompok kecil dapat dilakukan dengan :
a.    Mengembangkan keterampilan dalam mengorganisasian dengan memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas
b.    Membimbing dan memudahkan belajar, yang mencangkup penguatan, proses awal, supervisi, dan intraksi pembelajaran
c.    Perencanaan penggunaan ruangan
d.    Pemberian tugas yang jelas, menantang dan menarik
Mengajar kelompok kecil dan perorangan diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang hanya melayani 3-8 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya seorang untuk perorangan. Pada dasarnya bentuk pengajaran ini dapat dikerjakan dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil

B.     Peran guru dalam pembelajaran kelompok kecil dan perorangan
Dalam pengajaran kelopok kecil dan perorangan, guru berperan sebagai :
a.  Organisator kegiatan belajar mengajar
b.  Sumber informasi bagi siswa
c.  Pendorong bagi siswa untuk belajar
d.  Orang yang mendiagnosa kesulitan siswa serta memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan siswa
e.  Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa
f.  Peserta kegiatan yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti siswa yang lainnya, ini berarti guru ikut menyumbangkan pendapatnya untk memecahkan masalah atau mencari kesepakatan bersama sebagai mana siswa lain melakukannya.



C.    Karakteristik mengajar kelompok kecil dan perorangan
Ciri-ciri mengajar kelompok kecil dan perorangan antara lain sebagai berikut :
a.  Mempunyai keanggotaan yang jelas
b.  Ada kesadaran kelompok
c.  Mempunyai tujuan yang sama
d.  Saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan
e.  Ada interaksi dan komunikasi antara anggota
f.  Ada tindakan bersama

D.    Komponen-komponen keterampilan
Komponen ketarampilan yang digunakan adalah keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan belajar dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar
1.  Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi
Adalah terjadinya hubungan yang sehat dan akrab atara guru dengan siswa,dan siswa dengan siswa.keterampilan seperti ini hanya bias dilakukan apabila guru memiliki keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi.pendekatan ini dapat dilakkan dengan cara:
a.    Menunjukan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa
b.    Mendengar dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa
c.    Merespon secara positif pendapat siswa
d.    Membangun hubungan rasa saling mempercayai
e.    Menunjukan kesiapan untuk membantu siswa
f.    Menunjukan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian.
g.    Berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman,terbantu,dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapi
2.  Keterampilan mengorganisasi
            Selama kegiatan kelompok kecil atau perseorangan berlangsung, guru berperan sebagai organisator yang mengatur dan memonitor kegiatan dari awal sampai akhir. Dalam hal ini guru memerlukan keterampilan sebagai berikut.


a. Memberikan orientasi umum tentang tujuan dan tugas yang akan dilakukan
b. Memvariasikan kegiatan yang mencangkup penyediaan ruangan, peralatan, dan cara melaksanakannya.
c. Membentuk kelompok yang tepat
d. Mengoordinasikan kegiatan
e. Membagi perhatian kepada berbagai tugas da kebutuhan siswa
f. Mengakhiri kegiatan dengan laporan hasil yang dicapai oleh siswa
3.  Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
Keterampilan ini memungkinkan gur membantu siswa untuk maju tanpa mengalami frustasi. Hal ini dapat dicapai bila guru memilki keterampilan sebagai berikut
a. Memberikan penguatan yang merupakan dorongan yang penting bagi siswa untuk maju
b. Mengembangkan supervisi proses awal yakni sikap tanggap guru terhadap siswa baik individu maupun kelompok yang memungkinkan guru mengetahui apakah segala sesuatu berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan
c. Mengdakan supervisi proses lanjut yang memusatkan perhatian pada penekanan dan pemberian bantuan ketika kegiatan berlangsung.
d. Mengadakan supervisi pemaduan yang memusatkan perhatian pada penilan pencapaian tujuan dari berbagai kegiatan yang dilakuan dalam rangka menyiapkan rangkuman dan pemantapan sehingga siswa saling belajar dan memperolah wawasan yang menyeluruh. Ini dilakukan dengan mendatangi kelompok, menilai kemajuannya, dan menyiapkan mereka untuk mengikuti kegiatan akhir cara yang efektif. Untuk maksud ini ialah mengingatkan siswa akan waktu yang masih tersisa untuk menyelesaikan tugas, misalnnya, “waktu tinggal 15 menit lagi. Pukul 10.15 semua kelompok harus sudah siap dengan laporannya.”
4.      Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar
Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar mencangkup :
a. Membantu siswa menetapkan tujuan pelajaran dan menstimulasi siswa untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Merencanakan kegiatan mengajar bersama siswa yang mencangkup kreteria keberhasialan, langkah-langkah kerja, waktu, serta kondisi belajar
c. Bertindak dan berperan sebagai penasehat bagi siswa bila diperlukan
d. Membantu siswa menilai pencapaian dan kemajuannya sendiri. Ini berarti memberi kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki dirinya sendiri yang merupakan kerja sama guru dengan siswa dalam situasi pendidikan yang manusiawi.

E.     Keterampilan pembelajaran perseorangan
Pembelajaran perseorangan atau individual adalah pembelajaran yang paling humanis untuk memenuhi kebutuhan dan interes siswa. Walaupun untuk kondisi pendidikan di indonesia sangat jarang dilakukan. Namun, pada hakikatnya guru dapat melakukannya, biar pun pembelajaran dilakukan secara klasikal, namun sentuhan sentuhan tatap individual. Guru dapat melakukan variasi, bimbingan, dan penggunaan media pembelajaran dalam rangka memberikan senntuhan kebutuhan individual. Pembelajan ini tarjadi bila jumlah siswa yang dihadapi oleh guru jumlahnya terbatas, yaitu antara dua sampai delapan orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Hakikat pembelajaran perseorangan adalah :
a.  Terjadinya hubungan interpesonal antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa.
b.  Siswa belajar sesuai dengan kecepeta dan kemampuan masing-masing.
c.  Siswa  mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya, dan
d.  Siswa dilibatkan dalam perencanaan kegiatan pembelajaran.
Dalam praktek pengajaran, prinsip individualitas bisa digunakan guru dalam bebarapa cara, antara lain memberi tugas-tugas individual kapada pelajar agar belajar secara mandiri sesuai dengan caranya sendiri. Guru membuat kelompok-kelompok belajar atas dasar kemampuan pelajar yang relatif sama, menerapkan cara belajar tuntas, mengembangkan proses belajar mandiri seperti dengan modul, memberi kesempatan kepada pelajar untuk melakukan kebebasan belajar, sehingga pelajar bebas mempelajari bahan sesuai dengan kemauan dan kepentingannya







F.     Kelebihan dan kekerungan mengajar kelompok keccil dan perorangan
a.  Kelebihan
·         Dalam proses mengajar ini memungkinkan penyerapan pelajaran pada setiap siswa dapat lebih maksimal.
·         Guru dapat lebih mudah melakukan pendekatan pada setiap masing-masing siswa sehingga guru dapat memahami karakter masing-masing siswa, jadi guru lebih mudah menentukan metode pembelajaran yang cocok untuk siswa.
b.  Kekurangan
·         Pengembangan informasi kurang luas karena keterbatasan siswa.
·         Kurangnya motivasi siswa dalam bersaing karena variasi karakter siswa terbatas.
·         Kurangnya jiwa social pada siswa.
















BAB III
KESIMPULAN
A.    KESIMPULAN
·         Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah kemampuan atau keterampilan yang khusus (most spesifis instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen, instruktur agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional.
·         Keterampilan Dasar Mengajar meliputi:
1)      Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
2)      Keterampilan Memberi Penguatan
3)      Keterampilan Bertanya
4)      Keterampilan Menjelaskan
5)      Keterampilan Mengadakan Variasi
6)      Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
7)      Keterampilan Mengelola Kelas
8)      Keterampilan Mengajar Kelompok dan Perorangan.

B.     SARAN
Sebagai seorang calon guru, hendaknya keterampilan dasar  mengajar ini kita pahami secara benar agar kelak dalam pelaksanaan belajar mengajar dapat berjalan lancar.






DAFTAR PUSTAKA
Asril, Zainal. 2010. Micro Teaching Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan . Jakarta : Rajawali Pers.
Aqib, Zainal. 2003. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran.Surabaya : Insan Cendekia.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.Jakarta : Rineka Cipta.
Ma’mur Asmani, Jamal. 2011.  Pengenalan dan Pelaksanaan Lengkap Micro Teaching dan Team Teaching. Yogyakarta : Diva Press
Marno,dkk. 2008 . Strategi dan Metode Pengajaran . Malang : Arruzmedia

Suwarna. 2006. Pengajaran Mikro. Yogyakarta : Tiara Wancana.
Saud, U. S. 2012. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung ; PT Remaja Rosdakarya.
Scribd. Keterampilan Menjelaskan  (Online) http://panduanguru.com/2014/02/keterampilan-menjelaskan-explaning-skills/ (diakses pada tanggal 22November 2016)







  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar